Delin sangat terkejut ketika melihat kondisi rumahnya yang berantakkan, pecahan piring memenuhi lantai rumahnya, semua pajangan yang menghiasi rumahnya kini sudah berserakkan tidak pada tempatnya lagi.
Delin meringis ketika ia merasakan sakit pada kakinya, pecahan kaca menancap ke kakinya dan membuatnya berdarah, ia menahan sakit dikakinya dan terus berjalan menuju kearah dapur, mencari satu-satunya harta berharga yang ia milikki saat ini. Delin bernafas lega ketika ia menemukan ibunya sedang duduk menatap kearah kolam kosong yang ada dibelakang rumahnya. Delin menghampiri ibunya secara perlahan agar tidak mengejutkannya.
"Mama udah makan?"
Hening. Tidak ada jawaban, ibunya hanya menatap lurus kedepan, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kalau ibunya akan menjawab pertanyaan Delin. Perlahan, rasa sesak mulai memenuhi rongga dada Delin, melihat ibunya seperti ini menimbulkan kecemasan didalam dirinya, ia membalikkan tubuhnya, melihat kesekeliling rumahnya yang berantakkan, ada setetes air mata jatuh mengalir dipipi gadis berambut sebahu itu, tapi segera ia hapus, dalam hati ia bertanya
'Mama kenapa ma?'~~~
"Waktunya makan!!!!"
Delin berteriak girang dari arah dapur, setelah selesai membereskan rumahnya ia langsung memasak untuk makan malam, ibunya ada dikamar sejak tadi, tidak tidur, tapi juga tidak melakukan kegiatan apapun
"Mama.... maaa, ayok makan maa, ini Delin buatin sop ayam spesial buat mama"
Tidak ada sahutan, Delin menghela nafasnya dan melangkahkan kakinya untuk menjenguk ibunya dikamar, Delin melihat ibunya kini sedang duduk diam, sejak tadi siang ekspresi ibunya tidak pernah berubah, penuh tanda tanya didalam benak gadis itu, tapi kepada siapa dia akan mencurahkan pertanyaannya?.
Delin melangkah menghampiri ibunya perlahan, tangannya dengan hati-hati menggapai bahu ibunya, dengan tenang Delin berucap
"Mama, ayo makan ma, Delin udah masak sop ayam spesial buat mama"
Dan lagi, ibunya hanya diam.
~~~
Malam sunyi, dan lagi tanpa bintang
Selayak jiwaku, yang berkalang gemuruh tanpa penenangGadis itu, duduk sendirian di balkon rumahnya, sambil membawa sebuah note kecil yang sudah hampir penuh dengan berbagai macam tulisan yang kebanyakkan merupakan ungkapan hatinya. Malam ini mendung, membuat bintang enggan menampakkan dirinya. Semilir angin terus saja mengusik gadis itu, tak ada bising malam ini, hanya sunyi ditengah kelabu tanpa rintik.
Pikirannya tak bisa terpecah, sejak tadi yang ia pikirkan hanyalah ibunya, berbagai pertanyaan tumbuh dan berkembang didalam otaknya, membuat jiwa itu semakin terusik.
Tidak punya pilihan, dalam lingkup pikirnya ia harus segera tau apa yang terjadi pada ibunya, Delin bergegas masuk kedalam rumahnya, memilih untuk mengistirahatkan diri barang sejenak. Berharap ketika esok ia terbangun, ia bisa mendapatkan jawaban atas tanyanya.
***
Suasana kota Jakarta dimalam hari memang tidak pernah sepi, ibu kota yang dikenal juga sebagai kota tanpa tidur itu kini menghadirkan hiruk pikuk bagi siapa saja yang keluar rumah untuk menyapanya.
Antares larut dalam pikirannya, kopi yang ia pesan sudah habis dan hanya menyisakan ampasnya saja. Tanganya menggenggam kertas yang tadi dicurinya dari Delin, entah kenapa kata-kata yang dibuat oleh gadis itu bisa membuat dirinya terpaku.
Pesan Tanpa Suara
Diam meredam
Kala takut mulai berkuasa
Anganpun lenyap ditelan sang diam
Imajinasi berucap
Khayalpun bermain
Dan rintih tercipta
Bagaikan pesan tanpa suara
Yang tak dimengerti
Yang tak dipahami
Bahkan semesta sekalipun
Akankah sampai?
Akankah sampai?
Sebuah rintih
Sebuah pesan tanpa suara
Kepada sang tuan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah
Teen FictionHal terakhir yang bisa kamu lakukan adalah mengikhlaskan dan sekarang saatnya kamu untuk melangkah, memulai kisah baru dan melepaskan belenggu lama yang menyakitkan. - Sorakanlah kesedihanmu, tidak perlu air mata, karena terkadang, 'tawa' juga berh...