(5) Lee Know - Kim Dahyun

82 9 0
                                    

Jam sudah menunjukan tepat pukul 00:00  tapi pemuda bernama Minho itu masih terjaga di ruang tamu dorm.  Ia memang sengaja berada di ruang tamu karena takut kalau-kalau woojin teman sekamarnya bangun dan melihat kegusarannya saat ini.  

Matanya terus menatap layar ponsel,  jemarinya bergerak mencari salah satu nama di kontak.  Namun ketika ia menemukan nama itu,  ia bimbang. 

Bagaimana kalau gadis yang akan di hubunginnya sudah tidur atau sedang merayakan ulang tahunnya dengan rekan satu timnya. Ia pasti akan mengganggu. 

Minho menghela nafas. 

Membaringkan tubuhnya di sofa dengan  ponsel masih berada di genggamannya.
Pikirannya kembali mengingat pertemuan pertamanya beberapa bulan yang lalu, ketika ia baru saja menjadi trainee di perusahaan. Ia tidak menyangka akan bertemu dan menjadi teman gadis itu.

Berawal dari pertemuannya di ruang latihan, berkenalan, dan bertukar kontak. Mereka menjadi dekat.

Awalnya Minho pikir dengan popularitas gadis itu, dia congkak. Tapi kenyataannya tidak sama sekali. Gadis itu malah sangat ramah dan ceria. Cantik.

Minho memandang jam dinding yang  tergantung di atasnya. Sudah jam 00:30, artinya 30 menit sudah ia sia-siakan untuk melamun dan menghadapi kegusarannya. Suara jarum panjang yang bergerak secara konstan masih menemaninya.

Ia membuka thread percakapan dengan gadis itu. Mencoba mengetik kemudian dihapus, mengetik kemudian dihapus, mengetik kemudian di hapus entah sampai berapa kali. Minho tak sempat menghitungnya. Hingga ucapan selamat ulang tahun klasik yang sangat biasa yang berani ia kirim.

[Minho] Dahyuna, selamat ulang tahun

Satu menit

Lima menit

Sepuluh menit

Lima belas menit

Minho masih menunggu,  berharap pesannya itu mendapat balasan.  Segala kemungkinan-kemungkinan kini berputar di kepalanya.  Mungkin Dahyun lelah,  mungkin Dahyun sedang berpesta,  mungkin Dahyun tidak memegang ponselnya.

Ia meletakkan ponselnya di meja,  mencoba memejamkan matanya.  Semoga Dahyun membalas pesannya ketika ia bangun nanti.

Ponselnya berbunyi,  menyuarakan nada tanda panggilan.  Nama Dahyun menghiasi tampilan layarnya.  Cepat-cepat ia menyentuh gambar telepon genggam warna hijau di layar.  Ia dan Dahyun terhubung.

"Hai..."
"Halo Dahyun" Minho bangkit dari tidurnya.  Memposisikan duduknya pada posisi yang paling nyaman.
"Terimakasih ucapannya" ucap gadis itu di seberang sana. 
"Sama-sama,  semoga selalu bahagia dan semakin sukses ya"
"Makasih,  kamu juga..." 
"Makasih"

Diam,  keduanya menggantungkan obrolan mereka. Diujung sana Dahyun menghela nafas. Minho bisa merasakan itu.  

"Dahyuna..."
" Hmmm?"
"Ini sudah larut,  kamu harus istirahat.  Sebaiknya kamu tidur"

Hening.

Dahyun tak memberi respon. Yang terdengar dari pendengarannya lagi-lagi suara detakan jarum panjang jam dinding yang sejak tadi menemaninya. Andai jarak 1.219 km antara Seoul dan Tokyo tidak memisahkan keduanya,  andai mereka saling berhadapan. Ia pasti bisa mengerti apa yang terjadi pada Dahyun. 

Mungkin ia bisa memberi pelukan hangat untuk gadis itu.

"Dahyuna..." Minho kembali memanggilnya.  Setidaknya ia harus meyakinkan sekali lagi kalau ia akan mengakhiri obrolannya malam ini. 

"Hmm... tunggu,  aku besok kembali" Dahyun lagi-lagi menghela nafas.  "Ayo kita ketemu"  lanjutnya. 



Matahari mulai menyembunyikan eksistensinya,  langit menampakkan semburat jingga ketika Kim Dahyun melangkahkan kakinya di atap.

Matanya menelisik setiap sisi,  Minho sudah  ada disana. Kemeja garis-garis vertikal dengan aksen warna biru tak di kancingkan dengan kaos putih polos serta celana panjang berwarna khaki menghiasi lelaki itu. 

Senyumnya mengembang, matanya menampakkan sinar bahagia saat melihat kehadiran Kim Dahyun. Gadis itu tampak cantik dengan kemeja putih yang ia padukan dengan rok hitam diatas lutut dan tas lengan berwarna merah muda. Rambutnya dicepol ke atas, sangat Kim Dahyun.

“Selamat ulang tahun” Ucap Minho begitu Dahyun duduk di bangku kayu yang juga ia duduki. Ia mengambil sebuket bunga yang baru saja ia beli di salah satu florist dekat perusahaan. Menyerahkannya pada Kim Dahyun.

“Makasih” Dahyun menerima buket bunga itu. “Ini indah sekali” lanjutnya.

Minho tersenyum mendengarnya. “Aku sengaja memberimu 8 bunga mawar merah, meskipun aku lebih suka angka 9”

Dahyun mengalihkan padangannya ke arah Minho “Kenapa?”

“Delapan tambah satu jumlahnya jadi sembilan”

“Maksudnya?”

“Delapan untuk bunga mawar merah itu, satu untuk kamu” Minho memberi jeda “Aku menyukaimu”

fin

UNTITLEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang