Y O U T H • 06

107 74 30
                                    

Y O U T H • Chapter 06

_____

Sampai dirumah, tadi Rheta langsung naik kelantai dua, untuk kekamarnya. Lelah, melihat pemandangan yang memuakkan, tidak pernah ada habisnya.

Mereka selalu ribut jika bertemu, dan jarang dirumah. Mereka yang dimaksud adalah, Ayah dan Ibunya. Rheta yang notabenenya anak pertama, sudah lelah mendengar bahkan memisahkan mereka.

Entah, yang diributkan sedari dulu, tidak pernah jauh dari harta. Terkadang, Rheta kasihan pada Ibunya. Namun, apadaya? Ibunya sudah lama tidak membutuh dan tidak mempedulikannya.

Ibu dan Ayah Rheta memang ingin bercerai, namun Ayah Rheta menolak keras untuk itu, dengan alasan 'anak-anak membutuhkan kita' seperti itu terus. Sedangkan, dia sendiri selalu pergi dari rumah setelah meminta uang kepada Ibunya.

Terkadang, Rheta butuh sandaran disaat seperti ini. Ingin bercerita, tapi tak sanggup. Ingin menangis, egonya menolak keras 'dia bukan cewek lemah'. Ingin teriak, tapi tak mampu.

Rheta sudah mencoba untuk dewasa, dan mengerti kondisi keluarganya. Kadang, Rheta juga iri, apalagi pada saat hari Mother's Day. Rheta bingung, ingin mengucapkannya pada siapa? Kadang takdir suka mempermainkan perasaannya, pikir Rheta.

Brakk!

Lamunan Rheta buyar, melihat sosok yang tadi ia lamunkan. Ayahnya datang memberantakkan meja rias dan laci di meja itu.

"Ayah, ngapain?" tanya Rheta berusaha santai. Tapi, Ayahnya terlihat tergesa-gesa.

Rheta panik, ia langsung berdiri. Menarik tangan Ayahnya.

"Ayah! Ngapain, sih?!" ucap Rheta yang tidak terima kamarnya, berantakan akibat Ayahnya.

Ayahnya terlihat frustasi, setelah mencari barang yang dicarinya tidak ada. Asal kalian tau, Ayahnya mencari uang di kamar Rheta hanya untuk berjudi.

Setelah itu, Ayahnya melihat Rheta, dari atas-hingga bawah. Tertera juga, smirk menyeramkan yang ditunjukkan Ayahnya. Rheta yang dipandang seperti itu, sontak mundur, yang melihat Ayahnya yang juga, lama-kelamaan maju kearahnya.

Rheta yang hendak mencari celah untuk kabur, tak ia dapatkan. Karena, disamping kanannya terdapat ranjang, dan disamping kirinya terdapat lemari yang menutup dinding.

Rheta masih mundur. Nyalinya ciut seketika, saat dirinya membentur dinding dan Ayahnya yang sudah membentenginya dengan kedua tangannya.

Perlahan, Rheta merasakan deru napas Ayahnya yang sedikit memburu. Hidung Rheta sudah bersentuhan dengan Ayahnya. Rheta sudah mencoba untuk memberontak, tapi tenaga Ayahnya lebih besar.

Ayahnya berbisik ke telinga Rheta.

"Tubuhmu bagus, Aku suka." Empat kata, sukses membuat Rheta merinding.

"Ayah, aku mohon.. Jangan.." lirih Rheta. Ayahnya saat ini, sudah dibutakan oleh nafsu.

"Aku ingin lihat, seberapa besar kau merawat tubuhmu." Ayahnya perlahan memajukan kepalanya, ia mengendus leher tengkuk Rheta. Yang membuat Rheta sontak ikut terbuai, tapi ia menahan desahannya.

The YOUTH! (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang