~Malam mendekap rindu yang terjebak dalam hati yang telah mati~
***Panas, itu yang Antares rasakan saat ini, sudah 15 menit lebih lelaki itu menunggu kehadiran seorang gadis yang tadi ia paksa untuk pulang bersamanya. Delin, gadis itu belum jua menampakan dirinya hingga detik ini, membuat Antares merasa kesal dan kecewa.
Rasa yakin akan kehadiran Delin, kini telah memudar, Antares melirik arloji di tangannya, sudah 45 menit berlalu, sekolah sudah sangat sepi, hanya ada beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatan ekstra kurikulernya dan beberapa satpam yang berjaga sore ini. Keringat sudah membasahi baju Antares, ia menghela nafas, lelah rasanya, untuk menunggu sesuatu yang tidak akan pernah datang.
Setelah Antares benar-benar yakin bahwa sosok Delin tidak akan datang, barulah ia menghidupkan vespa birunya dan meninggalkan pekarangan sekolahnya.
Disepanjang jalan menuju rumahnya, Antares tak henti-hentinya memikirkan sosok Delin, bagaimana bisa ia tidak melihat Delin sama sekali? Padahal pada saat bel pulang sekolah berbunyi Antares sudah memastikan bahwa Delin tidak kabur darinya. Hal ini ternyata benar-benar mampu untuk mengusik pikiran Antares, otaknya sekarang hanya dipenuhi pikiran tentang Delin
"Aaaghhh, dasar cewe batu"
***
Delin segera pulang kerumahnya setelah bel pulang sekolah berbunyi, ia sama sekali tidak menghiraukan ajakan Antares yang meminta nya untuk pulang dengan lelaki tersebut. Bagi Delin hal itu bukanlah sesuatu yang penting, karna ada seseorang yang lebih penting bagi Delin yang sedang menunggunya dirumah.
Delin mengetuk pintu rumahnya secara perlahan, ia dapat mendengar ada suara tangjsan dari dalam rumahnya, hatinya terasa sesak, perlahan ia buka pintu rumahnya, Sebetulnya Delin sangat terkejut ketika melihat kondisi didalam rumahnya saat ini, tapi ia tahu siapa yang telah melakukan semua itu.
Langkahnya pelan, diam dan tetap tenang, meski dadanya sudah dipenuhi sesak dan meskipun matanya sudah memanas akibat menahan tangis. Delin melihat ibunya dikamar, dengan keadaan yang benar-benar menyayat hati Delin, suara tangis dari ibunya tidak kunjung mereda, berbagai barang yang ada didekatnya sudah berserakan di lantai, teriakan ibunya terus menggema, membuat Delin semakin sesak dibuatnya.
Delin mendekat ke arah ibunya, ia mengusap wajahnya, berusaha untuk tersenyum dan terlihat sebahagia mungkin, berharap semoga hal itu dapat membuat ibunya sedikit tenang.
"Mama"
Tidak ada jawaban, hanya teriakan tanpa tujuan yang terus dilontarkan oleh ibunya itu
Setetes air mata Delin jatuh begitu saja, rasanya ia tak mampu lagi untuk menahan air matanya, tapi ia harus tetap kuat, demi ibunya. Delin mengulurkan tangannya, dengan perlahan ia menggenggam tangan ibunya, ia sangat berharap ada balas dari ibunya, tapi tetap saja, hanya tatapan kosong yang Delin dapatkan, gadis itu menghela nafas, berusaha setegar mungkin untuk menghadapi takdirny saat ini, ia tersenyum, suaranya kembali terdengar sangat lembut, ia tidak menyerah untuk mendapatkan kembali ibunya yang hangat seperti dulu."Ma, mama udah makan?"
"Ma, tadi disekolah ada cowok yang maksa Delin buat pulang bareng dia, namanya Antares, tapi Delin gamau ma, Delin tau kalau cowo itu datang cuma buat nyakitin Delin, dia itu juga cowo yang nyebelin ma, sering banget gangguin Delin, dia juga nyuri puisi Delin, dia sering ikutin Delin kemanapun Delin pergi, bahkan sampai ke toilet cewe, tapi dia nunggunya didepan kok ma, ya tapi kan tetep aja Delin takut, siapa tau ntar dianya ngintip?, ma cowo itu jahat kan ma? Datang cuma karna penasaran doang, paling juga nanti kalau dia udah bosan dan capek dia bakalan berhenti sendiri, iya kan ma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah
Teen FictionHal terakhir yang bisa kamu lakukan adalah mengikhlaskan dan sekarang saatnya kamu untuk melangkah, memulai kisah baru dan melepaskan belenggu lama yang menyakitkan. - Sorakanlah kesedihanmu, tidak perlu air mata, karena terkadang, 'tawa' juga berh...