N.O

116 16 0
                                    

---

"Eung...."

"Selamat pagi, kelinci pemalas. Waktunya bangun dan menyambut hari~"

"Hoseok ? EH ?"

"Ish memangnya gadis mana lagi yang bisa membuatmu panas tinggi dan mengigau semalaman, huh ?"

"Tidak ada, hanya my sunshine seorang."ujarnya dengan suara parau dibalas kecupan singkat dibibirnya, gigi kelincinya terlihat jelas sekarang.

"Kau sudah dapat obat mujarab dariku, sekarang makan buburmu lalu minum obat."ujar Hoseok riang, bersiap menyuapi Jungkook yang masih lemah karena kekurangan cairan dan terkena gejala tyfus, Jungkook menahannya lalu menatapnya lekat. Sejak kapan gadis manis ini memakai nassal kanula ?

"Hosiki..."

"Iya, Kook."

"Sejak kapan kau memakai nassal kanula ?"tanyanya penuh selidik membuat Hoseok terdiam lama, tersentak kala dagunya ditarik pelan. Lagi-lagi tak ada jawaban, hanya bulir kristal bening yang menjawab semuanya. Kini Jungkook mengerti.

"Jangan menangis, sunshine. Aku hanya ingin melihatmu terus tersenyum. Itu yang membuatku jatuh berkali-kali."jemari kurus nan panjangnya menyeka airmata dipipi Hoseok yang basah lalu membawa tubuh mungil itu kedalam pelukan, Hoseok menangis tersedu kala kepalanya diusap lembut. Sejak beberapa tahun lalu ia tak pernah takut akan kematian yang kapan saja bisa menghampirinya walau semua makhluk hiduppun akhirnya mati juga tapi sejak mengenal Jungkook dan melewati berbagai moment dengan pemuda itu gadis itu menjadi takut, takut kalau jika ia pergi Jungkook semakin terpuruk dan semakin menjerumuskan dirinya dalam rasa sepi. Ia tak ingin itu terjadi.

"Kook, mau berjanji satu hal padaku ?"tanyanya kala keduanya saling tidur bersisian diranjang rawat Hoseok, saling memiringkan tubuh masing-masing dengan kepala Hoseok yang bersandar nyaman didada Jungkook. Jungkook hanya berdehem pelan, masih sibuk menciumi aroma shampoo pada rambut gadisnya yang juga beraroma susu kadang vanilla membuatnya ingat botol dot yang sering dibawanya kemanapun sampai usia 4 tahun, ia hanya bisa minum susu vanila tidak bisa yang lain. Dan kini, ia hanya bisa mencintai gadis manis pemilik senyuman sehangat mentari dan memiliki aroma kesukaan Jungkook, aroma susu vanila.

"Kook, berjanjilah padaku kalau kau akan terus menjalani hidupmu dengan baik dah berbahagialah, ada atau tanpa adanya diriku. Kau bisa memenuhinya ?"manik kembar Hoseok menatapnya penuh permohonan yang ditanggapi dengan pagutan menuntut membuat Hoseok harus menggigit lidah pemuda itu untuk memberhentikannya, meraup udara sebanyak-banyaknya yang hampir tak bisa masuk kedalam paru-parunya. Ia sesak luar biasa.

"Maaf, sunshine..."Hoseok hanya diam membiarkan tubuhnya kembali direngkuh, berusaha tak bersuara agar tangisan pilunya tak terdengar Jungkook tanpa menyadari pemuda itu menahan isakan dengan menggigit lidahnya yang mungkin kini terkoyak.

"Kumohon dengan sangat, Jung Hoseok. Jangan tinggalkan aku..."

**

Seindah Mentari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang