---
"SEMANGAT JUNGKOOK, CETAK POINT SEBANYAK YANG KAU BISA. KAMI MENGANDALKANMU!"
Jungkook tersenyum lebar, menampilkan gigi kelincinya. Melambai kearah mentarinya yang tersenyum kearahnya. Ia nampak berbeda dengan hoodie hitam yang terlihat begitu kebesaran untuk tubuh mungilnya. Hoodie itu milik Jungkook, yang ia titipkan saat bersiap berganti pakaian. Ia tak menyimpannya kedalam tas ranselnya, gadis itu memilih memakainya membuat hatinya dipenuhi perasaan bahagia. Jantungnya seakan mau meledak.
"Siap, kapten ?"tanya Jimin sembari merangkul sahabatnya, sesekali melemparkan flying kiss pada gadis berkulit putih pucat mengenakan topi putih untuk menahan sengatan matahari, padahal sudah sore tapi yang namanya musim panas tetap saja membuat repot. Kulitnya itu sensitif sekali, omong-omong. Yoongi berdecih, memilih sibuk nyemil donat. Malas menanggapi kelakuan gila sahabat kekasih adiknya itu, uhuk kekasih ? Ya begitulah, jangan tanya Yoongi karena itu terlalu merepotkan!
"Kita rebut piala itu kali ini, Jim. Dan menguasinya selamanya."keduanya tertawa singkat lalu bersiap diposisi masing-masing dan pertandinganpun dimulai. Hoseok masih sibuk menyemangati membuat Yoongi meringis, takut adiknya kelelahan. Bisa gawat jika adiknya kambuh saat Jungkook sibuk bertanding, semuanya pasti akan kacau.
"Jangan terlalu bersemangat, Hosiki. Kau itu tak boleh terlalu lelah."
"Aish baiklah, semangat Jungkook! Aku mencintaimu."bisiknya diujung kalimat lalu terkikik geli membuat Yoongi menggelengkan kepalanya, adiknya sedang dimabuk cinta. Dirinya ? Adiknya prioritas utama, cinta itu prioritas sekian sekiannya Jung Yoongi, begitu.
Iya kan ? Yakin kuat ?
'Dia pasti sudah kehilangan kewarasan, bocah tak punya urat malu. Aurat diumbar kemana-mana. Aish mataku tercemar.'
"Ow ow, kak Yoon aku tidak menyangka Jimin punya roti tingkat enam diperutnya. Kira-kira Jungkook punya tidak ya ?"Yoongi ingin mengubur dirinya saja sembari merutuki diri karena pipinya yang memanas sampai ketelinganya. Adiknya yang polos sudah terkontaminasi.
'Awas kalian berdua, kelinci bulan, pipi mochi. Abis kalian ku hanyutkan kesungai Han.'
"Whuuaa Jungkook punya roti tingkat enam, Ya ampun aku gemas sekali~"
Siapkan Yoongi lubang kubur secepatnya.
**
"Kenapa tak dimakan jjangmyeonnya ? Apa kau mau pesan yang lainnya ? Sup rumput laut ?"tawar Jungkook kala melihat mentari terlihat lesu dan tak menyentuh jatah makan malamnya membuatnya khawatir begitupun Yoongi yang berada disebelah Jimin. Takut adiknya kambuh.
"Aku hanya sedikit pusing~"ujarnya pelan, ia tak ingin bicara lagi. Perutnya terasa diaduk-aduk.
"Ya! Hosiki!"
"Biar aku yang menyusulnya."Jungkook beranjak dari duduknya menyusul Hoseok ke toilet, berjalan mondar-mandir didepan pintu toilet yang masih terlihat ramai membuatnya segan. Ia semakin gusar karena mentarinya tak kunjung keluar.
"Ah, sunshine kau tidak apa-apakan ?"tanya Jungkook panik kala melihat gadisnya dipapah keluar toilet oleh seorang ibu-ibu.
"Terimakasih bibi, maaf merepotkan."ucap Jungkook yang dibalas senyuman, ia membopong tubuh lemas Hoseok yang kini setengah terpejam membuat pemuda itu bergegas.
"Ya Tuhan, Hosikiku...bertahanlah..."tangan Yoongi sudah gemetaran tak karuan kala cairan merah kental keluar dari kedua lubang hidung adiknya itu, banyak sekali sampai mengotori hoodie yang dikenakannya dan sebagian wajahnya. Ponselnya hampir terlempar jika Jimin tidak segera mengambil alih, menelfon pihak rumah sakit untuk mengirim ambulans dan bersiap untuk kemungkinan-kemungkinan terburuk nantinya. Kemungkinan terburuk ? Jungkook tidak mau membayangkannya, tidak akan pernah!
"Kook... sesak...."kini darah itu keluar dari mulutnya membuat Jungkook mengumpati siapapun yang bertugas menjadi supir ambulans hari ini, begitu lambat membuat mentarinya semakin kesakitan.
"Bertahan sunshine, kita akan segera sampai rumah sakit. Pegangan pada leherku okay, aku akan lari."ia mengubah posisi menggendong Hoseok menjadi piggy back, memastikan bahwa tangan ringkih itu mengalung pada lehernya. Ia berlari sekuat yang ia bisa, mengabaikan teriakan Yoongi dan Jimin. Yang ia tahu, mentarinya butuh penangan segera.
"Kau bisa memakai mobilku, bodoh!"Jimin ingin menangis rasanya, kemana otak pintar Jungkook ? Remaja tanggung itu hanya diam dikursi belakang, sesekali membenarkan nassal kanula yang terpasang pada hidung Hoseok yang sedikit merosot. Gadis itu tergolek dipangkuannya, setengah terpejam. Membalas rematan jemarinya lemah sekali.
"Sunshine... my sunshine..."
"Kookie...aku...mencintaimu..."manik kembar itu sepenuhnya terpejam, bersamaan rematan lemah pada tangannya yang terlepas, Jungkook memeluk kepala Hoseok didadanya.
"Tidak, jangan tinggalkan aku... kau sudah berjanji."gumamnya berulang-ulang membuat Yoongi mengumpat Jimin berkali-kali karena menyetir begitu lambat.
"SIAPAPUN TOLONG BANTU ADIKKU!"para medis bersiap dengan blankar dan masker oksigen menggantikan nassal kanula yang bertengger dihidung mungil Hoseok, bergerak cepat. Tak ingin semakin kehabisan waktu, Yoongi kembali mengumpati para medis yang juga menjadi rekan kerja.
"Bisa lebih cepat kalian mendorong blankar sialan ini ? Adikku sekarat!"ia tertahan diruang gawat darurat karena menurut yang lainnya Yoongi bisa berlaku ceroboh dan menghambat proses penangan Hoseok, ia tak bisa berbuat banyak. Hanya memukuli dada Jimin yang merengkuhnya dalam pelukan.
"Harusnya aku mengabaikan rengekannya untuk menonton pertandingan bodoh kalian, seharusnya aku paksa dia pulang daripada menuruti rengekan manjamu yang kelaparan. Semua karenamu Park Jimin! Tidak, semua karenaku... aku kakak yang tak berguna..."Yoongi meracau sampai suara hampir habis karena berteriak dan terisak-isak, terus menyalahkan dirinya.
"Tidak, bukan salahmu Yoon. Bukan salah siapapun. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja..."ujarnya sembari mengusap punggung sempit Yoongi, Yoongi hanya diam. Terlalu lelah untuk menanggapi apapun lagi.
"Yoon, bisa ikut keruanganku ?"
"Katakan disini saja."ujar gadis itu dingin membuat dokter muda itu tersenyum canggung, menatap kearah ketiganya lalu menghela nafas berat.
"Dokter Jung, sekarang pasien Jung Hoseok dinyatakan koma dengan waktu yang tak bisa ditentukan."ujarnya dengan nada penuh sesal, mereka yang mematung ditempat.
"Maafkan aku Yoon, kami sudah berusaha semampu kami."
Bruuuk
"YOONGI!"
Tubuh mungil itu hampir menubruk lantai jika Jimin dan Jungkook tak sigap menahannya dan kini terbaring diruang rawat membuat kedua pemuda itu berbagi tugas, Jimin yang menjaga Yoongi sampai gadis itu sadar dan Jungkook yang menunggui Hoseok dari balik didinding bening di ruang ICU. Mentarinya koma membuat hatinya kembali hampa. Kelabu itu kembali menyelimutinya.
"Sunshine... kau berbohong padaku..."dahi tertempel didinding kaca bening itu lalu menempelkan sebelah tangannya seakan menyentuh tubuh mungil terhias berbagai alat medis itu, lagi-lagi hatinya diselimuti duka. Ia harus bersiap kapan saja, Sunshine bisa pergi kapan saja.
"Kumohon jangan tinggalkan aku, Hoseok..."
Jungkook kembali menangis, menangisi alur kehidupannya yang tragis...
Tbc
Jan pergi ya, Seok. Doi cinta methong tuh ama lo. Dududu.
JJK-nim yang sabar yo, kalau jodoh mah engga akan kemana-mana. Ganbatte!
Itu ajasih
Jaa minna-san, arigatou 😊
![](https://img.wattpad.com/cover/149995439-288-k701485.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Mentari
ФанфикEntah kenapa setiap harinya aku hanya ingin melihatmu Walaupun kini kau hanya terdiam kaku disana, kau masih tetap sama Tetap indah selayaknya mentari pagi bagiku. Jungseok! Hopekook! ❤ Warn. Hoseok GS! Maafkan kekhilafanku menjadikanmu wanita lagi...