Prolog

53 12 9
                                    

Hidup dan kata

Sejatinya hidup adalah permainan kata-kata
Dimana dengan kata-kata semuanya bisa terjadi
Dengan kata, kita bisa bahagia
Dengan kata, kita bisa bersedih
Hidup memang selalu tentang kata
Dengan kata, kita bisa jatuh
Dengan kata juga, kita bisa bangkit
Dan semua hanyalah tentang kata-kata
Aku, kamu dan kita semua dipersatukan oleh kata-kata
Lewat kata kita bisa saling memahami, mencipta makna, juga menjalin kasih
Karena semua terjadi dari kata-kata
Bahkan sebuah kisah tak akan tersampaikan tanpa kata-kata

Dandelina, 2018

Delin menatap lelaki yang kini duduk disebelahnya, lelaki yang sudah beberapa waktu ini selalu mengikuti kemanapun Delin pergi, lelaki berkulit putih dengan hidung mancung dan senyum manis yang mampu menghipnotis setiap wanita itu saat ini sedang tertegun setelah membaca puisi yang Delin tuliskan di selembar daun. Lelaki itu sibuk mencerna maksud dari puisi Delin, padahal padanan kata yang digunakan Delin adalah kata yang sangat mudah untuk dimengerti.

"Kok diam?" Delin bertanya kepada Antares yang sejak tadi duduk diam disebelahnya.

"Kenapa lo bisa kepikiran, untuk bikin puisi kaya gini?" Bukannya menjawab, Antares malah balik bertanya kepada Delin.

Delin tidak langsung menjawab pertanyaan Antares, perempuan itu mengalihkan pandangannya menatap lurus kedepan, melihat pemandangan ibu kota yang dipenuhi cahaya lampu dari rooftop sekolahnya, Delin membiarkan angin malam membelai kulitnya, dingin yang merasuk seolah tiada arti baginya.

"Kayak kunang kunang ya?" Antares hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Delin dan menunggu gadis itu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Dulu, mama paling suka sama kunang kunang, mama bilang, jadi kunang kunang itu enak, karena kemanapun dia pergi, walaupun dia sendirian ditempat gelap, dia bakalan tetap dapat cahaya, dan bahkan dia juga bisa jadi sumber cahaya untuk makhluk lainnya, satu lagi, mama bilang kunang kunang itu ga perlu ribet berharap pada cahaya dari makhluk lain, karena dia punya cahayanya sendiri, jadi, kunang kunang itu gabakal memakan kecewa yang berlebihan, karena intensitasnya dalam berharap lebih sedikit dibandingkan dengan kita, yah intinya gitu deh, walaupun mungil, kunang kunang itu hebat dan mampu menginspirasi lewat cahayanya, karena sekecil apapun cahaya, itu akan sangat berarti bagi kita"

Delin menjeda kalimatnya, ia menikmati sejenak angin malam yang semakin dingin.

"Dulu, kalau malam-malam kaya gini, sebelum mama berantem terus sama papa, mama sering banget ngajakkin gue duduk dibalkon rumah sambil melihat lampu-lampu yang mirip kayak kunang kunang, nah waktu itu mama sering banget cerita gimana pertemuannya sama papa dulu, mama bilang, mama bisa jatuh hati sama papa karena kata-katanya, dan sampai akhirnya mama dibuat sakit hati juga karena kata-kata papa, nah dari situ gue paham, kalau semua yang terjadi itu bermula dari kata-kata, termasuk gue yang sekarang lagi sama lo, tadi lo maksa gue keluar lewat kata-kata kan?" Antares hanya diam mendengar setiap kata yang Delin ucapkan.

"Kayak yang dibilang sama pepatah, 'mulutmu harimaumu' nah kenapa dibilang begitu? Karena terkadang mulut mengeluarkan kata-kata yang lebih menyakitkan daripada sebuah pukulan"

Sedari tadi yang Antares lakukan hanya diam dan menatap Delin yang sedang berucap, baginya gadis itu sangat spesial, tidak ada satupun dialam semesta ini yang mampu disamakan dengan Delin, baginya Delin hanya satu, tidak bisa terganti dan tidak ada yang mampu menyamainya, Delin memang tidak sempurna, tapi sekali lagi, bagi Antares Delin itu spesial.

"Artinya kata-kata itu punya pengaruh besar dalam kehidupan" Delin mengakhiri penjelasannya dan terus menatap kearah keramaian kota, menghiraukan Antares yang sejak tadi tidak beralih menatapnya.

MelangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang