Part 2

254 13 0
                                    

Mentari tenggelam sempurna bersamaan dengan Raina dan Arga yang baru saja sampai di perkarangan rumah Raina. Sebenarnya jam pulang sekolah sudah berjalan sejak 2 jam yang lalu, tetapi karena ada urusan dengan anggota esktakulikuler musiknya jadinya Raina agak terlambat pulang untuk hari ini.

Dan, ya. Dengan sabarnya seorang Arga Argantara menunggu Raina yang baru beberapa jam yang lalu resmi menjadi pacarnya. Setidaknya itu menurut pendapat Arga, sedangkan Raina? Jawaban tidak sudah pasti.

Raina turun dari motor ninja hitam milik Arga lalu berjalan membuka pagar besi rumahnya.

"Ga mau ucapin makasih gitu ke orang ganteng belakang lo?"

"yang udah bela-belain nungguin lo", sambung Arga.

Raina menghentikan langkahnya, lalu berbalik dan menghembuskan nafas kesal.

"Yang minta ditungguin siapa ya?", tanya Raina balik.

Arga hanya tersenyum, lalu mengacak rambutnya.

"Gue nggak akan pergi sebelum lo bilang sesuatu sama pacar lo yang ganteng ini", ucap Arga dengan pedenya.

Raina menggeleng, dia kemudian berbalik dan berjalan masuk ke rumahnya. Meninggalkan Arga yang terkejut dengan sikap pacar barunya itu. Arga kira Raina akan menuruti permintaannya, tapi nyatanya TIDAK sama sekali. Sungguh kasihan nasibmu Ga!.

Sementara di balik jendela kamar sana, Raina masih memperhatikan lelaki dengan motor ninja hitam miliknya. Perasaan tak enak muncul.

"Duh! Kenapa gue nggak enakan gini ya? Tapi suruh siapa dia nungguin gue, gue kan nggak minta", ucap Raina mengigit kukunya tanda ia sedang khawatir.

Raina kembali menatap Arga dari balik horden berwarna biru langitnya, seorang Arga masih tetap di sana.

"Udah gila kali ya tuh anak!", kesal Raina.

Drttt..Drtt...

Raina menoleh, suara ponselnya membuat ia berjalan untuk mengambil benda berwarna rose gold tersebut.

                                    Arga
Kayaknya lo gabakalan keluar deh, yaudah gue pulang dulu

Selamat malam pacar Arga

Besok pagi gue jemput lo

See u 💙

Mata Raina melotot menatap beberapa pesan masuk dari Arga. Dengan cepat ia berlari ke arah jendela kamarnya, dan melihat Arga yang tersenyum ke arahnya. Dengan cepat Raina menutup kembali gordennya.

Drttt...Drttt...

Arga

Gue tau lo bakal  liat gue

Jangan malu - malu, gue siap kok nemenin lo kalo lo takut di rumah

"Apaan sih! Nggak jelas banget tu orang", ucap Raina kesal lalu berjalan kearah ranjang Queen Size nya.

Raina duduk di tepi ranjang dengan masih melihat beberapa pesan yang dikirim Arga, sebenarnya dirinya saat ini masih tak enak dengan Arga yang sudah dia abaikan. Meski dia membenci manusia yang bernama Arga tersebut, tetapi Raina masih mengingat ucapan Ayahnya yang  tak pernah mengajarkannya untuk mengabaikan orang.

"Duh kenapa sih gue ini?"

Raina kemudian meletakkan handphonenya di atas nakas dan beranjak tidur. Ia menarik selimut bergambar burung hantunya hingga menutupi lehernya.

"Nggak! Gue nggak boleh mikirin si Ager-Ager itu! Males banget!", celoteh Raina sambil memeluk gulingnya.

"Eh tapi ntar dulu, tuh si Ager-Ager dari mana dapet nomor WA gue? Gue kan nggak pernah tuh kasih ke dia"

"Au ah bodo amat!", ucapnya lalu mematikan lampu tidurnya dan menutup matanya.


                            🍂🍂🍂
Saat ini Raina bersama kedua sahabatnya tengah menghabiskan jam kosongnya di kantin sekolah. Sambil gibah tak jelas dengan di temani semangkuk siomay.

"Jadi lo nggak bales chat dari Arga?", tanya Fay sambil mengaduk - aduk jus mangga di hadapannya.

"Ya enggaklah! Males banget gue", jawab Raina ketus.

Sedangkan Fay hanya menghembuskan nafasnya mendengar jawaban Raina, dan kemudian kembali menyeruput minuman favoritnya.

"Maaf ya Ra, gue nggak sengaja kasih nomor lo ke Arga", Tia yang sedari tadi diam kini angkat bicara.

"Udalah, nggak usah di anggep serius", jawab Raina yang merasa kasihan melihat wajah sedih sahabatnya yang satu ini.

"Jadi lo udah nggak marah sama gue?", tanya Tia sambil menggenggam tangan Raina.

Raina mengangguk.

Sebenarnya Raina masih sedikit kesal dengan sikap Tia yang memutuskan memberikan nomor Wa nya ke Arga. Tapi karena tak mau ada pertengakaran diantara dirinya dan Tia, jadilah dirinya menghiklaskan untuk memaafkan perbuatan Tia. Memang begitulah sifat Raina, tidak mau ada keributan.

"Eh- eh Ra itu bukannya si Arga?", tiba- tiba suara Fay membuat Raina menoleh ke arah cowok yang sedang berjalan ke arahnya.

"Hai pacar Arga", sapa Arga lalu mengambil posisi duduk tepat di depan Raina.

"Mau ngapain lagi lo kesini?", tanya Raina ketus.

"Galak amat si pacar aku ini", jawab Arga berusaha membuat Raina sedikit tersenyum. Tapi nyatanya Raina malah melotot ke arah Arga.

"Pacar- pacar. Sejak kapan gue jadi pacar lo? Ngimpi!".

Arga hanya tersenyum lalu menyederkan tubuhnya ke arah kursi kantin.

"Sejak kemarin".

"Kemarin? Tapi gue nggak ngerasa tuh", balas Raina sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Nggak apa-apa lo nggak nganggep gue untuk saat ini. Tapi ingat, gue bakalan ngebuat lo nyaman berada di dekat gue", ucap Arga lalu beranjak pergi dengan senyuman yang membuat para kaum hawa jerit melihatnya. Tapi tidak untuk Raina.

Raina terdiam mendengar ucapan Arga yang menurutnya itu terdengar serius. Apakah benar Arga akan membuat dirinya nyaman? Apakah Raina akan segampang itu terlena? Dan apakah Raina yakin dengan ucapan Arga barusan?

"Ra..Ra....", panggil Tia yang membuat Raina bangun dari lamunannya.

"Arga barusan serius nggak sih?", tanya Raina sambil menatap kedua sahabatnya secara bergantian.

"Menurut gue itu serius sih Ra", jawab Fay mantap.

"Dan kalo lo beneran dibuat nyaman sama Arga gimana?", tanya Tia.

Raina menggeleng, "Nggak akan!".

R A I N A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang