Chapter 3 - Semuanya Karena Allegra!

10.9K 977 44
                                    

Halo... Allegra kembali lagi.
Akhirnya....setelah bertemu wifi gratis, hahaha... 😂😂😂

Jangan lupa di VOTE ya para readers ku yang baik2.

HAPPY READING 😘 😘😘

🍁🍁🍁

Allegra

Aku ingin tertawa terbahak-bahak tapi rasanya tidak mungkin karena melihat wajah keruh di sampingku. Pria ini benar-benar lucu menurutku. Tanpa sebab yang jelas, dia marah-marah hampir sepanjang hari.

Tadi pagi dia menyuruhku memfotokopi dokumen seakan-akan aku sekretarisnya. Kemudian dia menyindir bahasaku. Terakhir dia marah besar karena mobilku kuparkir di spotnya. Pria aneh!

Sekarang dalam perjalanan menuju klien di Kebayoran Baru, wajahnya kusut seperti baju yang belum disetrika. Gimana nasibku selanjutnya bila melihatku saja dia nggak mau? Kalo nggak sanggup, aku mundur ah... Lebih baik jalan-jalan dulu keliling dunia sama William. Aku jadi mencibir dalam hati.

"Kenapa aroma kamu begini amat sih?" tegurnya ketus sambil menutup hidungnya.

Sialan! Aku wangi lho. Tanpa kusadari, aku mengangkat tanganku dan mencium ketiakku. Masih wangi kok. Kubuka kancing kemejaku dan mencium aroma di dalam bajuku. Masih wangi juga.

"Hei... apa yang kau lakukan?" tanya Jonah panik melihatku membuka kancingku.

Kupandangi dia dengan curiga. Jangan-jangan dia flu sehingga tidak bisa mencium dengan benar. "Bapak lagi flu ya?" tanyaku akhirnya. "Kenapa Bapak tidak bisa mencium aroma wangi saya?"

Jonah menggeleng tapi matanya masih terarah pada dadaku. Untung lagi macet, repot kalo nggak. "Aku nggak bau, Pak. Sumpah! Kalo nggak percaya, Bapak cium aja ini!" Aku sodorkan dadaku dengan kancing yang terbuka. Matanya melotot hampir copot.

"Hei Allegra, kamu mesum ya?" bentaknya marah. Anehnya wajah machonya itu malah merona.

"Maaf Pak, mesum itu apa ya?" tanyaku bingung sambil berpikir apa bahasa inggrisnya 'mesum'? Mataku melotot begitu aku menyadari arti mesum dalam bahasa inggris, "I'm not filthy, Sir!"

Jonah mulai melonggarkan dasinya dan membuka kancing kemejanya yang paling atas.

"Kenapa Bapak juga buka kancing baju?" tanyaku sambil mendekat dan mengendus lehernya. Jonah terkejut dan mundur hingga kepalanya terantuk jendela.

"Apa yang kau lakukan? Are you trying to seduce me?" Jonah mengelus kepalanya yang terantuk barusan.

Wah... bener-bener nih cowok. Aku mundur sambil mengoceh dalam hati. Kegeeran amat dia. "To seduce you?" Aku menggeleng sambil tersenyum lebar. "Maaf Pak, Bapak bukan tipe pria ideal saya."

Wajah merona Jonah berubah menjadi gelap dan mata tajamnya itu seakan-akan ingin mencabik-cabik tubuhku.

"Listen carefully, Sir. Saya selalu mandi berendam dengan aroma mawar dan merk parfum saya - harap dicatat, kali aja Bapak mau kasih ke pacar Bapak - Calvin Klein Sheer Beauty Essence. Jadi jangan pernah bilang saya bau!" Kucibir dia dengan wajah cemberutku.

"Aku nggak punya pacar!" Jonah membuang mukanya dan kembali mengarahkan pandangannya pada jalanan macet di depannya.

"Pantesan! Makanya jangan galak-galak sama perempuan, Pak."

"Bisa diem nggak kamu? Lagian ngapain tadi kamu mau cium saya?"

"Ih... Bapak geer amat! Saya cuma mau cium aroma Bapak. Jangan-jangan Bapak yang bau, bukan saya. Geer amat!" Aku bersidekap di hadapannya.

ALLEGRA - Dimana Hati Berlabuh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang