"Untuk hari ini saya ingin meningkatkan kepekaan kalian terhadap musik. Oleh karena itu, saya ingin kalian membuat musik sesuai dengan selera kalian. Waktu pengerjaannya adalah satu hari." Ujar seorang namja yang mengenakan kemeja berwarna baby blue dan kertas berisikan not balok di tangannya.
"Min ssaem, besok terakhir dikumpulnya?" Tanya seorang gadis berdarah jepang sambil mengacungkan tangannya.
"Iya, Sana. Tapi apabila kalian ingin berkonsultasi dengan saya atau kalian sudah menyelesaikannya lebih awal bisa datang ke ruang musik. Hari ini saya ada di ruang musik sampai jam 7 malam." Yoongi membalas dengan senyuman lalu ia bergeser untuk duduk diatas kursi pianonya.
"Sebenarnya ini bukan masuk ke dalam nilai inti, tapi saya ingin tahu seberapa peka kalian terhadap alunan musik. Karena cara membuat musik itu bukan hanya sekedar menuangkan nada nada dan menggabungkan lirik. Tapi kalian juga harus mencurahkan feel dan cinta kalian ke dalam musik tersebut. Dengan begitu, musik yang kalian buat akan terasa lebih hidup."
Ia memainkan beberapa tuts piano dengan lembut. Matanya berbinar saat melihat jemarinya menekan piano piano tersebut dan menciptakan alunan harmoni yang indah. As always, mataku tak bisa berhenti menatapnya. Tanpa perlu ia jelaskan pun, orang asing pasti akan mengetahui bahwa dia memang hidup untuk membuat musik. Terpampang jelas bahwa dia dilahirkan untuk seni.
Ah no, he is a piece of art.
"Well, karena saya tau bagaimana rasanya menjadi pelajar, pasti kalian ingin imbalan. Jadi siapapun yang benar benar membuat musik itu dengan sungguh sungguh akan saya berikan nilai A+. Tapi ingat! Hanya berlaku paling telat sampai besok pagi! Apabila kalian mengumpulkannya lewat dari batas waktu, say goodbye to your A+ score."
Mendengar itu, semua murid tertawa senang dan Yoongi menghela nafas dengan senyuman pula. Aku hanya tersenyum. Tak perlu ia beri aku imbalan apapun juga pasti aku akan membuat yang terbaik untuknya.
"Baiklah kalau begitu, kalian boleh meninggalkan ruang musik sekarang. Carilah inspirasi sebagus mungkin untuk musik kalian. Ingat, ssaem menunggu ya!?"
Semua murid di kelas menjawab Yoongi dan mulai satu persatu meninggalkan ruang musik. Menyisakan aku dan Yoongi disini.
"Jimin? Kenapa masih disini? Cari inspirasi di luar sana." Ia bertanya dan aku berjalan menghampiri.
Untuk apa aku keluar kalau misalnya inspirasiku ada disini, Min Yoongi?
"Ah, ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan ssaem." Yoongi membalas dengan mengangguk.
"Silahkan, aku akan menjawab apapun itu, Jimin."
Aku tersenyum dan menghampirinya lebih dekat, "Boleh aku duduk di sampingmu, Yoongi ssaem?"
Mataku tertuju pada kursi pianonya yang memang lumayan panjang dan cukup untuk diduduki oleh dua orang. Yoongi mengangguk antusias dan menepuk kursi itu lalu menggeser badannya agar aku bisa mendudukkan diriku disitu. Aku duduk dan menyentuh piano putih itu.
"Bagaimana caranya membuat musik yang benar benar menyentuh hati?" Mataku tertuju pada Jari putih manisnya yang lengket dengan tuts piano. Jariku hanya berjarak setidaknya kurang dari lima jengkal dengan jemarinya.
"Musik itu akan terasa indah if you put your heart and soul in it."
Yoongi menatapku, ia tersenyum.
"Kalau menurutku sebenarnya membuat lagu itu tidak perlu terburu buru. Aku lebih memilih Hanya menyelesaikan 1 lagu dalam waktu lama namun lagu tersebut bisa mengetuk masuk hati para pendengarnya."
YOU ARE READING
Tangled Strings.
RomansaAku Kim Jimin, bukan kebiasaanku menceritakan kisah hidup. Tapi, kalau kamu sebegitu penasarannya, Why don't you stay and drink your cup of tea with me?