Hari minggu ini Arga menghabiskan waktunya bermain Pabji di rumah sahabat dari oroknya, siapa lagi kalau bukan Seno. Arga dan Seno sudah menjalin ikatan persahabatan sejak masih di dalam masa pembuatan.
Arga yang kala itu sedang asik bermain pubji di kamar Seno terkejut saat sahabatnya itu membuang sekeresek berlogo IndoDesember. "Kaget anjir!", umpat Arga masih fokus pada gamenya. Seno tertawa kecil, sambil membuka jaket boombernya dan ia buang sembarang ke arah ranjangnya. Dan kini ia hanya menggunakan t-shirt hitam polos.
"Tumben lu main ke sini lagi Ga, sejak lo masuk esema lo udah sombong sama gue sampe ga pernah main ke sini", tanya Seno sambil memainkan ponsel berlogo apple di gigit ulat di tangannya.
Arga tak menjawab pertanyaan Seno, dirinya masih asik dengan dunia game onlinenya.
"Jawab bangsat!", Seno melempar bantal kecil ke arah Arga.
"Lah si anying! Sabar ngapa!".
Arga mempause game onlinenya, dan beralih menatap Seno yang kini sedang membuka tutup botol minuman kesukaannya "Larutan Cap Badak ".
"Gue lagi galau", jawaban singkat hanya 3 kata tetapi sedetik kemudian Seno tertawa sampe - sampe memegang perut sixpack nya.
"Geli anjir! Sumpah!"
"Nah ini nih! Yang gue males ke rumah lo! Emang ada yang salah kalo gue galau? Itu manusiawi kali", ucap Arga memberi pembelaan atas harga dirinya yang diinjak oleh Seno.
Seno menghapus sedikit air matanya yang keluar akibat menertawakan jawaban Arga.
"Oke oke oke, maaf gue becanda. Ya lo sih sok-sokan galau, emang lo galauin apaan?"
Arga menghembuskan nafasnya lalu mengambil bantal yang di lempar Seno tadi dan menjatuhkan badannya di sofa milik Seno.
"Ini tentang cewek yang gue suka", jawab Arga sambil memejamkan matanya.
"Tumben lo galo-galo tentang cewek, bukannya lo bisa dengan cepat mendapatkan cewek hanya dengan mengedipkan satu mata lo?"
"Ini lain, dia berbeda".
Seno terdiam, dia mencerna jawaban Arga.
"Maksud lo dia berasala dari dimensi lain gitu?".
Arga terduduk mendengar respons Seno yang sama sekali Seno akan merespons begitu.
"Gue kira lo tambah pinter sekolah di esema bergengsi tapi nyatanya kebodohan lo makin hakiki".
"Dasar lu! Kalo ngomong ya!", kesal Seno.
"Lah logika aja gue pacaran sama mbak qunti, gilak kali lo!".
"Ya terus apaan Arga bint Sueb!", tanya Seno berusaha sabar.
"Dia itu dingin, dan baru pertama kali gue temuin cewek yang dingin ke gue. Di tambah lagi ada satu cowok yang halangin gue buat dekat sama dia", jelas Arga dengan muka syedih.
"Lo ngambil pacar orang? Lo mau jadi pecekor? ".
Dahi Arga mengernyit, "Apaan itu pece. Pe- pe apa tadi? Au ah bodo! Bukan gitu si cowok ini itu sahabat nya Raina jadi dia menurut gue dia juga suka sama Raina jadi dia ngehalangin gue buat deket sama Raina".
Seno manggut-manggut mengerti, "Oh jadi namanya Raina? Ya udah sih kalo emang tuh cowok cuman sahabat Raina lo harus lawan! Emang lo sesuka itu yang sama Raina?", tanya Seno.
"Gue nggak suka sama Raina. Tapi gue udah cinta mati sama dia! Nggak segampang itu Sen, masalahnya Raina udah dekeeeeeettttt dan sepercaya itu sama sahabat cowok nya ini. Lah gue apaan? Cuman cowok yang baru mengetuk pintu hatinya dan belum berada di dalam hatinya".
"Sok puitis lo! Padahal kalo disuruh buat puisi pasti dapet nilai D".
Arga tak membalas ia kembali menjatuhkan dirinya di sofa hitam itu.
"Please kasi gue saran", pinta Arga.
Seno terdiam, ia terlihat memikirkan saran terbaik untuk Arga.
"Gue punya ide!".
Arga loncat dari sofa dan duduk dekat Seno.
"Apaan?", tanya Arga dengan mata berbinar.
"Jadi gini......"
