Cinq.

53 6 4
                                    

Suara alunan piano terdengar cukup nyaring. Beberapa kertas berisi coretan kata kata yang bisa disebut lirik berjatuhan di atas lantai marmer berwarna putih. Bisa dibilang, nada nada ini terdengar sedikit sumbang namun masih cukup pantas untuk dinikmati. Si cantik mentari bahkan masih enggan bangun dan membagi sinarnya. Well, sekarang masih pukul 4 pagi. Tentu saja.

"Chimmy, kau mengantuk? Tapi kau soksokan ingin menemaniku ya?" Aku sedikit membungkuk untuk mengelus kepala Chimmy. Ia meregangkan badannya dan menaruh kepalanya diatas tumpuan kaki depannya.

Tak lama, aku mendengar suara hentakan kaki mendekat ke arahku. Aku membalik badan sedikit, ternyata itu Tanaka, pria berusia sekitar 50 tahunan yang mengenakan jas rapi dan membawa nampan di tangannya. Ia adalah kepala pelayan yang sudah bertahun tahun mengabdi disini— bahkan sebelum aku lahir.

"Tuan muda, silahkan tehnya untuk membuat anda fresh di pagi hari."

Aku meraih secangkir teh beraroma jasmine dan tersenyum.

"Terima kasih,Tanaka. Teh buatanmu memang yang terbaik."

Ia hanya tertawa kecil dan badannya membungkuk untuk memungut beberapa kertas yang berserakan di lantai.

"Ah, itu semua adalah lirik lagu. Aku sedang berusaha membuat satu lagu sempurna." Ujarku.

Ia mengangguk, "Bila boleh saya bertanya, ada apa tiba tiba tuan ingin membuat lagu ini? Alunan piano yang anda mainkan barusan cukup bagus menurut saya."

Aku bangun dari kursi piano berwarna putih. Aku mengumpulkan kertas kertas draft lirik lagu dan meraih cangkir teh untuk meneguknya.

"I want to make something special for a very special person."

Tanaka memberikan kumpulan kertas yang dia pungut kepadaku dan tersenyum.
"Benarkah? Apa saya boleh tau siapa orangnya?"

Aku menggeleng.

"Mungkin tidak sekarang. But I promise you, He is so incredibly mesmerizing."

Entah mataku yang memancarkan secara jelas bila aku sedang jatuh cinta atau aura tubuhku yang berubah. Tanaka kembali tersenyum dan mengangguk.

"Saya yakin itu, Tuan Muda."

Aku melangkah menjauh, "Aku akan bersiap siap dulu. Terima kasih morning teanya, Tanaka. Ayo Chimmy!"

"Melihat Tuan Muda yang antusias dan bahagia seperti ini membuatku bahagia. Semoga Tuan Muda bisa terus merasakan kebahagiaannya."

—————————————————————

Pukul 01.00 siang.

As you can see, I skipped my biology class. Malas bertemu dengan wanita tua—tidak terlalu tua sih sebenarnya— dengan kerahnya yang tidak terkancing sebanyak 5 kancing membusungkan dadanya setiap berada di dekatku. Ayolah, aku tidak tahu kalau di universitas ada jurusan khusus untuk stripper.

Aku berjalan cepat untuk mencari Yoongi. Pasti dia ada di ruang musik sedang berpacaran dengan piano kesayangannya. Dalam beberapa saat, aku akan menggantikan posisi sebagai pianonya a.k.a pacarnya. Ah, aku jadi tersenyum sendiri membayangkannya.

"Yoongi ssaem!"

Eh? Dia tidak ada di ruang musik. Tumben sekali. Apa dia ada kelas mengajar ya? Ah mungkin dia sedang duduk di kursi dekat pohon seperti biasanya.

Nihil, dia tidak ada disana juga. Hm, ini aneh. Tidak biasanya dia menghilang.

"Ah, padahal aku ingin mengumpulkan draft ini."

Tiba tiba, guru bahasa inggris, Namjoon ssaem lewat. Aku membungkuk dan mendekatinya.

"Ssaem, apa ssaem melihat Min ssaem? Ada tugas yang ingin saya kumpulkan."

Tangled Strings.Where stories live. Discover now