Chapter 5 - Dammit, Allegra!!!

11K 907 37
                                    

HAPPY READING ya 😍😍😍😍

Semoga suka & jangan lupa VOTE ya ✌💖

💐💐💐

Allegra

Aku hampir saja membanting handphoneku kalau tidak ingat harganya mahal dan dibeli dari hasil tabunganku selama ini. Aku kesal setengah mati kepada siapa lagi kalau bukan yang terhormat Mr. Jonah yang sangat menyebalkan itu.

Aku selalu punya kebiasaan yang diajarkan oleh orangtuaku bahwa setiap bangun tidur, aku harus memikirkan apa saja yang ingin kulakukan hari ini, termasuk setiap detail pekerjaanku. Aku tahu Jonah akan langsung ke proyek rumah Ibu Atikah pagi ini tanpa mampir ke kantor terlebih dahulu, dan aku sudah mengingatkan berulang-ulang 'jangan lupa blue print dibawa!', tetapi dia selalu menjawab 'gampang lah'.

Aku tahu dia jenius, pintar dan mampu mengingat apapun dengan cepat termasuk blue print yang kubuat. Jujur saja, aku yakin Jonah akan mengingat setiap detailnya karena minggu lalu aku selalu mempresentasikan gambar itu di ruangannya, setiap hari. SETIAP HARI! Tapi Jonah juga manusia menyebalkan yang pasti bisa lupa.

Barusan dia meneleponku - aku yakin sekali dia menggunakan speaker - dan memintaku mengantarkan blue print itu ke lokasi segera. SEGERA! 30 menit! 30 menit? Pada jam segini? Ketika Jakarta sedang macet-macetnya apalagi perjalanan menuju Kebayoran Baru, pasti luar biasa macet. Kalau dengan mobil paling cepat 45 menit tanpa macet, bayangkan bila kondisi macet?

Sambil membereskan barang-barang yang akan kubawa ke lokasi, aku segera menelepon William dan memintanya membawa motor sport milikku ke parkiran kantor. Aku memutuskan untuk mengendarai motor ke lokasi.

Tas ranselku sudah siap di punggung, tas laptop kuselempang di kanan dan drafting tube [tas tabung gambar] di sebelah kiri. Aku bergegas ke basement menuju mobilku. Sambil menunggu William, aku mengganti sepatu heels-ku dengan sepatu kets Nike berwarna putih serta mengenakan jaket kulit, kacamata hitam dan sarung tanganku. Tidak lupa aku menyanggul rambut panjangku agar mudah memakai helm nantinya.

William datang dan berhenti di depan mobilku. Kami bertukar kunci dan aku segera menaiki motor sport R25 berwarna biru kesayanganku. Daddy membelikannya tahun lalu di ulangtahunku yang ke-22.

"Kenapa bukan aku saja yang mengantarmu ke lokasi, Al?"

"Lalu siapa yang membawa pulang mobilku, Wil?"

"Aku akan menunggumu di lokasi, kemudian kita akan pulang bersama-sama."

"Aku tidak tahu berapa lama aku akan berada di lokasi, Wil." Aku segera memasang helmku dan menguncinya.

"Nanti Mr. D marah padaku, Al!" seru William khawatir.

"Aku akan menelepon Daddy nanti. Pakai saja mobilku seharian ini. Thanks a lot, darling!"

Aku segera meninggalkan William yang masih mencak-mencak sebelum dia masuk ke dalam mobilku. Kupacu motorku membelah jalanan macet Jakarta menuju lokasi proyekku. Proyek kami sebenarnya, proyekku dan Jonah. Tapi aku lebih senang menyebutnya proyekku karena inilah proyek pertama sejak aku memulai karir di negaraku sendiri.

Begitu motorku masuk ke area proyek dan aku mematikan mesin motorku, semua orang berhenti bekerja. Akupun jadi takut turun dari motor karena semua mata menatapku bingung. Jonah berdiri di sana bersama seorang pria, kemudian ada Michael bersama ibunya, Ibu Atikah dan seluruh pekerja bangunan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALLEGRA - Dimana Hati Berlabuh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang