***
"Selamat pagi, baby..."
Jin tersenyum lebar kala wajahnya mendapat tendangan cukup kuat dari kaki mungil yang agak basar yang ternyata berbaring disebelahnya, sibuk menggerakkan kaki dan tangan mungilnya semangat tanpa merasa kedinginan walau tubuh mungilnya hanya berbalut handuk bayinya. Adiknya habis selesai mandi rupanya. Sudah waktunya berhenti mengarungi alam mimpi dan kembali pada tugasnya sebagai kakak yang baik, menjaga adiknya yang mulai senang aktif menggerakkan tubuhnya.
"Eits, mau apasih ? Mau tengkurap ya ? Kookie kan belum kuat nanti menangis jika wajahmu tenggelam dalam kasur karena sesak nafas, duh anak ini."Jin berusaha mengembalikan kembali tubuh mungil adiknya yang siap untuk menelungkupkan dirinya yang seringkali berakhir kegagalan karena bayi itu masih belum mampu menahan berat kepalanya sendiri dan berakhir menangis karena sesak nafas. Dasar adik bayinya ini punya pendirian teguh cenderung kelas kepala, si bayi berumur 3 bulan itu tetap melakukannya dan kembali menangis karena wajahnya tenggelam dikasur sang kakak yang menghela nafas lelah. Siap mendapat ceramah sang bubu.
"Jin, ada apa ? Kenapa Kookie menangis ? Apalagi yang terjadi kali ini ?"nah kan, sang bubu datang. Meraih tubuh montok sang bayi yang menangis kencang lalu menimangnya perlahan sembari mengarahkan botol dot berisi asi perah yang sudah disiapkan sang bubu. Si bayi tenang setelah mengeluarkan sendawa kecil lalu mulai menggumam dengan bahasa bayi yang lucu. Jin hanya diam, malas menanggapi sang bubu. Ia tak melakukan apapun jadi untuk apa membuang waktu untuk menjelaskan.
"Jin, tolong ambilkan popok Kookie. Bubu lupa menyiapkannya."titah sang bubu yang sibuk memijat si adik bayi yang terlihat menikmati sembari memainkan botol minyak telonnya, adiknya itu senang sekali dipijat. Atau mungkin senang saja jika dipegang-pegang ?
Eh ?!
"Jin... ini Kookienya nanti ngompol lho, mau kasurmu basah ?"ujar sang bubu mengingatkannya, Jin tersenyum bodoh lalu berlari keluar kamarnya menuju kamar sang adik dan kembali kekamarnya dengan kantung besar berisi popok. Biar bubunya saja yang pilih, ia mau melihat adiknya memakai bajunya. Kegiatan yang tak disukai si bayi lalu menangis kencang dan ini membuat Jin menyukai adiknya menangis, biasanya tidak. Percayalah.
"Pakai baju dulu sayang, setelah ini mimi susu lagi. Langsung dari pabrik olahannya, sebanyak yang baby kesayangan bubu suka."
"Benar sekali, kau ini susah sekali jika dipakaikan baju. Kau ini bayi manusia bukan bayi kelinci yang tak akan masuk angin walau tak tertutupi apapun."ujar Jin sembari mencium gemas pipi gembil si adik bayi yang masih tersedu, padahal sesi berganti bajunya sudah selesai dan ia bersiap meminum makanan favoritnya dari pabrik olahannya dengan kemasan menarik.
"Dasar adik nakal! Bilang saja kau ingin menguasai bubu sendirian."keluh Jin sembari pura-pura memberengut kesal, menekan pipi bulat si bayi yang mengembung dan mengempis konstan karena asik menyesap susu. Sang bubu terkekeh, memberi kecupan sayang pada kedua putra tercintanya bergantian membuat Jin tersenyum lebar.
"Mau lagi, disini. Yang banyak."pinta Jin sembari mengerucutkan bibirnya lucu pada sang bubu, minta jatah kecupannya. Luhan tertawa gemas lalu memberi kecupan dua kali dibibir mungil si sulung yang tertawa girang.
"Kau tidak mendapatkannya, kasian."ujarnya meledek yang dibalas kerjapan lucu si bayi yang masih asyik menyusu lalu mengarahkan kepalan mungilnya kewajah Jin dan memberinya pukulan, Jin memberengut mengundang kekehan geli sang bubu.
"Yaampun, manis dan lucunya putra-putraku."keduanya dapat kecupan lagi, berkali-kali.
**
"Rumah sepi sekali ? Dimana Jin ? Bukankah malam ini jadwalnya menonton tayangan anime kesukaannya ?"tanya Sehun heran karena tak mendapati si sulung yang biasanya sudah duduk manis diruang tengah dengan setoples kue kering dan cup besar es krim vanila sembari menonton anime kesukaannya kali ini bocah itu tidak ada disana bahkan suaranya pun tak terdengar sejak ia pulang dari kantor. Luhan menghampiri sang suami dengan dua cangkir cokelat panas ditangannya, bersandar nyaman didada sang suami yang tengah duduk disofa ruang tengah mereka.
"Jin sudah tidur usai makan malam, kelelahan main bersama si baby yang makin hari makin aktif saja. Oh iya, sekarang baby Kookie sudah bisa tengkurap, bolak-balik. Lucu sekali."seru Luhan riang membuat sang suami menunggu lanjutannya dengan antusias.
"Lalu apa lagi ?"si cantik tersenyum lalu mereka berbincang hangat ditemani suara riak hujan deras dimalam itu sedangkan kedua putranya terlelap dengan salah satu tangan mereka menggenggam satu sama lain. Manis sekali.
TBC
Ululu manisnya~😍
Mau cubit pipinya Kookie, yaampun. Gemay 😚😀
Kak Jin ih, jailnya. Jadi kena tabok kan. Aha.😁
Jan lupa voment, chingu-nim.👌
Gowamo.🙏😊
Salam manis,
Popok Kookie ✌
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Bayi (Baby Kookie)
FanfictionKeluarga kecil Oh tengah menunggu anggota baru mereka hadir, semuanya antusias apalagi si sulung yang tak sabar untuk pamer pada sahabatnya kalau ia juga akan punya adik yang lucu. Bagaimana kisah mereka ? Apa kenyataan akan sesuai harapan ? Nantika...