---
"Lha, kau tak ikut latihan ? Besok finalnya lho Kook."
"Aku sibuk! Mentariku butuh ditemani."serunya pada Mark yang menahannya kala ia baru saja keluar kelas untuk ikut latihan karena besok pertandingan persahabatan dengan kampus sebelah akan diselenggarakan mumpung sang kapten kebanggaan jadwalnya tak padat, hari ini memang hanya ada satu mata kuliah dan itupun hanya berisi kuis jadi waktunya hari ini begitu panjang. Pas untuk berduaan bersama Hoseok walau hanya dikamar rawatnya, sunshine kan belum sembuh benar. Jungkook tak ingin mengambil resiko.
Ia memarkirkan motor maticnya, hasil kerja part timenya sebagai kasir diminimarket 24 jam dan menjadi assisten Jimin di club tari pemuda berpipi mochi itu, ya walaupun tak sepiyawai pemuda bermarga Park itu setidaknya gerakan yang diperlihatkan pada muridnya tak ditanggapi dengan ejekan malahan diberi tepukan meriah. Ya lumayankan buat pengalaman hidup. Membalas sapaan para suster atau para pasien yang pernah bersitatap dengan pemuda tampan itu dengan senyum tipis, Jeon Jungkook memang masih tertutup. Hanya dengan gadis pemilik senyuman sehangat mentari yang membuatnya nyaman, tak ada batasan. Bersikap apa adanya.
"Selamat pagi menjelang siang, nyonya Jeon."ujarnya sembari memeluk tubuh mungil Hoseok yang sibuk menyisir rambutnya yang kini panjang sepinggang, gadis itu menyikut Jungkook main-main dengan wajah merona hebat. Apa-apaan itu, sejak kapan ia dipanggil nyonya Jeon, ia kan tak mencintai mendiang ayah pemuda itu. Aish Jung Hoseok, jangan mulai lagi please 😒
"Aku bukan kekasih gelap mendiang paman Jeon Sehun, Jungkook."protesnya dibalas gigitan gemas dihidungnya kala pemuda itu membalikkan tubuhnya menghadap kearah pemuda itu, Hoseok mengerucutkan bibirnya dan mendapat kecupan dalam membuatnya hampir kehilangan nyawa. Jungkook ini seperti bebek, menyerang bibirnya tiba-tiba, Hoseok kan sesak nafas.
"Menyebalkan!"gerutu Hoseok setelah meraup udara sebanyak-banyaknya, Jungkook yang terkekeh kikuk membuat gadis itu mengembungkan pipinya.
"Ya ampun, pipimu bahkan mengalahkan pipinya kak Jimin sunshine."ledeknya sembari menekan pelan bulatan menggemaskan dikedua pipi mentarinya itu yang ditanggapi delikan menggemaskan.
"Aish manisnya pacarku, aku bahkan suka lupa jika kau lebih tua 3 tahun diatasku."ujarnya terkekeh disela ringisannya karena cubitan maut diperutnya, kini mendekap sunshinenya erat membuat gadis itu nyaman.
"Aku jadi mengantuk."keluh si gadis manis membuat Jungkook menyernyit bingung.
"Eh, kenapa bisa begitu ?"
"Habis kau hangat sekali, seperti beruang cokelat."ujar Hoseok sembari mengusak-usak hidungnya didada Jungkook, pemuda itu mendengus geli.
"Kalau beruang, kak Yoon lebih pantas, sunshine."ujarnya lalu keduanya tertawa.
"Aku mengantuk, nyanyikan aku lullaby."rengeknya manja semakin membuat Jungkook yakin gadis dipelukannya ini masihlah anak-anak. Ia mulai bersenandung pelan sembari sedikit mengayun tubuh mungil gadisnya yang kini mulai terpejam, bergumam kecil lalu sedetik kemudian hanya dengkuran halus yang terdengar membuat hatinya menghangat. Hoseok memang selalu membuat hatinya menghangat.
"Selamat tidur, mentariku."ujarnya setelah membaringkan tubuh mungil Hoseok diranjang rawatnya dan menyelimutinya sampai sebatas dada, memberi kecupan lembut didahi dan memilih duduk disisi ranjangnya sembari membaca modul tebalnya. Ia harus menggunakan waktunya sebaik mungkin, semuanya harus teratur. Tidak ada yang harus dikorbankan apalagi untuk mentarinya, tidak, Jung Hoseok prioritas utama diatas segala-galanya bahkan untuk dirinya sendiri.
"Aish pacar idaman, sisakan satu untukku yang seperti itu ya Tuhan..."
"Diamlah, Lisa. Kau membuat gambarnya buram."protes Sooyoung karena rekaman yang tengah diambilnya menjadi tak jelas karena kehebohan rekannya itu, Lisa memberengut sebal
"Yah, bagus sekali. Ku tunggu diruanganku sampai lumutan taunya cari asupan fakir kasih sayang. Cari pacar sana!"
"Hehe, ampun Yang Mulia."ucap Lisa membungkukkan badannya berkali-kali pada gadis manis seputih salju yang kini menatapnya dingin mengalahi kutub utara.
"Ayo, dokter Jung. Bahas soal kasus keracunan massal disekolah dasar yang ada di kota sebelah sebaiknya ditemani americano atau machiato. Aku yang traktir."ujar Sooyoung merangkul Yoongi yang kini hanya mendengus namun tetap mengikuti alur yang dibuat dua rusuh itu, diam-diam Lisa menghela nafas lega. Dokter spesialis penyakit dalam itu sedang dalam mode jinak, tidak dalam mode beruang betina siap beranak. Hah lega luar biasa.
"Boleh tambah cheese cake ukuran large kan ? Adikku suka sekali dengan kue manis itu."ujarnya dengan senyuman madu beracun yang membuat keduanya mengangguk kaku, meratapi kantungnya yang mulai gersang karena akhir bulan.
Poor you, girls.
**
"Wah, saljunya sudah turun Kook. Lihat, saljunya mengenai telapak tanganku. Dingin~"seru Hoseok senang karena bisa melihat salju lagi, maklumlah putri tidur yang terlalu betah dikasur. Ia melewatkan banyak moment bahkan untuk kebersamaan mereka yang tak ia sangka kini sudah mencapai angka 4. Jungkook hanya tersenyum merasa heran juga padahal ini sudah masuk musim semi tapi kenapa masih ada salju ? Jungkook tak habis pikir.
"Jungkook..."
"Heum ?"
"Apa aku bisa mengajar lagi seperti dulu ?"tanya Hoseok menatap lekat Jungkook yang kini terdiam, ia melihat jelas raut tak suka tercetak diwajah tampannya membuatnya menyendu.
"Tunggu hasil labmu---"
"Tak apa, Kook. Aku mengerti. Aku tak ingin egois lagi karena aku tak ingin membuat kalian sedih."ujarnya sembari tersenyum tapi untuk pertama kalinya Jungkook tak menyukainya, itu senyum kesedihan bukan senyuman hangat yang dipujanya.
"Hey, sunshine..."
"Aku mengerti Kook, tak perlu jelaskan apapun..."Jungkook terkesiap kala melihat pipi Hoseok basah membuatnya panik, berjongkok didepan gadisnya yang terduduk dikursi roda lalu membawanya dalam dekapan hangat. Ia selalu suka dengan berbagai hal yang disukai Hoseok hanya saja ia... Jungkook hanya takut gadis itu lelah dan kembali tumbang lalu terbaring lemah diranjang pesakitan. Ia tak ingin itu terjadi lagi, demi apapun ia tak sanggup.
"Kau tahu aku begitu mencintai dan memujamu kan, Jung Hoseok ?"ujarnya yang dibalas anggukan lemah, ia menelan ludahnya yang tercekat ditenggorokan. Ini berat namun ia harus mengutarakannya agar gadisnya mengerti kalau kebahagiaannya harga mati untuk seorang Jeon Jungkook.
"Tak ada alasan bagiku untuk menghalagimu melakukan hal-hal yang kau sukai seperti dirimu yang selalu memberi dukungan padaku, aku hanya tak ingin kau kelelahan sunshine. Aku tak mau kau kesakitan lagi."lanjutnya membuat kedua pipi Hoseok semakin basah, hanya pelukan yang semakin mengerat sebagai balasan. Gadis itu kini paham, Jungkook maupun kakaknya hanya ingin yang terbaik untuknya. Tak ingin dirinya kesakitan. Dia memang gadis egois.
"Maafkan aku..."
"Tak apa, sayang. Sudah ya, nanti matamu tambah mengecil jika menangis terus."
"Yak! Kelinci bulan menyebalkan!"
"Ehe, pardon me honey."Jungkook memberi kecupan singkat namun ditahan si gadis manis yang kini mengalungkan kedua lengan kurusnya, membiarkan beberapa buliran salju mengenai keduanya dipenghujung hari yang entah mengapa terasa lebih hangat.
"Aku mencintaimu, Jeon Hoseok."Hoseok tersenyum disela pagutannya, membiarkan Jungkook bermain sesukanya. Seperti yang dilakukannya selama ini.
Tbc
Balik keruang rawat oi, bocah piyik dilarang berkeliaran pas mau magrib nanti digondol wewe 😝
Yoi, Soek panasin lagi jeng. Biar kebakaran sekalian. Aha.
Sweet engga sih ketjup basah pas salju turun ? Aww acu mana tahan dek Kookie, dasar bocah kerdus!😂
Itu ajasih, jangan lupa vomentnya nanti diteror si kelinci bulan tu atu pake teror virus merah jambu biar pada tekdung online nyaho maneh 😜😁✌
Jaa minna-san, arigatou 😊✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Mentari
FanfictionEntah kenapa setiap harinya aku hanya ingin melihatmu Walaupun kini kau hanya terdiam kaku disana, kau masih tetap sama Tetap indah selayaknya mentari pagi bagiku. Jungseok! Hopekook! ❤ Warn. Hoseok GS! Maafkan kekhilafanku menjadikanmu wanita lagi...