---
'Maaf, apakah aku pernah mengenalmu ?'
"Hah, apa yang aku pikirkan sampai membuatku berharap ia mengingat kejadian tak penting itu seperti yang selama ini kulakukan. Benar-benar bodoh!"Jungkook kembali merutuki diri, merasa bodoh karena berpikir sang guru baru akan mengingatnya ternyata ia salah besar. Jung Hoseok tak mengingatnya, sama sekali.
"Makanan itu dibuat untuk dimakan dan dicerna, bukan diaduk-aduk dan terkontaminasi debu dan kotoran atau virus dan bibit penyakit lainnya. Hargailah jerih payah orang yang membuatnya."ia menoleh malas lalu terperanjat setelahnya mendapati tersangka utama kegundahan hatinya yang duduk santai disampingnya sembari membuka kotak bekalnya dan sebuah botol air minum berukuran besar, hanya nasi merah dan berbagai macam sayuran dan ada ayam kukus yang dipotong dadu. Ya seorang wanita dan keinginan untuk berdiet, seperti biasa.
"Makanan ibu guru selalu seperti ini setiap harinya ?"tanyanya setelah menjauhkan sepiring kare ayam yang mendingin, menatap sang guru yang kini sibuk meneguk air dari botol minumnya hingga seperempat bagian.
"Huum, begitulah. Sudah kebiasaan."
"Ibu berdiet ?"Hoseok tersedak sedikit lalu tersenyum kaku kearah Jungkook yang kini menatap penuh kearahnya.
"Tidak, hanya ingin menjaga kesehatanku saja."ujarnya membuat remaja tanggung itu mengangguk paham tak mau melanjutkan obrolan walau ia ingin tapi rasanya begitu sukar dan keduanya tenggelam dalam keheningan.
"Ah, Jungkook maafkan saya soal kejadian ke---"
"Lupakan saja, kalau begitu saya permisi."ujarnya lalu beranjak dari duduknya meninggalkan Hoseok termangu ditempatnya dengan ribuan tanya, ada apa dengan anak itu sebenarnya.
"Hah, kenapa semakin rumit saja~"
**
"Kau yakin tak mau bergabung lagi dengan tim basket kita, kapten ?"
"Sudahlah, kak Jimin. Tak bosankah kau membujukku untuk kembali ? Aku bahkan sudah lupa caranya memainkan benda bulat itu."ujarnya malas lalu kembali tenggelam pada buku sejarahnya membuat pemuda berpipi gembil bak bakpao isi kacang itu mendengus.
"Ayolah, kapten. Kau adalah andalan kami, andalan SHS Bighit. Kau tiada tandingnya."
"Bahkan untukmu sang putra mahkota Tuan Park Junmyeon ?"ujarnya dengan nada sinis membuat bibir tebal Jimin mengerucut, Jungkook menahan tawa karenanya.
"Ayolah, Jeon Jungkook~"
"Aish, pantas saja dokter cantik itu selalu menjauhimu layaknya kutu. Gayamu itu lho, kak Jim. Menjijikan."ujarnya sembari bergidik, Jimin menatapnya tak percaya lalu meringis sembari memegangi dada kirinya dramatis.
"Kau menyakiti hatiku."
"Nah, kan mulai lagi. Sudahlah, kau ini suka sekali menggangguku. Aku pergi saja."ujarnya lalu berlalu keluar kelas meninggalkan Jimin yang menghela nafas keras, mulai kembali memutar otak untuk membujuk Jungkook agar kembali kedalam club basket sekolah mereka yang kini kehilangan penopang.
"Aku harus bagaimana lagi sekarang ?"
Rambut cokelatnya kini berantakan, tertunduk lesu disalah satu meja dikelas adik kelasnya itu yang kini lengang karena penghuninya memilih menghabiskan waktu mereka diluar kelas. Seperti yang dilakukan Jungkook sekarang, berbaring santai diatap sekolah. Menikmati keheningan yang menyelimutinya.
"Saya perhatikan kau ini suka sekali menyendiri ya, Jeon Jungkook."
"Ah, ibu guru Hosiki ? Anda sedang apa disini ?"Jungkook tersentak kaget mendapati Hoseok kini duduk bersila disebelahnya, membiarkan celana kulot berwarna salem kotor terkena debu. Memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
"Ingin menikmati kesunyian, disini damai sekali. Apa ini tempat favoritmu ?"tanyanya penasaran, penuh rasa ingin tahu membuat Jungkook kikuk sendiri, menggaruk tengkuknya.
"Eum, begitulah."ujarnya gamang, Hoseok manggut-manggut dengan seulas senyum hangatnya yang membuat Jungkook hampir lupa pijakan.
'Ya Tuhan, kuatkan aku...'
"Bolehkah aku ikut bergabung menikmati suasana tempat ini bersamamu ?"tanyanya dengan tatapan penuh permohonan membuat Jungkook bimbang, ia tak biasa berbagi tempat favoritnya dengan orang lain bahkan pada Jimin yang notabene sahabatnya sejak SMP tapi ini Hoseok, Sunshinenya, mentarinya jadi...
"Tentu saja,"ujarnya lalu dibalas terjangan tubuh mungil yang kini memeluknya erat hingga terjungkal dari posisi duduknya, memekik kegirangan membuatnya menarik kedua sudut bibirnya. Kehangatan menyelimuti hatinya yang mendingin, nyaman sekali.
"Apapun untukmu, my sunshine."bisiknya yang dibalas pelukan yang lebih erat, entah kenapa Hoseok tak ingin mengurai dekapannya. Ia terlanjur nyaman. Ia merasa senang sekali.
"Terimakasih, Jungkook."
Ia mungkin merasa sakit kala mentarinya tak menganggap pertemuan pertama mereka penting tapi sekarang Jeon Jungkook tak mempermasalahkannya lagi karena Jung Hoseok lebih dekat dengannya bahkan memeluknya memberi rasa hangat dihatinya membuat kelabunya sirna.
'Terimakasih untuk rasa sederhana namun penuh warna yang kau berikan padaku, Jung Hoseok.'
Pelukan itu terurai, Hoseok menyunting helai rambut panjang kecokelatannya ketelinga sedangkan Jungkook menggaruk belakang kepalanya. Mereka dilanda kecanggungan lagi.
"Ah, sepertinya jam istirahat telah usai. Kau harus kembali ke kelasmu, Jungkook."
"Ah, iya. Baiklah bu guru Hoseok. Saya duluan."ujarnya lalu setengah berlari meninggalkan Hoseok yang mengerjap lucu, mengulum senyum.
"Sampai bertemu rabu depan, Jungkook."
Tbc
Ululu Hosiki agresif juga ya, Jungkook mana tahan. Tiati lho jeng, ntar diajak naena lho. Hohoho #plak
Itu aja sih.
Jaa minna-san, arigatou.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Mentari
FanfictionEntah kenapa setiap harinya aku hanya ingin melihatmu Walaupun kini kau hanya terdiam kaku disana, kau masih tetap sama Tetap indah selayaknya mentari pagi bagiku. Jungseok! Hopekook! ❤ Warn. Hoseok GS! Maafkan kekhilafanku menjadikanmu wanita lagi...