Pria bernama Lai Guanlin sudah tidak ada dikelasnya sejak bel pelajaran sejarah berdering. Membolos benar-benar tidak dapat hilang dari kebiasaannya. Awalnya Jinyoung ingin tidak peduli dengan ketiadaan pria jangkung itu, namun semakin dirinya mencoba untuk tidak peduli, semakin Jinyoung merasa penasaran dimana kira-kira Lai Guanlin berada.
"Pak, saya izin ke kamar mandi"
Setelah mendapatkan persetujuan dari Pak Yoon, Jinyoung melangkahkan kakinya keluar dari kelas 12-5, dirinya berbohong ketika mengatakan ingin pergi ke kamar mandi karena sebenarnya tujuan utamanya adalah mencari keberadaan pria Lai.
Kamar mandi, ruang basket, serta kantin tidak juga Jinyoung temukan keberadaan Guanlin. Ia mencari dibeberapa kelas kosong namun nihil, Lai Guanlin tidak juga berada disana. Perpustakaan tidak mungkin menjadi tempat membolos karena terkadang guru akan berjaga disana. Jinyoung berhenti ketika kakinya membawa dirinya pada satu-satunya tangga menuju rooftop, ia tertarik untuk mencari keatas, barangkali si pria Lai berada disana.
Benar saja. Si pria jangkung tengah tertidur dengan tangan yang ia jadikan penyangga kepalanya. Jinyoung mendekat, sepertinya Guanlin menyadari adanya kehadiran seseorang karena sekarang dahinya tengah berkerut tanda tak suka. Cahaya matahari yang seharusnya menerpa kulit putihnya terhalang oleh seorang pria yang tengah menatapnya lekat-lekat.
"Ketemu juga"
Guanlin membuka matanya perlahan. Terlihat dari raut wajahnya bahwa ia tidak suka tidur siangnya diganggu. Alis matanya menukik tajam ketika melihat wajah pria Bae dihadapannya.
"Pak Yoon udah keluar?"
"Belom, 30 menit lagi baru keluar"
"Trus ngapain disini?"
Guanlin bangun, ia duduk lebih tepatnya. Alih-alih menjawab, Jinyoung malah menempatkan bokongnya tepat disamping Guanlin yang kini tengah mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. Guanlin menyodorkan sebatang rokok didepan Jinyoung, bermaksud menawarkan pria itu untuk menemaninya merokok. Guanlin tahu Jinyoung bukan pria yang merokok, wangi strawberry yang menyeruak ketika Guanlin berada didekatnya membuktikan bahwa Jinyoung menjauhkan diri dari hal yang bernama rokok.
"Gua ga ngerokok"
Jinyoung jelas menolak. Sekalipun ayahnya seorang perokok, namun Jinyoung tidak berniat untuk mencobanya, ah ia ingat, pernah sekali Jinyoung mencoba ketika masih duduk dibangku SMP, namun ia langsung terbatuk dan berpikir bahwa rokok bukan sesuatu yang cocok untuknya.
"Kirain udah kapok ngebolos, ternyata masih aja"
"Pengen jagain perpus lagi"
"Hah?"
Suara Gualin terdengar seperti gumaman, Jinyoung tidak dapat mendengar apa yang barusan Guanlin katakan ditambah suara angin yang kencang membuat mereka harus berbicara dengan suara yang sedikit lantang.
"Gua ngantuk!"
Guanlin mendekatkan mulutnya pada telinga Jinyoung dan sedikit berteriak disana. Jinyoung yang merasa suara Guanlin terlalu memekakkan telinganya sedikit menjauhkan kepalanya lalu menoleh cepat membuat hidungnya tak sengaja bersentuhan dengan hidung Guanlin yang berada tepat didekat wajahnya.
Kejadiannya tak berlangsung lama karena Guanlin buru-buru menjauhkan wajahnya dari sana. Jinyoung memalingkan wajahnya dengan cepat. Suasana canggung tercipta setelahnya. Gerakan-gerakan seperti menggaruk kepala, membenarkan dasi, dan menghembuskan asap rokok mereka lakukan dengan mata yang bergerak gelisah dan debaran jantung yang tak menentu. Keduanya salah tingkah setelah kejadian singkat yang tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons •Pandeep ☑️
Fanfiction[Short Story] Sampai ketika Guanlin dan Jinyoung di pertemukan pada kelas yang sama. Salah satunya tertarik dengan yang lainnya. Entah karena alasan apa namun keduanya merasakan getaran yang sama. Cinta?