Akhirnya...

15K 766 49
                                        

---


Aku mengambil jatah me-timeku hari ini dan akan kembali kerumah paling lambat jam 9 malam.

Bubur tim Kookie, sarapanmu dan Jin sudah ku siapkan. Tinggal kau hangatkan saja.

Bubur timnya bisa digunakan sampai siang, malamnya beri asi saja. Sudah ku stok beberapa botol dipendingin. Ingat, dihangatkan terlebih dahulu sebelum kau berikan pada Kookie-ku.

Aku mencintaimu, abu.

Salam penuh cinta,

Bubu Luhan 😘

Sehun mengacak rambut cokelatnya yang kini memanjang dengan agak keras, beralih menatap kedua putranya yang duduk manis dikarpet berbulu. Ya, si bungsu sudah bisa duduk dengan tegap karena sudah 6 bulan. Sibuk dengan bebek karetnya yang kini digigitinya bersama Jin yang asyik mengambar entah apa dibuku gambar Mario Brossnya. Si abu menghela nafas pelan.

"Jin, jaga Kookie ya. Abu mau siapkan makanan untuk kalian."ujarnya yang diangguki si sulung yang mulai mengabaikan kegiatannya, sibuk kesana kemari mengambil bebek karet yang dilempar sembarang arah oleh sang adik yang menepuk kedua telapaka tangan mungilnya, kegirangan melihat sang kakak kewalahan.

"Dasar adik nakal."cicit Jin takut didengar sang abu yang kini telah berada didapur, sibuk menghangatkan makanan. Jungkook mengerjapkan mata bulatnya lalu terkekeh girang membuat raut kesal Jin hilang berganti tawa renyah kala mendengar tawa geli si bungsu yang tengah dikelitikinya.

"Jijiji~"

"Ahaha, takkan aku hentikan. Kau nakal sekali sih."ujar Jin disela kegiatannya mengelitiki dan mencium gemas perut bulat adiknya yang mulai menjerit, ia berhenti lalu mengecup bibir mungil adiknya yang siap mencebik membuat bayi montok itu mengurungkan niatnya. Menatap polos sang kakak yang tersenyum kearahnya lalu memeluknya walau tidak erat. Takut si bayi kehabisan nafas karena diterjang badan bongsornya.

"Kau tahu, aku menyayangimu."gumamnya disela dekapannya yang dibalas gumaman lucu Jungkook yang tanpa sadar menepuk pelan punggungnya, Jin tersenyum hangat lalu menghujaninya kecupan gemas membuat si bayi risih dan menangis kencang dan membuat bubur tim yang tengah dihangatkan sang abu hampir jatuh tergelincir dari tangannya. Jin tersenyum pongo kala sang abu mulai berasap.

"OH SEOKJIN!"

"Ehe. Sayang abu~"



**

"Paman Hun, apa aku boleh minta tambah jus jeruknya lagi ? Adikku masih haus."Sehun mengurungkan niatnya yang bersiap mengarungi mimpi disofa ruang tengahnya kala sebuah tangan mungil pucat menarik ujung kausnya, Sehun menghela nafas lalu mengambil alih gelas yang ada ditangan mungil sahabat si sulung yang kini mengekorinya menuju dapur. Menunggu jatah tambahan jus jeruk untuk sang adik.

"Thanks,"ucapnya singkat lalu berlalu setengah berlari menuju halaman samping, bergabung kembali dengan teman-temannya entah melakukan apa. Sehun tidak peduli sebelum sebuah teriakan kencang disusul suara kecipak air yang besar seperti ada yang jatuh kedalamnya.

"ASTAGA, ANAKKU!"


**

"Huhu maafkan aku sayang, aku tidak sengaja. Semuanya terjadi begitu cepat. Jangan diami aku seperti ini."

"Hah, sudahlah Hun. Aku lelah. Kau kekamar saja duluan, suhu badan Kookie masih tinggi mungkin lukanya membuatnya demam seperti ini."ujar Luhan sembari sibuk membenarkan letak plester demam yang terpasang didahi putra mungilnya yang begitu hangat dan terdapat luka lecet disana, membuat diujung kening mulus itu terdapat plester bergambar kelinci gemuk nan lucu. Ia tak berniat mendiami suaminya, ia hanya kesal. Bukan hanya pada Sehun tapi lebih pada dirinya yang lebih memilih untuk bersenang-senang dan meninggalkan putranya yang masih begitu belia dengan seorang pria yang lebih banyak menghabiskan waktunya dikantor. Jika ia tak mengajukan me-time pasti kedua putranya akan baik-baik saja. Jin tidak akan mendapat gips dikaki kirinya karena tergelincir kala mencoba menangkap sang bungsu yang hendak terjun bebas kedalam kolam renang yang dalam dan mendorong tubuh mungil adiknya hingga tersungsur ditanah dan terantuk hiasan batu alam yang ada disekitar kolam renang membuat tidak keras dan hanya membuat luka lecet lalu bocah yang duduk di taman kanak-kanak itu masuk kedalam kolam, hampir tenggelam jika tak segera ditarik suaminya kepermukaan. Membuat kaki kanannya terkilir dan bengkak, harus dipakai gips. Hati wanita itu ngilu. Ia merasa gagal menjadi ibu, menjadi seorang istri untuk mereka pria berharganya.

"Maafin bubu ya sayang..."

Malam itu Luhan menangis lagi, ditemani sang suami yang sibuk merutuki diri dibalik pintu kamar putra kedua mereka.




**

"Bibi, maafkan aku. Aku ditugaskan Jin untuk menjaga Kookie saar dia ingin masuk kedalam rumah untuk buang air kecil karena sibuk menahan adikku yang terus ingin berlarian menuju keluar pagar, aku takut adikku tertabrak kendaraan yang bisa melintas kapan saja."ujar Namjoon, bocah seumuran putra sulungnya yang sudah memakai kacamata penuh penyesalan sembari membungkukkan tubuhnya, Luhan menatapnya.

"Tidak bibi, ini salahku karena malah sibuk tertidur dan membuat Junjun repot mengurusi ketiga bocah kelebihan energi main bersama. Aku yang salah, tolong jangan marah pada paman Hun lagi."timpal Yoongi ikut membungkuk kearah Luhan berkali-kali membuat wanita itu menghela nafas panjang lalu membawa keduanya kedalam dekapannya. Membuat tangis kedua sahabat si sulung pecah, sesenggukan dalam pelukannya. Menggumamkan kata maaf berkali-kali. Luhan tersadar sejak malam dimana ia menangis sembari mendekap kedua putranya. Tidak ada dari mereka yang salah, semua karena garis takdir mereka memang seperti itu. Ia sudah berusaha menerima semuanya dengan lapang dada dan menjadikannya sebagai pembelajaran hidup dimasa mendatang dan soal Tuan Oh, mereka sudah baikan kok dan pria itu sudah mendapat jatah kecupannya, dua kali. Uh, buat pipi Luhan panas saja.

"Sudah ya sayang, kalian kesini untuk menjenguk Jin dan Kookie kan ?"keduanya mengangguk serempak, Luhan mengulum senyum.

"Mereka ada dikamar, temuilah mereka. Bibi akan memasak. Kalian mau puding cokelat ? Nanti bibi bawakan kesana setelah makan siang telah siap."

"Siap, bibi. Terimakasih."ujar Namjoon memberi kecupan dipipi kanan Luhan yang membuat wanita itu terkekeh, membiarkan si jangkung itu berlalu lalu beralih pada si bocah yang warna kulitnya membuat Luhan meringis meratapi nasibnya dalam hati, bocah itu terlihat malu-malu entah kenapa membuatnya menaikkan satu alisnya.

"Kenapa sayang ?"

Chu~

Luhan mengerjapkan matanya, Yoongi bersemu sampai telinga.

"Sekali lagi maafkan aku dan terimakasih."ujarnya cepat lalu berlari masuk kedalam rumah menuju kamar putra bungsu keluarga Oh yang sudah terbebas dari demam, Luhan menggelengkan kepalanya.

"Kukira ada apa, dasar Yoongi..."gumamnya memegang sudut bibirnya yang terkena kecupan manis bocah masih berkulit seputih salju itu, Luhan meringis lagi mengingatnya.

"Kapan aku bisa seputih dia ya ?"tanyanya entah kepada siapa, ditanggapi suara cicak yang bersiap memisahkan ekor dari tubuhnya entah untuk apa.



The end



Finally.

Jangan melempariku jarak jauh, ini memang sangat menggantung. Jemuran saja lewat tapi mau gimana lagi, aku tak sanggup melanjutkannya.😁✌

Ini berat, 😢

Lebih berat dibanding rindunya Dagelan pada Malika sang kedelai hitam.😂😁

Ditunggu vomentnya karena aku tak butuh rindu.👌

Gomawo chingu-nim.😊🙏

Salam rindu dari abu keluarga Oh,😚

Jaa,😉👋

Salam manis,

Popok Kookie yang kini bercelana ✌😝

Adik Bayi (Baby Kookie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang