Jika aku telah melakukan kesalahan, katakan padaku bahwa itu salah. Jika semua itu tetap kau anggap benar, maka jangan salahkan aku karena semua ini di luar kendaliku.
❇
Malam semakin larut. Entah sudah berapa lama mereka berjalan. Berusaha mencari tempat yang bisa dijadikan untuk tempat bermalam.
"Tunggu sebentar, Tuan," ujar Josep sesaat berhenti di sebuah rumah kayu sederhana. Ia bermaksud mengetuk pintu dan meminta izin kepada pemiliknya untuk bermalam di sana.
Gin mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Nampak sepi dengan penerangan redup temaram dari kejauhan. Tangannya masih gemetaran mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
"Ke mana anak itu pergi? Aku yakin, dia bukan hantu atau semacamnya. Tidak mungkin!" Gin menggeleng dengan cepat.
Victory yang melihat gerak-gerik Gin yang aneh hanya bisa menebak-nebak. Penasaran, apa yang telah membuat anakーdengan kain yang setia menutup matanya ituーtiba-tiba bersikap waspada sejak tadi.
Pintu itu dibuka. Sepertinya seorang empunya rumah, memandangi mereka dari balik pintunya yang setengah terbuka. Setelah puas memandangi, akhirnya dia mempersilakan mereka masuk.
"Siapa yang datang, Nek?" Suara tak asing terdengar samar-samar dari arah dalam. Seorang anak kecil seumuran Victory datang ke arah mereka sambil menggendong seekor kucing.
"K-kau?!" Refleks Gin menunjuk ke arah anak itu. Anak itu tersenyum.
"Ah, kalian saling kenal?" tanya Nenek itu.
Victory dan Josep berbarengan memandang ke arah Gin dengan heran.
"Halo, aku Jimmy," sapanya ramah.
Dia adalah anak yang menghilang secara tiba-tiba beberapa menit yang lalu dari pandangan Gin.
"B-bagaimana... bisa...?" Gin menjadi terbata-bata. Antara ingin melarikan diri karena sedang ketakutan, atau tetap berada di tempatnya bersama Victory dan Josep.
"Ah, kenapa kau tidak memberitahu Nenek kalau kau punya teman? Kalau begitu, anggaplah rumah sendiri. Tak perlu sungkan," ujar nenek itu setelah mempersilakan mereka masuk dengan ekspresi yang masih keheranan.
"Kalian bisa memakai kamar di sebelah kanan sebelah lorong ini," tambahnya sambil menunjuk ke arah lorong sepi yang cukup gelap itu.
Setelah itu nenek itu pergi meninggalkan mereka bertiga. Jimmy juga pergi entah ke mana.
Suasana semakin terasa mencekam karena benar-benar minim penerangan dan sepertinya orang-orang sudah mulai pulas tertidur. Padahal berjarak beberapa meter tadi, hiruk pikuk pasar malam benar-benar ramai. Sungguh berbeda dengan suasana sekarang ini.
"Apakah Anda mau tidur, Tuan?" tanya Josep bermaksud mengajak Gin juga Victory agar beristirahat.
"Ah, i-iya... Ayo, V!" Gin bangkit dan langsung menarik tangan Victory.
Kamar itu memiliki dua buah tempat tidur. Josep tidur di bawah menjaga mereka berdua, Gin dan Victory.
Mereka bertiga memang telah lelah dari perjalanan siang tadi. Lutut Gin juga masih sakit, ditambah insiden tak terduga yang menimpa dirinya. Yang ia pikirkan saat ini adalah dapat tidur dengan nyenyak dan melupakan kejadian-kejadian aneh yang telah ia temui walau sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [√]
Mystère / ThrillerVictory mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ruangan itu cukup besar. Dia teringat suasana panti asuhan. Dia sempat tertawa kecil. Entah mengapa begitu miris. Ia tidak mampu mengingat suasana rumahnya saat orangtuanya masih ada. "Apakah M...