Part 8

2.2K 286 56
                                    

Bunyi mesin pendeteksi detak jantung mengiringi suasana tegang yang tengah terjadi di dalam ruang operasi. Seorang dokter bedah dan dua orang asistennya sedang berkutat mengeluarkan sebuah timah panas yang bersarang di tubuh pemuda malang yang bertaruh nyawa di atas meja operasi.

"Dokter! Tekanan darahnya menurun!"

"Siapkan kantung darah baru!"

"Persediaannya hampir habis."

"Kita akan selamatkan dia sebelum itu terjadi."

.
.
.

Jaehyun menopang dahinya dengan kepalan kedua tangan, terduduk cemas di depan pintu yang memisahkannya dengan dia yang sedang tak jelas keadaannya antara hidup dan mati.

Sekali lagi Jaehyun tatap kedua tangannya yang berlumuran darah. Ia hampir kehilangan akal tadi, entah apa yang merasukinya. Orang-orang pasti akan banyak berbicara di belakanganya setelah ini. Tapi ia tak peduli. Yang ia pikirkan hanyalah membawa dia ke rumah sakit. Dia tak boleh pergi dulu. Tidak sebelum dia tahu bahwa Jaehyun sangat merindukannya.

.
.
.

"Pasien sudah dalam kondisi stabil. Ia akan segera dipindahkan ke ruang perawatan."

"Terima kasih dokter."

"Tadi hampir saja. Tapi kami sudah berusaha yang terbaik, dan ia berhasil diselamatkan di saat-saat kritis. Syukurlah, Tuhan masih mengizinkannya untuk hidup. Semua berkat doa-doa Anda."

Jaehyun hanya mengangguk-angguk menanggapi perkataan dokter di depannya. Ia sudah terlalu tak sabar untuk melihat langsung keadaan hyungnya.

"Semoga kasusnya bisa segera terselesaikan. Saya permisi." Dokter membungkuk singkat sebelum berlalu dan dibalas serupa oleh Jaehyun.

Jaehyun langsung bergegas mengikuti saat ranjang dari ruang operasi didorong menuju ruang rawat. Jaehyun begitu terkejut saat lengannya ditahan oleh seseorang tepat saat ia akan memasuki ruang yang sama yang akan dimasuki suster yang mendorong ranjang.

"Maaf, tapi apa itu pasien yang bernama Lee Taeyong? Apa dia anakku?"

Jaehyun memandang wajah wanita tua itu lekat-lekat. Jelas sekali kecemasan terpancar dari mata yang sudah banyak keriput di sekitarnya itu. Jaehyun refleks saja memanggilnya dengan sebutan yang sudah lama sekali tak pernah keluar dari mulutnya.

"Eomma."

"Maaf?"

"Aku Jaehyun, eomma... Jaehyun anak eomma."

Hening sesaat. Ibu Kim ikut memandang Jaehyun lekat-lekat. Seolah berusaha mencari wajah yang sama dari dalam memorinya.

"Ya Tuhan... Jaehyun! Kau benar Jaehyun?" Ibu Kim merangsek maju dan mendekap Jaehyun ke dalam pelukannya.

Puas memeluk Jaehyun, ibu Kim beralih meraba wajah Jaehyun, seolah masih tak percaya kalau sosok tampan di depannya ini adalah mantan anak asuh tersayangnya yang sudah ia rawat sejak bayi.

"Kau tumbuh dengan baik. Eomma bersyukur kau diadopsi keluarga Jung. Kau pasti dirawat dengan sangat baik."

Ibu Kim tersenyum bahagia. Jaehyun tak mau merusak senyum itu dengan jawaban jujurnya untuk saat ini.

"Eomma, maaf. Taeyong-hyung jadi begini karena aku."

"Taeyong- Ya ampun, anakku, Taeyong. Apa yang terjadi padanya Jaehyun-ah? Kau bersamanya saat kejadian? Sejak kapan kalian bertemu? Kenapa dia tak pernah mengatakan apa pun tentangmu?"

Jaehyun seketika pusing mendengar pertanyaan ibu Kim yang bertubi-tubi. Cerewetnya ibu Kim memang tak pernah berubah meskipun ia sudah tua.

"Taeyong-hyung tertembak. Kami sedang berusaha menangkap pelakunya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang