WARNING : MATURE CONTENT!
Comment and Vote please ;)
🗝🗝🗝
"Iya, Ma. Yeri bisa jaga diri kok disini." Kata gue meyakinkan Mama yang menelfon gue di pagi hari ini. Membangunkan gue dari tidur nyenyak.
"Yaudah ya Ma, Yeri tutup telefonnya."
Gue menghela nafas ketika telefon terputus. Gue menaruh handphone gue pada meja nakas disebelah gue pelan. Cahaya matahari yang masuk ke celah-celah gorden yang tertutup sesekali membuat gue mengerjap-ngerjapkan mata. Gue baru saja bangun dan Mama menelfon. Untungnya kesadaran gue sudah dibilang cukup penuh.
Gue pun beranjak dari ranjang lalu membuka gorden lebar-lebar lalu tersenyum manis. Berharap hari ini bisa menjadi hari yang baik.
Ngomong-ngomong tentang Daddy-- eh maksud gue Kai. Dia masih sama seperti beberapa hari lalu. Masih mendiamkan gue dan tidak melakukan hal aneh-aneh lagi sama gue. Cukup membuat gue bernafas lega. Walau sejujurnya itu menimbulkan rasa penasaran gue semakin besar. Namun karena terlalu takut untuk di tegur seseram seperti di malam itu. Gue memilih lebih banyak diam dan menuruti perintahnya. Dia benar-benar membuat gue seakan semacam babu atau mungkin pembantu di apartemennya ini. Mulai dari membereskan semua ruangan, mencuci piring dan lain-lain walau apartemen ini kelewat bersih.
Tapi yang aneh, dia tidak akan memperbolehkan gue masuk ke dalam kamarnya. Hanya kamarnya. Katanya, hanya dia yang boleh membereskannya.
Dan itu membuat gue penasaran setengah mati sampai hari ini juga.
Gue berjalan keluar kamar menuju dapur. Hendak membuat roti isi selai coklat. Tenang, kali ini toples selai coklat masih terisi penuh karena gue barusan saja membelinya kemarin di toko kecil.
"Tututututu~" Gue bersenandung senang ketika mengoleskan selai pada salah satu sisi roti.
Hari ini mood gue tampaknya bagus dan akan terus bagus sampai nanti malam. Mungkin karena Mama yang mengkhawatirkan gue juga hari ini gue libur dari ngampus. Dan setelah sepuluh menit gue disini, gue belum melihat Kai sama sekali. Mungkin juga, karena semakin lama Kai semakin mendiamkan gue dan gue senang sekali. Dia tidak lagi membuat gue ketakutan seperti kemarin-kemarin.
"Selesai!" Seru gue menatap roti isi didepan mata gue dengan berbinar-binar. Ya, gue lapar sekali rasanya.
Baru saja gue hendak membalikkan badan untuk keluar dari dapur, gue terdiam seketika.
Kai ternyata tengah bertumpu pada pintu, dengan kedua tangannya ia silangkan di depan dada. Entah sejak kapan.
Wajahnya tampam seperti biasa tanpa kaca mata, rambutnya acak-acakan sehabis bangun tidur dengan kaus putih ketat memperlihatkan dada bidangnya begitu jelas.
Terlihat sangat panas. Shit.
"Ngh... Pagi, Daddy." Sapa gue sambil tersenyum ke arahnya. Masih tidak berani untuk berjalan melewatinya yang berada di pintu penghubung dapur dengan ruangan lainnya.
"Hm, Pagi." Katanya singkat. Kedua bola matanya melihat penampilan gue dari atas sampai bawah lalu dia tersenyum miring.
Ada yang salah sama gue kah?
"Masukkan roti dan selainya ke kulkas sana kalau udah selesai." Perintahnya yang segera gue lakukan tanpa berpikir panjang. Gue buru-buru membuka kulkas dan memasukkannya ke dalam sana. Roti isi, gue taruh di piring atas meja.
"Di bagian bawah, bukan di tengah." Katanya lagi dengan dingin. Masih memandangi gue dengan intens.
Gue memutar bola mata gue diam-diam karena kesal. Untungnya badan gue hampir sepenuhnya tertutup oleh pintu kulkas sehingga gue berani memutar bola mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
undercover [KAI]
Fanfiction(21+) Ternyata dia gak culun seperti yang gue kira. ⚠️SO MUCH DADDY KINK CONTENT