---
Pagi ini terlihat berbeda, masih terlihat gelap karena hujan tak kunjung mereda membuat siapa saja ingin terus bergelung malas dalam selimutnya. Tidak terkecuali pria tampan yang sebentar lagi punya buntut baru, siapa lagi kalau bukan Tuan Oh Sehun yang sibuk menggelung dirinya layaknya kepompong. Lupa tugasnya sebagai kacung di perusahaan property membuat bubu Luhan yang tampak manis dengan apron beraksen kelinci besar berwarna peache kesal bukan kepalang. Lebih dari setengah jam wanita hamil itu mencoba membangunkan suaminya tapi malah kini dirinya yang dipeluk erat layaknya guling membuatnya harus kerja ekstra.
"OH SEHUN!"
"Yak, baby. Aduh sayang sakit nih telingaku. Kalau lepas bagaimana ? Aku tak tampan lagi."protesnya sembari mengusap telinganya yang memerah, Luhan membeo.
"Ayo bangun. Jin bahkan sudah rapi sejak setengah jam lalu. Memangnya kau tak mau berangkat ke kantor ?"ujar Luhan mengerut kesal, Sehun menepuk jidat.
"Aku lupa kalau jam 8 nanti ada rapat dengan para investor."seru Sehun panik, menendang selimut lalu terbirit-birit menuju kamar mandi. Luhan menggelengkan kepalanya sembari melipat selimut yang tergeletak dilantai kamar mereka lalu menyiapkan pakaian suaminya yang kini sudah keluar dari kamar mandi. Secepat ayahnya Naruto, kartun favorit sahabat putranya, Min Yoongi. Bocah maniak kumamon yang warna kulitnya membuat Luhan meringis. Putih sekali sedangkan dirinya ? Dibilang kuning langsat pun ia sudah sujud syukur.
"Aku makan dimobil saja, sayang. Jin ayo kita berangkat."ujar Sehun mengambil dua roti isi setelah meneguk beberapa tegukan susu cokelatnya, Sehun tak terlalu suka kopi dan teh. Maniak susu cokelat. Luhan mengangguk melambaikan tangan kearah putranya yang menampilkan cengiran lebar, terlihat jelas giginya yang tanggal dibagian depan. Menggemaskan sekali.
"Astaga! Aku lupa membawakan mereka payung."Luhan menepuk jidat keras lalu meringis. Semoga keduanya baik-baik saja.
"Abu pergi kerja dulu, kak Jin jangan nakal. Nanti ada paman Jaemin yang menjemput."pesan Sehun pada putra yang kini mengangguk mantap lalu berlalu riang kedalam kelas setelah memberi kecupan kilat dipipinya, sejak masuk taman kanak-kanak bocah yang baru genap berumur 6 tahun itu sering malu-malu jika menunjukkan rasa sayangnya pada Sehun. Pria itu tersenyum gemas.
"Ah, pak Sehun langsung berangkat ke kantor ?"tanya sang guru putranya, Sehun mengangguk setelah membungkukkan dirinya.
"Iya, bu Nana. Titip Jin ya, nanti siang adik ipar saya yang akan menjemputnya."
"Iya pak, itu sudah menjadi tugas saya. Bu Luhan kandungannya bagaimana ?"tanya sang ibu guru lagi, Sehun tersenyum.
"Baik bu Nana, makin gendut."ujarnya membuat sang guru terkekeh pelan.
"Ya namanya juga ibu hamil pak."
"Yasudah kalau begitu saya pamit bu, harus menghadiri meeting nih. Permisi."pamitnya pada sang guru lalu keduanya saling membungkukkan badannya, Sehun kembali menerjang hujan yang tadi sempat mereda kini kembali menderas.
"Huh, bajuku lepek semua..."keluhnya lalu menghela nafas berat, mulai melajukan mobilnya menjauhi area sekolah Jin menuju kantornya. Mengganti cepat pakaian kantornya yang basah didalam mobil dengan pakaian kantor cadangan yang selalu ada dimobilnya. Keluar mobil dengan tergesa, mengabaikan sapaan Jongin---Partner in crimenya yang kini menatapnya terheran-heran.
"Ada apa dengannya ?"tanya Chanyeol yang baru saja selesai membuat kopi, Jongin mengangkat bahu.
"Mungkin sedang terburu-buru."keduanya manggut-manggut lalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Oi, Kai."
"Heum ?"
"Apa hari ini ada jadwal meeting dilantai 5?"tanya Chanyeol sembari sibuk menatap layar PCnya, Jongin terdiam sejenak lalu menggeleng.
"Sepertinya tidak ada."
"Lalu untuk apa Sehun kesana ?"
Keduanya saling berpandangan lalu menepuk jidat masing-masing, Chanyeol berdecih.
"Dasar idiot."ujarnya, Jongin menggelengkan kepalanya.
Terkadang Oh Sehun lebih idiot dari Mingyu, Junior mereka yang sukar naik jabatan.
"Hachu..."
"Sudah ku bilang, kalau hujan meneduh dulu. Kau ini seperti bocah saja, hujan-hujanan tidak ingat umur."omel Luhan sembari sibuk mengompres suaminya yang terserang demam dan sepertinya terkena gejala flu karena kehujanan, Sehun meringis. Mau menyanggah tapi tubuhnya lemas semua jadi pria tampan itu membiarkan. Segalak-galaknya Luhan, jika ia sakit tetap saja wanita hamil itu merawatnya dengan baik.
"Lebih baik aku yang sakit ketimbang putraku."lirihnya membuat Luhan tertegun, menatap manik kelam suaminya yang kini tersenyum manis. Oh, manisnya suami tampannya.
"Terimakasih kalau begitu."ujarnya lalu mengecup bibir seksi suaminya, Sehun menekan tengkuk istrinya. Tidak mau hanya sebentar.
"Kau mau aku mati kehabisan nafas, huh ?!"
"Aduh duh sayang, aku ini sedang sakit lho~ ya Tuhan, lenganku biru-biru begini."
"Masa bodo!"
TBC
GWS abu keluarga Oh tapi bukan geura mati sia, ya yeorobun. Ehe 😁✌
Ditunggu vomentnya, sayang.👌
Dapat kedipan dari si tampan, Junjun. Kesayangannya Tata 😉
Gomawo,😊🙏
Salam manis,
Popok Kookie 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Bayi (Baby Kookie)
FanfictionKeluarga kecil Oh tengah menunggu anggota baru mereka hadir, semuanya antusias apalagi si sulung yang tak sabar untuk pamer pada sahabatnya kalau ia juga akan punya adik yang lucu. Bagaimana kisah mereka ? Apa kenyataan akan sesuai harapan ? Nantika...