Part 3

1.8K 314 29
                                    

"Taeyong, kau mau berangkat juga? Bukannya punggungmu masih sakit?" Ibu Kim menghampiri Taeyong yang sedang mengikat tali sepatu.

"Tak apa eomma. Kalau aku bolos hari ini, aku tak akan dapat gaji dan harus menunggu sampai hari senin."

"Haaah... Mau eomma larang seperti apa juga kau tetap akan berangkat kan?"

"Itu eomma tahu."

Ibu Kim hanya bisa geleng-geleng kepala dengan sikap keras kepala Taeyong.

"Yasudah, hati-hati di jalan. Jangan jalan kaki lagi. Naiklah bis. Ongkosnya tak seberapa kalau dibandingkan sakit punggungmu."

"Iya, eomaaaa... Aku berangkat dulu, dah~"

Sepenggal percakapan antara Taeyong dan ibu Kim di pagi hari. Meskipun penuh dengan keprihatinan, selalu terselip kehangatan dalam kalimat-kalimat mereka. Kehangatan yang tak bisa dibeli dengan uang sekalipun.

Taeyong, pemuda miskin itu, berjalan dengan riang gembira menuju sebuah halte bis. Hari ini hari gajian dan ia mendapat shift pagi untuk pekerjaannya di sebuah hotel. Walaupun namanya kerja di hotel, pekerjaannya tak lebih dari seorang tukang cuci piring dan bersih-bersih dapur. Cukup melelahkan dan gajinya tak seberapa, tapi Taeyong tetap menjalaninya dengan serius.

....

"Untuk sementara Anda akan tinggal di hotel, tuan Jung, sampai kami menemukan apartemen dengan spesifikasi yang sesuai keinginan nyonya besar."

Jaehyun melonggarkan dasinya malas. "Terserah."

Ia tak peduli akan tinggal di mana. Ingat? Sudah tak ada yang menarik dalam hidup baginya. Ia hanya masih terlalu mawas diri untuk tidak mengakhiri hidupnya sekarang juga.

"Kalau Anda ada perlu sesuatu, silakan hubungi saya." Pelayan setengah baya itu menyerahkan sebuah handphone mahal keluaran terbaru yang sudah lengkap dengan nomor lokal Korea Selatan. "Semua nomor penting sudah ada di dalamnya. Termasuk kolega-kolega bisnis Tuan besar."

Jaehyun hanya menarik bibir singkat sebelum mengisyaratkan sang pelayan untuk meletakkan handphone itu di meja saja. Jaehyun ingin langsung bersih-bersih diri dan mengontrol seisi hotel tempatnya akan magang beberapa bulan ke depan. Tak ada kata istirahat dalam kamus Jung Jaehyun.

....

"Lee Taeyong. Ambilkan selusin piring ukuran sedang dari gudang. Kita kehabisan stok di sini."

Mendengar perintah dari leader groupnya, Taeyong bergegas menyelesaikan pekerjaan yang sedang dipegangnya kini. Sedikit terburu-buru ia melakukannya, sampai tak sengaja melukai tangannya dengan panci panas yang hendak dicuci.

"Aw!"

"Hei, hati-hati! Ada apa?"

"Bukan apa-apa." Taeyong memberikan senyum terbaiknya. Satu kecerobohan terlihat, maka nilai pekerjaannya akan menjadi jelek. Leadernya sangat perfeksionis.

Setelah selesai dengan panci panasnya, Taeyong langsung menuju lift khusus karyawan dan menekan tombol 26, tanda lantai yang akan ia tuju. Gudangnya ada di lantai 27 atau lantai teratas. Ia harus menaiki tangga lagi setelah sampai di lantai 26.

Sampai di gudang, Taeyong tak membuang waktu lama untuk mencari apa yang disuruh. Selain karena tempat itu sepi dan sedikit horor, ia juga harus menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Semakin cepat selesai, semakin banyak yang bisa diselesaikan dalam sehari. Itulah prinsip kerjanya.

Saat akan memasuki lift di lantai 26, Taeyong dibuat kaget karena kehadiran sosok yang tak biasa. Bukan hantu atau sebagainya, tapi seorang eksekutif muda yang tampak kinclong dan rapi dengan setelan jas dari bahan terbaik. Apa yang dilakukan orang ini di tempat karyawan rendahan sepertinya? Orang itu memasuki lift yang sama dengan Taeyong.

Our BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang