Chapter 4 - "Over My Dead Body!"

10.5K 882 11
                                    

Hai... Hai... Maaf ya aku baru update Allegra hari ini.

Minta VOTEnya prens... 😍😍😍😍

HAPPY READING 😘💖💖💖💖

🌹🌹🌹

Allegra

Thank God it's Friday! Setelah lima hari bekerja, pontang-panting mengerjakan proyek rumah baru Ibu Atika, akhirnya aku bisa bernapas sedikit lega. TGIF, man! Time for clubbing! Tapi masih nanti malam. Ini masih jam 10 pagi dan sejak tadi pagi Jonah sudah memasang wajah 'pengen makan orang'.

Sebenarnya sejak hari pertama aku datang, wajahnya selalu seperti itu. I don't know why! Sudahlah, biarkan saja. Mungkin dia sedang PMS, maklum gay. Mereka kan sebelas duabelas dengan perempuan.

"Allegra! Ruanganku sekarang!"

Tuh kan, dia manggil lagi. Aku bingung deh, dia nggak pernah ramah sama aku tapi sehari bisa lho nyuruh aku ke ruangannya sampai 10 kali. Andini aja sekretarisnya cuma boleh lapor maksimal 3 kali sehari - kayak makan obat. Lah ini aku... 10 kali bayangkanlah!

"Bawa laptopmu. Aku mau lihat desainnya!"

Dengan malas aku mengangkat laptopku dan berjalan pelan ke ruangan Jonah. Perasaanku nih... tiap hari lho dia lihat desain rumah Bu Atika ini dan nggak pernah ada koreksi juga dari dia. Tapi aku harus menjelaskannya tiap hari. Bingung kan?

Aku masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu. Sambil memegang laptopku, kudorong pintu kacanya dengan bahuku. Dan disanalah dia di kursi 'kerajaannya' menatapku dengan angkuh.

"Kenapa tidak mengetuk pintu?" tanyanya ketus. "Kalau aku lagi telanjang gimana?"

Aku tertawa pelan. "Kalau Bapak lagi telanjang, ya saya lihat aja. Lumayan, bisa lihat model majalah Playboy, gratis lagi! Rejeki kok ditolak!" Skak mat!

Wajahnya langsung merona. Makanya, baik-baik sama Allegra, kataku dalam hati. Dia pikir aku akan terpesona dan merona gitu, mendengar ucapannya. Terbalik kali!

"Cerewet! Bawa sini laptopmu!" katanya ketus. Wajahnya makin keruh saja.

Aku mendekati kursinya dan meletakkan laptopku di hadapannya. Lalu aku berbalik hendak duduk di hadapannya.

"Kamu mau kemana?"

"Duduk di sini, Pak," jawabku. Jujur saja, aku makin bingung dengan sikapnya lho.

"Ngapain kamu disitu? Sini kamu di sebelah saya!"

Aku kembali mendekatinya dan menunduk di sebelahnya sambil mulai membuka software desain rumah yang sudah kubuat. "Apakah aku harus menjelaskannya lagi, Pak?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.

Aneh! Tatapan matanya tidak segalak tadi. Matanya menjadi teduh dan lembut. Aku meneguk ludahku dan tertegun sesaat. Batinku bilang, pria angkuh ini terlihat sangat tampan. Hello, Allegra! Situ sehat?

"Kenapa kamu lihat-lihat saya? Naksir?!" tanyanya ketus. Matanya kembali ke mode semula.

Aku mendengus sambil tersenyum lebar. "Nggak mungkin lah, Pak. Saya bukan tipe pelakor - perebut laki orang. Bapak tenang saja! Saya nggak akan naksir Bapak!" Kutepuk bahunya pelan. "Saya sudah pusing menolak pria-pria di kantor ini yang mengajak saya kencan dan bakalan tambah repot hidup saya kalau harus naksir Bapak lagi!"

Bukannya menjawab, Jonah malah menyentak tanganku dan membuatku terjatuh di pangkuannya. Well, terhitung 23 tahun usiaku, baru kali ini jantungku berdebar lebih cepat dari yang seharusnya.

ALLEGRA - Dimana Hati Berlabuh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang