[3/10]

2.3K 350 22
                                    

Satu bulan berlalu, menjadi penjaga perpustakaan merupakan hal yang mudah bagi Guanlin. Ia mulai terbiasa dengan buku-buku tebal yang mengisi hari-harinya. Satu murid yang ia hapal sering datang ke perpustakaan adalah ketua kelasnya, Bae Jinyoung. Mereka tidak banyak berinteraksi satu sama lain setelah kejadian majalah dewasa dan kacamata satu bulan yang lalu, namun Guanlin senang memandanginya ketika pria dengan tubuh yang lebih pendek darinya itu sedang serius membaca dengan siluet cahaya matahari yang menerangi sebagian wajahnya. Itung-itung mengusir kebosanan, kata Guanlin.

"Hai"

Panjang umur memang, pria dengan marga Bae kini berdiri tepat didepannya dengan buku yang tidak lumayan tebal berada digenggamannya.

"Gua mau pinjem ini"

"O-oh ini. Isi data disini"

Guanlin yang belum berpikir normal sedikit salah tingkah dibuatnya. Namun dengan cepat ia dapat menyesuaikan diri. Ia menunjuk data buku pinjaman dengan sampul kuning didekatnya, memberikan tanda kepada Jinyoung untuk mengisi nama, kelas, serta judul buku yang ia pinjam.

"Batas pengembalian 2 minggu"

"Oke. Mmm lu ga kekelas? Udah masuk soalnya"

"Bentar, nunggu yang gantian jaga dateng"

"Ohh. Gua duluan klo gitu"

Guanlin tersenyum mengangkat tangannya sebatas dada lalu melambai ragu. Entah karena alasan apa namun Guanlin akhir-akhir ini memang sering menatap pria dengan marga Bae itu ketika membaca, perasaannya menjadi senang dan nyaman disaat yang bersamaan.

Guanlin kadang tidak sengaja ketahuan jika tengah memandang Jinyoung. Setelahnya mereka malah jadi tatap-tatapan dalam waktu yang lama, mereka salah tingkah ketika sadar dan membuat keduanya merasa sedikit canggung. Guanlin jadi tidak enak hati. Jarang sekali ia merasakan hal seperti ini, perasaan canggung lebih tepatnya. Ketika melihat wanita atau pria yang kelewat cantik, ia akan mati-matian mendapatkannya tanpa harus merasa ragu apalagi canggung. Namun kali ini, ia merasa Jinyoung bukanlah pria yang mudah untuk didekati. Tidak. Bahkan Guanlin tidak berani hanya untuk mendekatinya.

 Bahkan Guanlin tidak berani hanya untuk mendekatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Woy penjaga perpus"

Baru saja Guanlin menginjakkan kakinya di kantin, segerombolan siswa yang lebih mirip dengan preman itu melambaikan tangan kearahnya. Guanlin jalan mendekat, ia sudah rindu dengan teman seperjuangannya itu. Teman nongkrong yang akan dengan mudah Guanlin ajak bolos atau adu jotos sekalipun.

"Udahan lu jadi penjaga perpusnya?"

"Udeh, entar lu pada kangen klo gua kelamaan"

"Geli lu anjing"

Park Woojin, temannya yang selalu saja mengeluarkan kata-kata umpatan itu termasuk teman terbaiknya. Warna kulitnya yang jauh dari kata putih itu menjadi daya tariknya tersendiri, serta gigi gingsulnya yang menambah kesan keren jika ia tersenyum menebar pesona pada wanita maupun pria diluar sana.

Reasons •Pandeep ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang