Part 9 : Demon in Your Heart

508 79 9
                                    

Sesuatu terdengar seperti tiba-tiba berbisik. Apakah kau mendengarnya?

Tanggal xx bulan xx tahun 20xx

Perhatian Jimmy sudah dipusatkan pada satu titik. Matanya jeli. Kali ini mangsanya telah tepat di titik buta perangkap.

"Ssstt... Aku akan mendekatinya. Kau diam di sini. Jika aku berteriak, kau langsung saja berlari ke arahku. Mengerti?" Jimmy mengomando. Victory mengangguk.

Dua pemuda itu bersembunyi di balik semak-semak. Dan Jimmy mulai melancarkan aksinya.

Tentu saja, secepat kilat dengan teleportasinya, mangsanya langsung terjerat.

Seekor ayam jantan hutan berhasil ia lumpuhkan.

Victory hanya tertawa saat temannya itu berhasil mendapat buruannya.

Hari ini mereka berburu di dalam hutan. Bermaksud mencari bahan makanan yang bisa ditemukan. Beruntung, beberapa menit setelah mencari, Jimmy mencium gerak gerik seekor ayam liar. Itu artinya mereka bisa makan enak kali ini.

"Dapat?" Gin bertanya. Ia telah menunggu lama di dekat tenda sambil terus mengaduk-aduk sendok kayu itu ke dalam panci yang airnya sudah mendidih. Airnya hampir saja mau kering jika saja dua temannya ini tidak muncul.

Jimmy mengangkat buruannya tinggi-tinggi dengan bangga.

"Aku benar-benar lapar. Aku hampir saja menyerah menunggu kalian berdua yang tak kunjung datang." Gin berhenti mengeluh. Ia langsung mengambil alih ayam itu dan menyembelihnya. Kemudian membuluinya dengan cepat.

Victory merebahkan tubuhnya yang nampak lelah ke dalam tenda. Sedangkan Jimmy asik dengan sebuah video game di tangannya. Kemampuan Jimmy yang saat kecil dapat mendengarkan suara keluhan binatang, sekarang telah hilang. Karena itulah ia bisa masa bodoh saat menangkap ayam liar tadi. Hanya kemampuan teleport-nya yang tidak hilang. Mereka berdua kini telah berumur 20 tahun. Sudah 10 tahun berlalu sejak mereka bersama-sama hidup tinggal bersama Paman Eric. Dan tebak, berapa umur Gin sekarang? Ia kini telah berumur 24 tahun. Tentu saja dia sekarang sudah bersikap dewasa dan tak ingin lagi bermanja-manja dengan Josep, pengasuhnya. Dan matanya sekarang benar-benar memakai contact lenses berwarna cokelat. Jadi jika dia bepergian, tidak akan ada orang yang tahu kalau matanya memiliki kelainan.

"Ah, kenapa Jo selalu saja menolak jika diajak berkemah di alam liar? Padahal sewaktu kecil dulu dia tidak seperti itu." Victory menerawang.

"Hei, Jimmy! Kau dengar aku tidak?" Victory menoleh ke arah Jimmy karena tidak mendapatkan respon.

"Hmmm...." sahut Jimmy akhirnya. Sedari tadi pemuda itu tetap asik dengan video game portable-nya.

"Ah, kau ini!" Victory mencoba merebut game itu dari tangan Jimmy. Hampir berpindah tangan jika saja Gin tidak memanggil mereka.

"Waaaahhh.... ayam bakar!" teriak Jimmy girang.

Dulu Jimmy takut makan ayam. Katanya tidak tega. Sekarang saja dia baru merasakan nikmatnya menyantap ayam.

"Mereka itu teman. Tidak boleh dimakan!" katanya suatu hari.

"Ini enak, loh!" goda Jo.

"Berisik!"

Sayang, Jo tidak dapat ikut berkemah saat ini di tengah-tengah mereka. Ia lebih memilih menemani Paman Eric dengan penelitian barunya.

Saat mereka sedang nikmat menyantap ayam bakar, tiba-tiba saja Gin merasa ada yang ganjil. Tubuhnya tiba-tiba menggigil. Ia memegangi mata kanannya dengan kesakitan.

"Hei, Gin! Kau tak apa-apa?" Victory langsung berubah cemas. Jimmy pun sama.

"Mataku..." Gin masih beraduh.

"Tidak biasanya... Bukankah sudah lama sejak kejadian itu?" Jimmy berkomentar.

"Aaarrgghh....."

"Jimmy, apa kau bisa membawa Gin pulang dengan teleport-mu? Ini benar-benar darurat," pinta Victory.

"Akan kucoba. Tapi aku tidak tahu resiko apa yang akan terjadi jika aku membawa seseorang bersamaku."

Tidak ada pilihan lain. Jimmy pun melakukannya. Temannya itu benar-benar kesakitan. Acara berkemah mereka harus cepat disudahi. Untunglah, jarak antara hutan dan rumah Paman Eric tidak begitu jauh. Hanya perlu sekitar 1 jam perjalanan. Namun dengan teleport, bisa diperkirakan dalam hitungan menit akan sampai tujuan.

Dan seperti yang diperkirakan, mereka sampai. Namun sekarang Jimmy yang ambruk, tergeletak tak berdaya di sebelah tubuh Gin yang kesakitan.

"Ada apa ini?!" Jo berteriak mendapati keduanya. Ia memanggil Paman Eric yang sedari tadi sibuk dengan urusannya.

Victory baru datang setelah Jimmy dan Gin telah di bawa ke kamar mereka.

"Aku rasa ini efek dari perubahan matanya. Sepertinya matanya tidak cukup ditahan dengan contact lenses buatanku," kata Paman Eric.

"Apakah kekuatannya ingin keluar, Paman?" tanya Victory.

"Sepertinya begitu. Sejak ia menahan kekuatannya dengan contact lenses itu, dia berhasil tidak menimbulkan perkara ramalan masa depan dengan matanya."

"Bagaimana Jimmy?"

"Seharusnya ia tidak memaksa menggunakan teleport. Dia itu lemah. Tidak sekuat dulu."

Paman Eric kemudian melenggang pergi meninggalkan Victory.

"Mereka akan baik-baik saja. Tidak perlu khawatir," ujar Jo sambil menepuk bahu Victory. Ia tahu temannya itu begitu mengkhawatirkan Gin dan Jimmy.

"Apakah kekuatan ini bisa dihilangkan? Rasanya hidup kita tidak bisa tenang. Aku ingin menjadi normal seperti orang lain."

Jo tahu apa maksud kata-kata Victory. Ia pun sama. Ia benar-benar ingin bebas dari penderitaan ini. Ia ingin menjadi manusia normal. Apakah ia bisa melakukannya?


Gin terbangun. Kepalanya terasa berat. Sudah berapa lama ia terpejam? Rasanya sangat lama hingga kepalanya seperti berkunang-kunang.

"Orang itu... Kau harus menghabisinya..."

Gin menoleh. Mencari sumber suara. Tapi tak ada seorang pun di sana. Ia hanya sendirian di kamar yang sunyi.

Suara yang terdengar tak asing. Namun ia tak tahu suara siapa itu.

"Apa maksudnya?"

Gin memegangi mata kanannya. Green sapphire-nya seperti menyala di tengah gelap. Nampak sosok di kejauhan tengah berdiri di sana.

"Gin, bangun!" teriak Jimmy.

"Ah... Kau..." Gin membuka matanya.

Mimpi?

"Kau baik-baik saja, kan? Apa masih sakit?" tanya Jimmy lagi.

"Tidak sakit lagi," jawab Gin. Namun rasanya matanya benar-benar seperti memantulkan sebuah gambaran yang belum pernah ia lihat.

Aku yakin itu bukan sekadar mimpi. Sepertinya aku kenal dia. Tapi siapa?

Gin tidak mampu mengingatnya. Gin mencoba melupakannya. Tapi tanpa ia sadari, suara itu seperti terus menerus mengikutinya.

"Orang itu... Kau harus menghabisinya..."

Part 9 : END

SHELTER [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang