Y O U T H • 09

65 43 27
                                    

Y O U T H • Chapter 09

_____

Jam dinding menunjukkan pukul 7.00 PM. Waktunya makan malam. Aliesa dan teman-temannya masih bergelut didalam kamar. Mereka masih tertidur dikamar Aliesa, begitupun dengan Aliena yang ikut nimbrung.

Padahal, tadi ia habis dimarahi Aliesa karena berisik, dan selalu mencela teman-temannya yang sedang bercerita.

Tok tok tok..

Difah mendengar suara ketukan itu, langsung tersadar. Ia langsung mengucek matanya, dan berdiri menuju daun pintu yang masih tertutup rapat.

"Iya?," tanya Difah membuka pintu. Ternyata itu bukan maid yang bekerja dikediaman keluarga Aliesa. Tapi, itu Eldric. Masih dengan mata sayu, Difah masih belum sadar jika itu Eldric.

"I'ts time to dinner." ucap Eldric canggung. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil menahan tawanya, karena Difah tidur mengenakan masker wajah yang bentuknya sudah tak karuan.

"Ya, sebentar lagi, kami turun. Terimakasih!"

Dubrak!

Eldric terkesiap, ia mengelus dadanya. Selepas itu, Difah menutup pintu dengan sangat keras. Ia menggeleng, lalu pergi ke lantai bawah.

Karena suara gebrakan Difah yang menggelegar. Semuanya terbangun, dan kaget.

"YA ALLAH! JANGAN KAU BAWA NYAWAKU! SAYANGILAH AKU! SEBAGAI MANA PACARKU MENYAYANGIKU! TOLONG JINAKKAN BOM ITU! AKU MOHON! AKU RELA, RELA JIKA BANG ELDRIC YANG GANTENGNYA GAK KETULUNGAN ITU, MATI DULUAN ASAL JANGAN AKU YA ALLAH. AKU SAYANG DIRIKU SENDIRI! DAN PACAR YANG ENTAH SEKARANG MILIK SIAPA! YA ALLAH TOLO-Mphtt.."

Suara teriakan yang dilantunkan Jennab seketika berhenti, karena pasalnya Sania yang tidur disebelahnya langsung menyumpal mulutnya dengan botol parfum yang terletak di nakas samping ranjang Aliesa.

"Pwehh Pwehh! Anjir, gede bat!" umpat Jennab mengeluarkan botol parfum itu, dan membuangnya.

"Parfum gue!" teriak Aliesa karena tak menyangka, parfum keluaran Victoria secret miliknya, sekarang menjadi tak berdaya. Dengan bekas air liur Jennab, menjijika.

"Iyuh! Jorok banget lo!" Risa menatap jijik Jennab.

"Eh! Salahin temen lo!" ucap Jennab menunjuk Sania. "Heh! Salahin mulut toa lo!" gantiab Sania yang menunjuk Jennab.

"Heh! Salahin yang nutup pintu kenceng-kenceng!" Suara Aliena dan Rheta membuat mereka hening. Dan menatap datar Difah yang masih mematung melihat perdebatan itu.

Difah langsung mengambil langkah sebesar gajah. Dan perlahan membuka knop pintu kamar Aliesa.

Ceklek!

Dan..

Wushhh!

"DIFAHHHHH!!!" pekik mereka semua, dan dengan cekatan mengejar Difah yang masih memakai masker wajah.

Difah lari secepat kilat, ia sudah berada diujung ubun kematian, pikirnya. Sampai tak sengaja..

Gedubruk!

"Aduh! Kala- Eh, Allen-Allen! Tolongin Difah!" tanpa persetujuan. Difah bersembunyi dibalik tubuh jangkung dan tegap Allen. Allen yang kaget dan risih, hendak menyingkirkan Difah.

Tapi, ia urungkan, karena mendengar banyak langkah kaki. Ia menolehkan kepala kedepan. Ia melotot tak percaya, sekelompok Medussa tengah berlari kearahnya.

"Eh Awas! Awas!" suara Aliena mengintrupsi Allen. Namun, naas. Belum Allen menyingkir, Aliena dan yang lainnya sudah terjatuh, terpeleset lantai keramik. Karena, mereka memakain sandal saat mengejar Difah.

"A..duh.." lirih Aliesa yang notabenenya, jatuh paling enak. Kenapa enak? Karena, Jatuhnya mereka bertumpuk. Dan Aliesa berada paling atas. Sebenarnya ia tak jatuh, tapi melihat mereka terjatuh. Ia menjatuhkan dirinya sendiri.

"Wo..yy! G..Gu..Ee..S..Se..Sak!" ucap terbata Aliena dibawah sana. Aliesa masih memejamkan matanya keenakan.

"Aliesa! Bangun elah!" Rheta mendorong tubuh Aliesa kasar. Jadilah, Aliesa jatuh disamping mereka.

"Aww!" ringis Aliesa.

Perlahan, semuanya berdiri dan meregangjan tubuhnya masing-masing, karena kesakitan.

Allen dan Difah? Jangan tanyakan. Mereka tertawa paling keras disana. Membuat mereka jengkel.

"Oh.. Sekarang temen lo dia? Bukan kita? Oke, Fine!"

Ucapan Sania membuat Difah berhenti tertawa dan menatap Allen.

"Dih, ya enggak lah! Mana mau gue temenan sama dia! Enggak! Ngapain sih, Len? Ikut-ikutan aja!" sinis Difah, membuat Allen menatapnya sengit.

"Lah? Tadi lo yang minta ditolongin!" ucap Allen dan tanpa sadar, semua anak TYS sudah menghilang dihadapannya.

"Anjir, setan di sore-sore begini?" Allen meringis, dan mendelik. Lalu, ia kabur dan turun menggunakan tangga.

Selepas, makan malam. Mereka duduk di halaman belakang rumah Aliesa. Seperti taman, dihiasi banyak bunga dan ada beberapa kursi untuk bersantai.

Jennab mulai menceritakan tentang Rheta dan Ayahnya yang ingin melecehkan Rheta. Yang lain mendengarnya tercengang bukan main. Apalagi Aliena, ia terlihat ingin menangis. Suara isakan mulai terdengar.

"Tha, bokap lo gak bisa dibiarin. Kejadian ini udah 2 kali loh. Gue gak bisa diem aja." lirih Aliesa menatap Rheta nanar.

"Udah cukup mereka berantem didepan lo. Itu udah bikin hati lo cukup sakit, Tha. Gue tau itu. Tapi, Aliesa bener, bokap lo harus di kasih pelajaran," Kini, Risa berkata disela-sela tangisnya.

"Gu..Gue..G..Gak..Ma-Mau. Bok..Kk..Kap..G..Gue.. Masuk.. Pe-penjara," rintih Rheta terbata. Aliesa menggeleng, Jennab mengepal, Aliena menutup mulutnya tak percaya, yang lain, masih terus menangis.

"Bukan masalah siapa bokap lo. Gue tau, dia yang udah biayain lo, yang udah ngasih lo fasilitas. Tapi, Tha semua itu, gak bisa dibandingin dengan masalah harga diri lo! Lo hampir dilecehin sama bokap lo udah duakali. Yang pertama saat lo kelas 9. Yang kedua, kali ini. Lo mau kalau aksi pelecehan itu berhasil dikemudian hari?!" ucap Jennab setengah membentak. Rheta tersentak, ia menangis dalam diam.

"Tha, biar gue bawa bokap lo ke jalur hukum lewat bokap gue. Biar gue yang bil-"
"Rheta.." panggil seseorang dari belakang mereka duduk. Itu, Alaric Armandion, Papa Aliesa.

"Pa..Papa? Udah lama disitu?" Aliesa terkejut. Takut Papanya mendengar. Tapi, tak apa. Aliesa berarti tak perlu repot menjelaskannya, lagi nanti.

"Benar Hasan sudah hampir melecehkan kamu?,"

Don't forget to Vote, Comment and Share ya!

-Love, Aliesad257♥

The YOUTH! (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang