7

23 2 0
                                    

"Aku akan membawa kaktus ini dan merawatnya." ucapku mencoba untuk mengalihkan pembahasan.
"Semoga, jika kita dipertemukan lagi. Kaktus ini masih hidup. Jika itu terjadi, tolong tunjukkan padaku!" pintanya

Harapannya terkabul. Kami bertemu lagi. Pepatah berkata jika sebuah pertemuan adalah takdir. Namun bagaimana dengan alur pertemuanku yang terjeda oleh sebuah perpisahan? Takdir macam apa lagi yang harus aku alami setelah pesakitan.
Aku tak banyak menghabiskan waktu dalam 'pertemuan kembali' itu. Aku masih harus mengontrol perasaanku dari keterkejutan. Dia pun tak banyak berbicara. Tak seperti dirinya yang 8 tahun lalu aku kenal. Hanya sebatas menanyakan kabar, dan kemudian berpamitan menghindar.
Apakah dia masih ingat tentang kaktus itu? Ataukah 8 tahun lalu hanya sebatas adegan tak penting baginya. Aku sebenarnya juga penasaran, ingin sekali kutanyakan banyak hal kepadanya.
.
.
.
.
Ku rebahkan diri di sofa. Merenungi kejadian tadi. Sejujurnya aku rindu. Sangat. Aku ingin memeluknya dan menumpahkan segala kerinduan yang aku pendam selama 8 tahun. Aku ingin mencurahkan semua perasaan yang telah coba aku simpan dalam sampai hampir hampir aku tak dapat menampungnya lagi.
Bagaimana dengannya? Apa dia merasakan hal yang sama? Tentu tidak. Di sisinya ada orang yang ia cintai sementara aku tidak. Yang aku cintai, di sisi orang lain.
.
.
.
.
"Kau tau bedanya malam dan senja?" tanyanya lirih.
Aku hanya mendesah kecil untuk merefleksikan ketidaktahuanku.
"Malam adalah lambang kesunyian sementara senja adalah lambang kepiluan. Sebagian orang lebih menyukai senja dibandingkan malam tapi mereka tidak mau tahu kalau senja dibalik jingganya yang indah menyimpan begitu banyak pesakitan." jelasnya tanpa sedikitpun menoleh kepadaku.
Tak lama setelah mengatakan kata kata yang menggantung itu. Dia berlalu pergi. Ku tatap terus punggungnya. Semakin lama semakin kabur dan akhirnya menghilang.
Sementara aku masih terduduk di tempat "pertemuan kembali" kami tadi.
"Tapi aku suka senja dengan segala kejinggaan dan kepiluannya." ucapku lirih pada diri sendiri.
.
.
.
.
.
.
End of part
Setelah sekian purnama.
Mohon maaf baru menyambangi kalian lagi.
Aku sendiri lupa jalan ceritanya.

Senja yang LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang