Chapter 4

145 1 0
                                    

Note:

Sorry klo Soundtracknya gak cocok sama jalan ceritanya. Nah yang dimultimedia anggep aja Revan. Makasih udah baca cerita ini ^^

Karna aku gk tau cara Autoplay soundtracknya jdi aku kasih soundtracknya lewat Video yg ada di multimedia. Maaf ya :(

Saat hujan berhenti, aku dan Valentine berpamitan kepada Bibi In. Kami kembali ke kampus. Dijalan menuju Asrama, kami ngobrol

“Hey.. Tadi lagunya bagus banget. Suara kamu ngalahin penyanyi nya loh”

“Hahaha masa sih?”

“Serius! Oh ya ngomong-ngomong apa Bibi In sudah menikah?”

“Hmmmm aku gak tau deh”

“Ayolah ceritain! Aku gak ngasih tau siapa-siapa deh”

“Serius aku gak tau”

 “Apa ada orang yang kamu sukain?”

“Hmmm gak ada”

“Baik teman ataupun sahabat?”

“Hmm enggak ada. Lagian kenapa tiba-tiba nanya kayak gitu?”

“Gak apa-apa kok. Cuman nanya doang”

“Klo aku suka sama seseorang.. Aku suka ngobrol sama dia.. Suka bercanda sma dia.. Dan aku suka bersamanya”

“Hmm gitu ya.. Sama.. Aku juga”

  Akhirnya kami sampai dikamar. Saat masuk kedalam, Air Hujan sudah membasahi lantai, Carpet dibagian wilayah Valentine dan tempat tidur Valentine. Pasti atapnya bocor

“Sepertinya kita punya masalah” Kataku

Valentine berjalan kesal menuju pintu kamar. Hampir saja dia terpeleset aku sudah siaga untuk menangkapnya jika dia terjatuh bukan untuk mencari perhatian

“Lihat saja Ibu pasti marah” Kesalnya

“Val...”

Aku mengambil alat pembersih lantai yang terdapat di sebelah pintu menuju Balcon dan mengambil ember kecil. Aku membersihkan lantai yang basah menggunakan alat pembersih lantai. Selesai membersihkan lantai yang basah, aku mengambil selimut yang basah di kasur Valentine. Valentine masuk kedalam kamar, dia berjalan menuju kasurnya dan ingin memindahkannya disebelah pintu balcon. Aku kasihan melihat Valentine yang gak terlalu kuat untuk memindahkan kasur itu. Aku berjalan melewati Lakban berwarna merah itu dan membantu Valentine mengangkat kasur itu. Dia hanya menatapku dan kami menaikkan kasur itu lalu aku memindahkannya disebelah pintu Balcon

“Sungguh berantakan! Aku membeli kasur itu sendiri. Air sialan!” Kesalnya

“Val, kamu bisa tidur dikasurku. Aku tidur di lantai”

“Gak perlu”

“Hey, aku serius. Kamu boleh masuk ke wilayahku”

“Kamu yakin?”

“Iyalah, aku kan anak petani. Tidur di lantai yang keras, aku sanggup”

Tiba-tiba lampu mati. Valentine kaget dan berlari kearahku. Dia memelukku sambil memejamkan matanya. Aku sedikit tertawa. Jadi dia takut gelap. Aku menaruh semua lilin yang aku punya disekitar kamar. Sambil menyalakannya dia memegang bajuku karna dia takut kalau tiba-tiba ada hantu. Aku menyalakan semua lilin. Aku mengambil 1 lilin yang besar dan 2 lilin yang kecil. Aku taruh dilantai dan menyalakannya. Kami duduk dilantai. Aku membuat bayangan seekor burung dengan tanganku. Valentine mengikutiku dia membuat bayang seekor burung dengan tanganya juga. Kami memainkan bayangan itu bersama tanpa sadar, kepala kami berdekatan. Kami berhenti memainkan bayangan itu dan menatap satu sama lain. Valentine berhenti menatapku dan menaruh kembali tangannya di kakinya. Dia bertanya padaku

YES OR NO?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang