Brum brum...
Aku lajukan motor ninjaku menuju gerbang sekolah. Sudah begitu senja ini, aku tidak mungkin mampir ke tempat fotocopy dan percetakan dulu. Aku harus pulang dulu untuk sekedar membersihkan diri dan mengisi perut barulah setelahnya aku kuselesaikan tugas dari guru pengganti itu. Setelah ini, aku tidak ingin lagi berurusan dengannya.
Aku baru melewati garis gerbang sekolah ketika kulihat dari kaca spion motor ada seseorang yang sedang terduduk sambil sibuk memainkan hpnya. Dia, guru pengganti itu. Sudah petang begini kenapa dia tidak langsung pulang? Apalagi yang ia tunggu? Ah, siapa peduli? Urusan dia, kalau dia ingin berlama lama di sekolah.
.
.
.
Brug..
Kulemparkan tas sekolahku ketika aku tiba di kamar pengasinganku. Aku segera ke kamar mandi. Tak lama kemudian aku selesai mandi dan segera mengganti baju. Dari luar kamar terdengar ada yang mengetuk pintu.
"masuklah!" ku persilahkan dia
"makan malam sudah siap tuan muda. Makanlah selagi masih hangat." ucapnya dengan lemah lembut.
"terimakasih bi." jawabku pada asisten rumah tangga kami yang sudah kuanggap seperti nenek sendiri
Aku sendirian lagi. Sudah biasa seperti ini. Makan malam, makan siang, sarapan meja makan besar ini hanya diisi oleh aku seorang.
"ayah anda akan pulang larut lagi malam ini. Beliau ada rapat dengan client"
Aku hanya acuh mendengar informasi dari bibi. Bukan apa apa. Aku sudah bosan mendengarnya. Ayah yang selalu sibuk dan tak pernah memperhatikan anaknya. Ayah yang selalu pulang larut malam. Ayah yang masih terjaga dalam selimutnya ketika aku berangkat sekolah. Ayah yang sangat jarang melihat aku, anaknya.
.
.
.
"mas, digandakan 32 kali ya" terangku pada pegawai tempat itu.
Selesai makan tadi, aku langsung menuju ke sini untuk mencetak modul dari guru pengganti itu. Aku memilih tempat fotocopy di depan sekolah, karena harganya jauh lebih murah. Selain itu, aku bermaksud untuk menitipkan hasil fotocopyan di sini. Nanti teman teman kelas 12.1 biar mengambil sendiri sendiri ke sini. Jadi aku tak perlu repot membawa kertas sekardus untuk aku tenteng tenteng besok.
Kalau diamati, flashdisk milik guru pengganti itu ada semacam tulisan menggunakan huruf braile dikedua sisinya. Tapi aku tidak bisa membacanya.
Aku menunggu cukup lama. Hanya terbengong, sampai akhirnya seseorang menepuk pundakku.
"putra? Sedang apa di sini? Jangan bilang kamu sedang menggandakan modul yang saya berikan itu?"
Hah, dia lagi? Bagaimana dia bisa tiba tiba ada di sini? Bagaimana dia bisa tahu aku di sini? Jangan jangan dia penguntit? Ah, benar benar orang yang kurang kerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja yang Lalu
RomanceBanyak kekhawatiran dalam diriku. Banyak ketakutan dalam diriku. Banyak tekanan yang aku rasakan. Semua tak dapat aku ungkapkan dengan baik, sehingga tak ada yang mengetahuinya terkecuali senja yang lalu. Akan tetapi, kekhawatiran, ketakutan, dan te...