Chapter 9 - Aku Bukan GAY!

10.3K 833 12
                                    

Allegra & Jonah kita lanjut lagi ya... 💓💓💓

Jangan lupa VOTE ya 👍👍👍

HAPPY READING 😘 😘😘

💮💮💮

JONAH

Apa katanya tadi? 'Hanya tiga ronde, Jon. Kau tidak perlu takut padaku!' Gadis ini pikir aku takut padanya? Aku tahu dia sempat terkejut melihat penampilanku yang gagah ini, tapi sepertinya dia tidak terlalu peduli.

Aku sengaja menariknya mendekat padaku. Sejujurnya aku ingin merasakan payudaranya yang empuk itu menempel di dadaku. Mau bagaimana lagi? Aku pria tulen yang normal. Dan aku makin ingin mengalahkannya ketika dia berbisik di telingaku dan aku berjaga-jaga agar juniorku tidak bereaksi, apalagi dengan celanaku yang tidak nyaman ini.

Shit! Aku harus memenangkan semua ronde dan aku akan menagih janjinya. Bersiaplah, cantik! Kau milikku sekarang!

"Pertandingan versi Muay Thai, Jon," teriak William.

Muay Thai? Apa pula itu? Whatever! Aku nggak mau ambil pusing, yang penting aku menang.

"Is it okay with you, Baby?" tanya William kepada Allegra yang tersenyum lebar pada 'gadisku' itu.

Aku menoleh seketika. Apa dia bilang? 'Baby'?

"Yaaa William!" bentakku. "Jangan panggil Allegra 'Baby', dia calon istriku!"

William dan ketiga adik Allegra tertawa terbahak-bahak mendengarku. Sialan!

"Kau belum mengalahkannya, Jon!"

Aku menatap Allegra dan berbisik sambil menghirup aroma tubuhnya yang berkeringat. "Kau wangi sekali, Sayang. Tapi tetap saja, aku akan mengalahkanmu!"

"Pertandingan 3 x 2 menit dan aturannya terserah Mr. D." William yang menjadi wasit dengan sekuat tenaga mendorong Jonah yang tidak mau menjauh dari Allegra.

"Jonah, kalau kau bisa menjatuhkan Allegra dengan teknik apapun, kau menang! Semudah itu!" ujar Rafael dengan senyum lebar.

"Daddy..." teriak Allegra. "It's not fair!"

"Tapi... kau harus menjatuhkannya di semua ronde. Jika dalam salah satu ronde Allegra menang, it means good bye Jonah!"

"You have to win, Baby!" William memeluk Allegra dengan erat dan itu membuatku semakin panas. Good, Will! Apa yang kau lakukan terhadap Allegra, membuatku semakin ingin memenangkan pertarungan ini.

Peluit dibunyikan oleh salah satu adiknya Allegra, Bryan - kalau aku tidak salah - dan kami berdua mulai memasang kuda-kuda. Allegra langsung menyerangku dengan pukulan jabnya. Aku sungguh tidak menyangka betapa cepat gerakan tangannya. Pukulannya masuk dan mengenai pelipisku. Shit! Sakitnya luar biasa!

Melihat pelipisku yang meneteskan darah, wajah buas Allegra berubah pucat. Mungkin dia tidak menyangka kalau aku begitu mudah terluka. Walaupun hatiku tergetar melihat tatapan matanya yang peduli itu, aku tetap harus mengalahkannya.

Allegra kembali menyerangku dan kali ini dengan pukulan hook dari sisi kiriku. Aku menunduk dan meraih pinggangnya. Dengan sekali hentakan aku membantingnya ke matras dan tentu saja aku masih sempat melindungi kepala belakangnya dengan tanganku. Aku memitingnya dengan keras dan menindihnya dengan separuh tubuhku.

ALLEGRA - Dimana Hati Berlabuh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang