Delapan

14 1 0
                                    

~Terkadang, tidak perlu air mata untuk merayakan kesedihan, ada masanya tawa juga bisa hadir kala sedih melanda~
***

Delin seolah sedang berada di penjara saat ini, dan ia sebagai tahanannya, sebetulnya Delin sangat muak, ia paling tidak suka jika ada seseorang yang terus bersamanya, hal itu tentu membuat seorang Dandelina menjadi sangat risih.

Sejak tadi pagi Antares terus mengikuti kemanapun Delin pergi, setiap kali di usir lelaki itu selalu menolak, hal itu dilakukan Antares hanya karna ia tidak mau gadis bernama Dandelina itu kabur darinya dan tidak jadi lagi pulang bersamanya.

Semua orang yang ada disekolah mereka dibuat bingung, mereka sibuk bertanya-tanya sejak kapan Delin mau diikuti oleh seseorang? Biasanya ketika ada orang yang mencoba untuk mendekatinya, gadis itu langsung saja marah dan menunjukkan aura permusuhan, tapi bagaimana bisa laki-laki tampan itu kini terus mengikuti kemanapun Delin melangkah?.

"Serius, gue minta lo untuk berhenti ngikutin gue sekarang juga, gue bukan anak kecil lagi Res"

"Ga, gue gabakal lepasin lo lagi, sampai kapanpun itu, gue akan terus ada didekat lo"

Delin menghela nafas pasrah, ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Antares benar-benar telah mengusik hidupnya.

***
Jalanan sangat ramai hari ini, kendaraan yang saling berdesak-desakan membuat Delin merasa sangat kesal, belum lagi ditambah dengan teriknya matahari membuat perempuan tanpa ekspresi itu semakin ingin cepat-cepat pulang kerumahnya saja.

Tapi, disinilah dia sekarang, harus berada diatas vespa biru milik seorang lelaki yang sangat dibencinya itu, lelaki yang telah mengusik hidupnya, lelaki yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi, lelaki yang selalu memaksanya dan juga lelaki yang selalu saja mengancamnya.

Entah salah apa Delin selama ini, sampai-sampai tuhan mempertemukan dia dengan lelaki tersebut, lelaki bernama Antares yang sangat menyebalkan itu.

Bertemu dengan Antares seperti sebuah hukuman dari tuhan yang harus diterima oleh Delin, dan untuk menghabiskan waktu selama kelas 12 dengan kehadiran sosok tersebut adalah mimpi terburuk bagi Delin.

"Belok kiri Res, kok lo malah lurus si?"

Delin protes ketika ia sadar bahwa Antares mengarahkan vespa nya ke arah yang berbeda dengan arah menuju kerumahnya.

"Kan udah gue bilang Lin, gue mau ngajakin elo ke suatu tempat dulu"

"Gue kan gamau Res, kok lo maksa banget si?"

"Ga lama kok Lin, cuma 15 menit aja"

"Gue gamau Res"

"Tapi gue mau Lin"

"Terserah lo deh, gue gamau tau pokoknya jangan sampai lebih dari 15 menit"

Antares mengangguk menanggapi ucapan Delin, sementara Delin hanya memasang muka masamnya sebagai tanda bahwa ia sangat kesal.

Disepanjang jalan, Delin terus mengibaskan tangannya, jalanan yang macet dan hari yang terik membuat gadis itu merasa sangat kepanasan, keringat sudah membasahi wajah gadis itu, Antares yang tidak tega melihat Delin akhirnya memutuskan untuk menepikan motornya ke salah satu mini market yang dekat dengan mereka.

"Turun dulu Lin"

"Udah sampe?"

"Belum, masih jauh tempatnya"

Delin menghela nafas
"Kok lo berenti si? Udah tau masih jauh, kalo kaya gini makin lama waktu gue terbuang sia-sia karna lo"

Antares tidak menjawab perkataan Delin, ia justru masuk kedalam mini market tersebut dan membeli 2 botol air mineral.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MelangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang