Part 4: Lebih Dari Itu
"AAAAAARRRRRGGGHHHH !!!"
PLAK!
"Aduuh .." Oik dan Obiet mengaduh bersamaan.
Obiet memegang dagunya yang memerah karena ditonjok Oik, sedangkan Oik memegang paha kirinya yang tertembak. Banyak darah yang keluar dan membuatnya semakin lemas.
Obiet mengambil jarak sejauh mungkin dari Oik. Ia masih gemetaran. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat. Oik hidup lagi ?
'Ini pasti mimpi ..Nggak ada orang meninggal yang hidup lagi .. Ini mimpi buruk!!!'
"Ngapain lo liat gue kayak gitu ?!!"
Obiet menatap Oik dengan tampang ketakutan. Kening Oik mengkerut. Kemudian ia tertawa.
"Lo pikir gue meninggal beneran Biet ? Gue nggak akan mudah dibunuh, ngerti ? Yaah, mungkin emang tadi gue meninggal tapi untuk sementara .. Gue kan udah janji sama lo .. Inget?"
Obiet bergidik ketakutan. Ia masih berpikir, sekarangyang duduk disampingnya adalah orang asli atau mayat hidup.
"Lo bingung ya, Biet ?" tanya Ozy.
Obiet mengangguk pelan.
"Ntar sampek dirumah gue, langsung gue jelasin.."
Obiet manggut-manggut. Ia masih berusaha menjauhkan diri dari Oik.
"Zy, bisa lebih cepet nggak ? Sakit banget, Zy .."
"Iya, Ik .. Lo tahan ya .. Janganbanyak gerak .. Ntar makin parah pendarahan lo .."
Oik mengangguk lemah. Ia mulai pusing. Oik mengepalkan tangan dan menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang luar biasa. Ia sudah tak tahan. Ini terlalu sakit. Kepalanya sangat pusing. Pandangannya mulai kabur.
BLUK.
"Hhhh !!" Obiet kaget.
Oik hampir pingsan. Tetapi dengan sigap Obiet menangkap tubuh Oik yang jatuh ke arahnya.
"Ssakiit .. Ssakiit .." Oik merintih.
Obiet menatap Oik.
'Dia lebih menyedihkan sekarang, dari pada saat ia tak bernafas tadi ..'
"Zy,cepetan dong .. Oik makin parah .."
"Iya iya ..Bentar lagi udah sampek rumah kok .. Tahan bentar lagi ya Ik .." Ozy menambah kecepatan mobilnya.
"Ssakiit .. Ssakiit.."
Obiet menggenggam tangan kiri Oik. Tangan Oik mulai dingin lagi. Obiet makin cemas.
"Tahan bentar lagi, Ik.."
CIITT.
Ozy keluar dari mobilnya dan menbukakan pintu belakang.
"Biar gue yang bawa Oik .."
"Nggak,Zy .. Aku bisa kok .."
Ozy mengangguk. Obiet berusaha mengeluarkan Oik dan membawanya ke dalam rumah Ozy.
"Kakak!!! Kak bukain pintunya !!!"
"Bentar Zy !!!" sahut perempuan yang ada didalam.
KLIK.
Pintu terbuka. Terlihat seorang perempuan dengan rambut panjang yang terurai indah.Obiet terpesona untuk sesaat.
"OIK ??"
Kakak Ozy menghampiri Obiet yang membawa Oik. Wajahnya terlihat sangat cemas.
"Zy, Oik kenapa ?? Kata kamu, Oik nggak bakal kenapa-napa !!! Kok dia jadi gini ??"
"Kak Shilla jangan cerewet dulu .. Sekarang tolong Oik dulu !! Dia kena tembak.."
"APAA ?!! Cepet bawa Oik masuk .."
Obiet segera melangkah masuk. Tetapi langkahnya berhenti. Gelang pemberian Sivia tersangkut digagang pintu.
"Biet, ayo !!!" Ozy menarik tubuh Obiet.
KRAK.
Tali gelang itu terputus.Tetapi si pemilik tak menyadarinya. Ia terlalu sibuk.
"Baringkan Oik disini .. Kalian tunggu diluar .."
Obiet segera membaringkan Oik di sebuah ranjang yang mirip seperti ranjang di rumah sakit. Obiet melihat berkeliling walaupun untuk sekilas karena Ozy menariknya keluar. Ruangan ini seperti ruang operasi dalam bentuk mini. Ada berbagai gunting, stetoscope, lampu besar yang tergantung,tabung oksigen, kantong-kantong darah, dan sepertinya semua alat-alat yang dibutuhkan untuk operasi ada disana.
"Lo tenang aja Biet .. Kakak gue itu dokter .. Jadi lo nggak perlu khawatir soal Oik.." ucap Ozy yang membangunkan lamunan Obiet.
"Siapa yang khawatir ?"
"Lho, emang lo nggak khawatir?"
Obiet diam. Ia memejamkan mata. Mencoba untuk mencarijawaban dari pertanyaan Ozy ke dalam lubuk hatinya. Tetapi hasilnya nihil. Ia tak menemukannya.
"Tuh kan lo khawatir ..Keliatan dari muka lo .."
Obiet tersenyum. Apa sebegitu bodoh dirinya ?
"Oh ya Biet .. Gue minta, lo rahasiain semua ini dari Kak Gabriel .."
Obiet mengangguk.
"Iya.. Zy, kamu belum jelasin kenapa Oik bisa hidup lagi .."
"Oh iya .. Gue lupa .. Itu gara-gara ini .." Ozy mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam sakunya.
Obiet mengambilnya. Ia melihat botol itu dari berbagai sisi.
"Itu grayanotoxin ..Berasal dari ekstrak daun atau bunga rhododendron yang dimasak ..Proses selanjutnya gue nggak ngerti .. Kakak yang buat ramuan ini ..Awalnya rhododendron itu beracun .. Tapi kata kakak kalau dicampur sama air atau apalah itu, fungsi rhododendron bakal berubah .. Lo pernah liat film sherlock holmes ?"
Obiet menggeleng.
"Lo payah amat Biet !"
Obiet meringis.
"Repot kalo lo nggak tau tuh film .. Bingung dah gue .."
"Emang apa efeknya?"
"Mencegah penonaktifan sel, itu yang gue tau .. Gejalanya lemah otot, sampai detak jantung lemah atau makin cepat .. Awalnya gue juga nggak paham,tapi waktu Oik dijerat rantai .. Gue bisa simpulin kalo dengan dijeratnya leher Oik, secara otomatis grayanotoxin bereaksi .. Itu juga tergantung dosis .. Paling fatal, dia bisa benar-benar meninggal.. Maka dari itu gue takut banget waktu Oik usul ide gila ini.."
Obiet manggut-manggut, padahal dia tak sepenuhnya mengerti ucapan Ozy.
Hampir 30 menit mereka menunggu. Rasa kantuk mulai menyelimuti Obiet. Tak biasanya ia masih terjaga pada dini hari seperti ini. Obiet melirik Ozy yang tengah asyik memainkan laptop birunya. Obiet menguap lebar dan mulai menutup matanya.
"Zy?"
"Kakak ? Gimana Oik ?"
Mata Obiet terbuka seketika. Tubuhnya langsung tegap. Ia seperti tersiram air.
"Oik udah baikan .. Pelurunya sudah kakak ambil ..Cuma detak jantungnya yang nggak teratur .. Mungkin efek grayanotoxin masih ada .. Oik ditembak dari jarak dekat ya ?"
Ozy mengangguk.
"Sekitar tiga meter kak .."
"Dia memang harus benar-benar bersyukur karena lukanya nggak separah perkiraan kakak .."
"Oik bisa sembuh kan kak?"
"Iya .. Waktu pemulihan sekitar sebulan .. Bisa kurang atau lebih .. Itu semua tergantung sama Oik .."
Ozy dan Obiet memasang wajah yang lega. Mereka tersenyum.
"Oh iya .. Kamu yang namanya Obiet ?"
Obiet mengangguk.
"Tadi Oik bilang, kamu pulang aja dulu ..Mungkin kakaknya udah pulang .. Trus, kalau kakaknya tanya dimana dia.. Bilang kalo Oik lagi nginep di rumah Ozy .."
Obiet mengangguk mengerti.
"Gue anterin lo ya .." tawar Ozy.
"Makasih Zy .."
Mereka berjalan beriringan ke luar rumah menuju Yaris Ozy.
"Hati-hati dijalan .. Jangan ngebut Zy .."
"Iya kak .." jawab Ozy sambil memacu mobilnya menuju rumah Oik.
Shilla kembali ke dalam. Ketika ia hendak menutup pintu, ia menemukan sebuah gelang berwarna hitam. Shilla memungutnya. Ia melihat gelang itu dari segala sisi untuk menemukan identitas si pemilik. Gotcha ! Memang ada nama si pemilik yang ditulis dengan spidol warna putih.
Obiet= Sivia.
"Oh, ini punya Obiet .. Kalau Oik sadar, aku titip ke dia aja buat balikin ini .."
***
Dengan kecepatan tinggi ia mengemudikan mobilnya. Pikirannya kacau. Ia telahmenjadi pembunuh. Pembunuh yang bodoh. Sangat bodoh. Inikah dirinya yang sebenarnya ? Dirinya yang selalu melakukan perbuatan bodoh hanya demi orang yang disayanginya senang ? Dirinya yang selalu terlihat lemah dihadapan orang yang ia sayangi, padahal sebenarnya ia mendapatkan peringkat pertama Kendo putera se-Nasional ? Dirinya yangtak dapat berbuat apapun ketika orang yang disayanginya dilukai oleh sepupunya sendiri ? Inikah dirinya yang sebenarnya ? Kuat dari luar,rapuh dari dalam.
CIITT.
Ia berhenti tepat didepanrumahnya. Dengan langkah terseret ia keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Satu tempat yang ia tuju, kamarnya.
"Selamat datang, kakak sepupu .." sapa seseorang dari balik pintu.
Ia membalikkan badan, menatap orang yang menyapanya tadi.
"Rio,ngapain lo ke sini ?" tanya Deva datar.
"Gue cuma mau berterima kasih sama kakak sepupu tercinta, karena telah membunuh cewek sialan yang suka ngerepotin gue .."
Deva diam.Tangannya mengepal. Ingin rasanya ia menghabisi Rio sekarang juga.Tetapi akal sehatnya masih berfungsi, sehingga ia urung melakukannya.
"Lalu ? Pasti bukan cuma itu tujuan lo.."
Rio tersenyum. Kemudian ia bertepuk tangan.
"Nggak salah gue selalu ngandalin lo, kak .. Lo selalu bisa baca sikon.."
"Hah, apa itu pujian ?" jawab Deva dengan senyum meremehkan. Lalu meninggalkan Rio.
Rio tersenyum kecut.
"Gue juga mau bilang, TURUT BERDUKA CITA ATAS KEMATIAN ORANG YANG LO PUJA DARI KECIL .."
Deva berhenti.Rio tersenyum puas.
"Gue nggak nyangka kalo orang yangnggak pernah punya catatan hitam seperti lo, bisa membunuh orang yang paling disayanginya dengan tangannya sendiri .. Apa lo udah nyerah?"
'Justru karena gue sayang sama dia jadi gue turuti permintaan konyolnya ..'
Rio tersenyum lagi.
"Apa lo nggak nyesel, kak ?"
"Nggak .. Sekarang lo udah puas kan ? Cepet angkat kaki dari rumah gue, karna makin lama lodisini telinga gue bisa tuli karna dengerin omong kosong dari mulut lo .."
Rio menghentakkan kakinya dan kemudian berjalan keluar menuju mobilnya. Deva tersenyum puas melihat ekspresi Rio saat jengkel. Itu hiburan tersendiri baginya.
***
"Zy?"
"Hmm ?"
"Boleh tanya nggak?"
"Tanya apaan ?"
Obiet diam. Ia telah memutuskan untuk menanyakannya. Menanyakan hal yang mengusiknya sejaktadi.
"Apa hubungannya ?"
"Hubunganapaan ?"
"Rio, Oik, dan kamu ?"
Ozy tertawa.
"Rio atau Oik .. Pertama kali mereka ketemu,mereka sudah saling benci .. Oik makin benci sama Rio, sejak dia tau kalau .."
Ozy diam mendadak.
"Kalau apa?"
"Gue nggak bisa bilang sekarang .. Suatu saat kalau gue sama Oik udah punya cukup bukti, gue bakal kasih tau lo ..Yang jelas, orang itu yang membuat kita semua berkumpul disini.."
"Kita ?"
"Gue, Oik, Gabriel, Deva, dan juga lo .."
"Aku ??"
Ozy mengangguk.
"Iya .. Sayangnya sampai sekarang kita nggaktau siapa orang itu .. Yang jelas dia dalang dari semua ini.."
Obiet menatap Ozy. Semenjak ia menanyakan hal ini,ekspresi Ozy berubah drastis. Matanya terlihat lebih sayu. Seperti ada kesedihan disana. Entah mengapa ia merasa nasib Ozy sama dengannya. Obiet menggosok keningnya. Bukan. Ia hanya simpati. Mana mungkin Ozy mengalami masa lalu yang buruk seperti dirinya ? Dengan sifat Ozy yang ceria seperti itu, rasanya tak mungkin kalau ia mengalami nasib seperti dirinya.
"Udah sampai .."
Obiet mengangguk.
"Biet, jangan sampai Kak Gabriel tau.."
Obiet keluar dari mobil.
"Iya .."
"Gue pulang ya .."
Obiet mengangguk. Lalu ia melambaikan tangannya kepada mobil Ozy yang kian menjauh darinya. Obiet menghelanafas panjang. Satu pertanyaan yang tersisa didalam hatinya. Apa mungkin orang yang diincar Ozy dan Oik adalah Lex ? Tetapi manamungkin Oik mengincar ayahnya sendiri. Ini tak masuk akal.
'Lalusiapa yang diincar mereka ?'
BRUUMM.
B 893 G. HondaJazz hitam meluncur mememasuki halaman rumah dan berhenti tepat disamping Obiet. Seorang kanshinin keluar dan segera membukakan pintu belakang. Gabriel keluar. Ia menatap Obiet dengan heran.
"Biet,belum tidur ?"
"Belum kak .."
"Tadi itu, mobilnya Ozy kan ?"
Obiet mengangguk.
"Kalian dari mana ? Oik mana ?"
Jantung Obiet berdetak tak karuan. Tetapi sebisa mungkin ia menahannya.
"Oik dirumah Ozy .. Katanya mau menginap .." jawab Obiet sedatar mungkin.
Gabriel menatap Obiet dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tak satupun yang luput dari pandangannya.
"Kalian habis makan-makan ?"
Obiet bingung.
"Apa kak?"
"Itu .. Ada noda di sweater lo .. Saus ??"
Obiet menunduk, melihat sweaternya. Ya, memang ada noda. Noda darah Oik yang menempel saat ia membopongnya.
"Iy .. Iya kak ..Tadi Ozy ngajak makan .. Waktu makan, nggak sengaja aku numpahin saus ke sweaterku kak .."
Cukup lama Gabriel diam dan membuat Obiet was-was. Kemudian Gabriel memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Ia berjalan melewati Obiet. Obiet menundukkan kepala.Tiba-tiba Gabriel berhenti disamping Obiet sambil menarik sweater Obiet yang bernoda dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
"Longgak bohong kan ?" tanya Gabriel tanpa menatap Obiet.
"Nggak kak .." jawab Obiet mantap.
Gabriel melepaskan Obiet, ia berjalan menuju rumah dan diikuti kedua kanshinin dari belakang. Gabriel menggosok ibu jari dan telunjuknya bersamaan, lalu mendekatkannya ke hidung.
"Darah .."
'Lo memang nggak bisa berbohong .. Tapi darah siapa ?'
Gabriel berhenti mendadak. Jantungnya berpacu. Nafasnya naik turun.
"Oik.."
Apa yang terjadi sebenarnya ?
"Yamada-san.." Gabriel membisikkan sesuatu kepada kanshinin yang ada disebelah kirinya.
"Hai .." jawab kanshinin lalu melangkah pergi ke sisi kiri rumah.
Dengan detak jantung yang masih berpacu, Gabriel masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamarnya. Kepalanya pening. Apa benar itu darah Oik ? Kalau memang iya,sebenarnya apa yang dilakukan Oik ?
"Kyushin-san .. Anou,kore, honno kimochidesu " Yamada menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Gabriel.
"Doumo.."
"Doumo arigatou gozaimasu .."Jawab Yamada dan kemudian berlalu.
Gabriel memilah satu per satu kertas itu. Kertas yang menunjukkan beberapa tempat yang didatangi Oik selama seminggu ini.
"Paling sering ke rumah Ozy, lalu kampus .. Tunggu.. Ini .. Apa Oik pernah ke rumah .."
Mata Gabriel terbelalak. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat. Mana mungkin Oik masih berurusan dengan orang ini ? Hampir 5 tahun Gabriel tak mendengar kabarnya. Ia memang tak berminat untuk mengetahuinya.Gabriel merogoh sakunya, mengambil handphone-nya. Ia menekan beberapa tombol.
Tuut .. Tuut .. Tuut ..
"Halo?"
"Halo, Dev .."
"Siapa ya?"
"Apa 5 tahun udah bikin lo lupa sama gue ?"
"Oh.. Mana mungkin gue lupa sama lo .."
"Gue mau ketemu lo .."
"Sori, gue sibuk .."
"Sibuk apaan lo ?!!! Gue tau banget apa pekerjaan lo, jadi nggak usah bohong sama gue .."
"Yang jelas gue lagi sibuk .."
Tuut,sambungan terputus.
"Dasar keras kepala lo, Dev.."
Gabriel mencoba menelponnya lagi. Tetapi Deva selalu me-reject-nya. Gabriel tak menyerah. Ia mencoba mengirim pesan.
To: Deva
Gue mau ngomong soal Oik ..
Messege sent.
Tak lama handphone-nya berdering. Gabriel tersenyum. Kemudian ia mengangkatnya.
"Halo ?"
"Gue mau ketemu sama lo, tapi gue yang tentuin tempat dan waktu kita ketemu .. Yang jelas bukan sekarang .."
"Oke .."
Tuut,sambungan terputus.
Gabriel menundukkan kepala. Semoga apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Ya, semoga Oik baik-baiksaja.
***
Nyanyian burung mulai terdengar.Bersahut-sahutan membentuk harmoni alam yang sangat indah. Tiap nyanyian itu memiliki makna, makna akan indahnya alam ini. Suka cita tampaknya menghiasi hari ini. Bahkan sang surya tak segan-segan menerobos ventilasi-ventilasi rumah agar semua orang terbangun dan turut meramaikan pagi yang cerah. Merasa dibangunkan, pemuda itu mulai mengerjapkan matanya. Menguap lebar-lebar hingga nyawanya terkumpul.
"Aduh, gue ketiduran .."
Ia memegang kepalanya yang pening. Ada sesuatu yang ia lupa. Tetapi apa?
"Oik !"
Ia berlari menuju kamar sebelah.
SREEK.
Ia membuka pintu dengan kasar. Kamaritu kosong. Nafasnya naik turun. Berbagai perasaan yang bercampur jadi satu dihatinya ingin meledak. Membuatnya tak bisa berpikir jernih.
"Kak Gabriel ?"
Gabriel menoleh.Menatap orang yang berada 3 meter darinya dengan amarah. Gabriel mendatangi orang itu dan langsung menarik kerah bajunya.
"ManaOik ?"
Orang itu langsung menunduk.
"Obiet,mana adek gue ?!!"
Obiet tetap tak menjawab. Ia terus menunduk. Wajah Gabriel tampak sangat menyeramkan baginya. Inikah Gabriel yang sebenarnya ?
TIIN TIIN.
Klakson mobil membubarkan segalanya. Gabriel segera berlari keluar. Obiet mengikutinya dibelakang. Di halaman rumah, yaris milik Ozy berhent idengan manis. Ozy segera keluar, lalu berlari untuk membukakan pintu depan. Oik keluar dengan bantuan Ozy. Gabriel segera berlari menghampirinya. Ia menatap mereka dengan penuh amarah. Perasaanya tak dapat ia kendalikan lagi. Apalagi setelah melihat keadaan Oik yang terluka. Ia benar-benar ingin meledak. Gabriel meraih lengan kiri Oik, lalu mendorong Ozy hingga terjatuh.
"Jangan sentuh adek gue !!" maki Gabriel.
"Kakak !! Ini bukan salah Ozy ! Ini salah gue, kak .. Gue yang ceroboh .."
"Oik,diam ! Kakak nggak mau dengar apapun pembelaan lo tentang dia.."
"Tapi kakak nggak tau apa yang sebenarnyaterjadi .."
"Iya, kakak memang nggak pernah tau ..Karena itu kakak terlihat bodoh .. Apa itu yang lo mau ? Apa kakak nggak pantas tau, apa masalah adek kakak sendiri ?!! Kakak merasa nggak dihargai .."
Oik menunduk. Ia memang salah. Tetapi ini semua untuk kebaikan kakaknya. Ia tak ingin kakaknya terjun lagi ke dalam masalah ini.
"Maaf kak .." hanya kata maaf yang dapat ia katakan.
"Ya sudahlah .. Satu lagi yang ingin kakak tanya .. Tapi jawab yang jujur .. Apa kemarin lusa lo kerumah Deva ?" tanya Gabriel sambil memapah Oik.
"Iya.."
Gabriel berhenti. Ia menatap Oik tak percaya.Amarahnya kembali memuncak. Ia harus bertemu Deva sekarang juga.
***
BUK.
Satu pukulan telak mendarat dipipi kiri Deva. Deva jatuh. Beberapa remaja yang memakai kendo gi,terpekik tertahan. Mereka miris ketika melihat pelatihnya terjatuh akibat pukulan orang asing yang baru saja datang.
Deva bangkit, mengusap darah yang ada dibibirnya, lalu tersenyum meremehkan dihadapan orang itu.
"Apa cuma itu kekuatan lo, Gabriel Stevent Damanik ?"
BUK.
Untuk kedua kalinya, pipi kiri Deva menjadi korban.
"LO APAIN ADEK GUE ?!!"
Deva bangkit lagi. Tetap dengan senyum meremehkan yang menjadi ciri khasnya.
"Apa yang gue lakuin ke dia ? Hah ! Seharusnya gue yang tanya ! Apa yang lo lakuin ke dia ?! Lo nggak pernah peka !! Lo nggak peduli sama dia !! Lo yang buat dia seperti itu !!"
BUK.
Kepalan tangan Gabriel mendarat tepat di perut Deva. Bukan cuma itu, lebih dari 10 pukulan Deva terima dalam waktu kurang dari seperempat menit. Deva terhuyung tak berdaya. Deva memang lebih lemah ketika pedang tak ada ditangannya. Tiga remaja yang memakai kendo gi langsung memegangi Gabriel. Mereka mencoba menahannya. Gabriel berontak. Ia benar-benar ingin menghabisi Deva sekarang juga.
"Mas, jangan berkelahi .. Nggak baik .." ucap remaja yang memegang lengankanannya.
"APA URUSAN LO ?!!"
"Ray?"
Anak disisi kanan Gabriel menoleh.
"Lepasin orang itu .. Lalu bawa mereka semua keluar .. Kalian latihan di luar.." ucap Deva yang telah bangkit lagi.
"Tapi kak ..Kakak gimana ?"
"Ini masalah kakak .. Kalian cepat keluar .. Dan jangan masuk sebelum salah satu diantara kami keluar ..Wakarimasuka ?"
"Hai, wakarimasu !!"
Satu per satu mereka meninggalkan lapangan basket indoor dan meninggalkan Gabriel dan Deva yang saling melempar amarah melalui tatapannya.
"Dev, apa peringatan gue 5 tahun yang lalu belum cukup ?!"
"Gue udah nggak peduli apa kata lo.. Sekarang, gue cuma mau dia pergi jauh dari lo !! Lo yang nggakpeduli sama dia !!!"
BUK.
Sekali lagi Gabriel mendaratkan pukulannya ke wajah Deva.
"Hei, Gabriel ..Kenapa lo ? Emosi ? Hah, bukannya dulu lo selalu bilang ..Pertarungan yang dilakukan dengan emosi, hasilnya sama dengan nol ..Sia-sia .. Apa sekarang lo udah narik ucapan itu ?"
BUK.
Deva terhuyung dan jatuh untuk kesekian kalinya. Kali ini Gabriel tak memberikan kesempatan bagi Deva untuk berdiri. Ia terus menghujani Deva dengan pukulan yang bertubi-tubi hingga Deva babak belur.Gabriel menarik kendo gi Deva.
"Jawab gue .. Kenapa adekgue ke rumah lo ?! JAWAB !!"
Deva malah tertawa lebar.
"Lo mau tau kenapa ?"
Gabriel memasang telinganya baik-baik.
"KARENA DIA MAU NGELINDUNGIN LO DARI MEREKA !! DARI KELOMPOK GUE !! CUMA UNTUK NGELINDUNGIN LO!!"
Gabriel melepaskan cengkramannya. Ia mundur selangkah. Ia shock.
"DIA YANG MINTA BANTUAN GUE !! DIA RELA TUKAR POSISI SAMA LO DAN MEMBUAT KELOMPOK GUE SALAH SASARAN !!SEHARUSNYA LO YANG DISANA !! BUKAN DIA !!!"
BUK.
Gabriel terhuyung ke belakang. Nafas Deva naik turun. Ia meledak dan itu tak dapat ia hindari.
"GUE NYESEL UDAH NYERAHIN DIA KE LO !!GUE NYESEL !! INI SEMUA KARENA LO !!"
BUK.
"GUE NGGAK AKAN MAAFIN LO !! SELAMA INI LO TEGA MELIHAT DIA JADI TAMENG LO!! TAMENG YANG MELINDUNGI LO DARI DENDAM BOKAPNYA RIO TERHADAPKELUARGA LO !!"
BUK.
"LO NGGAK PERNAH PEDULI!! LO EGOIS !!"
Deva memukul Gabriel tanpa ampun. Semua luapan amarahnya keluar saat itu juga. Orang yang ada dihadapannya sekarang ini sudah keterlaluan. Hampir lima tahun yang lalu ia berkata akan menjaga Oik. Deva menyetujuinya. Mengapa ? Karena memang sangat berbahaya jika Oik berada didekatnya. Tetapi ia sangat menyesalinya sekarang. Sangat menyesal.
Deva berhenti memukuli Gabriel yang mungkin sebentar lagi akan pingsan.
"Semua ini salah lo .. Gue nggak akan pernah maafin lo .. Ingat itu !!"Deva pergi meninggalkan Gabriel.
"Oik maafin kakak .."kalimat itu yang ia ucapkan berkali-kali sebelum ia dipapah kedua kanshinin keluar lapangan basket indoor.
***
Mulutnya masih menganga lebar. Bahkan ini adalah menit ke-10 ia menganga seperti itu. Entah mengapa ia betah melakukannya.
"Biet,udah berapa lama mulut lo kebuka ? Lalat masuk baru tau rasa lo.."
Obiet menoleh. Menatap gadis yang tengah menyandarkan dirinya pada pagar pembatas sambil membawa tongkat yang akan menemaninya berjalan selama sebulan ke depan.
"Aku cumanggak percaya, ternyata Kak Gabriel mau melatihku ilmu bela diri ..Namanya ju .. Eh juit .. Apa ya ?"
"Ju-jitsu ! Memori lo kapasitasnya berapa sih ?!"
"Ih biarin .. Aku kan baru pertama dengar .. Jadi wajar kalo agak lupa.." Obiet kembali senyum-senyum.
Oik mendengus kencang.Ia harus ekstra sabar untuk menghadapi Obiet yang terlalu polos. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan gelang berwarna hitam titipan dari Shilla. Gelang Obiet. Gelang yang dirajut dengan benang hitam. Gelang yang bertuliskan dua nama. Obiet. Sivia.
"Biet?"
Obiet menoleh.
"Nih, gelang lo .. Tapi talinya rusak .." Oik melempar gelang itu kepada Obiet.
Obiet terlihat kaget ketika melihat gelang itu.
"Lho ? Kok bisa di kamu, Ik ?"
"Kak Shilla yang kasih ke gue.."
Obiet melihat gelangnya dari berbagai sisi. Kemudian ia mengutak-atiknya sebentar dan ..
"Nah, udah bener.."
Oik melotot tak percaya. Ia langsung merampas gelangitu dari tangan Obiet dan menatapnya tanpa henti sambil menganga lebar.
"Kenapa Ik ?"
"Lo bisa ngerajut Biet ?"
"Iya, aku sering liat bibi merajut .. Jadi mau nggak mau aku ketularan deh .."
Oik makin melotot.
"Biet, lo itu cowok .."
"Iya,aku tau kok .. Emang nggak boleh ?!!"
"Rasanya aneh aja, kok cowok bisa ngerajut ?!"
"Kamu juga aneh ..Kenapa ada cewek yang suka bikin hal-hal ekstrim kayak kemarin?!"
"Itu pengecualian .."
"Berarti aku juga pengecualian .." sahut Obiet tak mau kalah.
Oik hanya menatap Obiet dengan tatapan jengkel. Ia kembali memutar-mutar gelang itu. Melihat label nama itu sekali lagi. Sivia.
"Biet?"
"Kenapa ? Mau belajar merajut ?"
"Yee bukan itu .. Gue mau tanya .."
"Tanya gimana caranya merajut ?"
BUK.
Oik memukulkan tongkatnya ke bahu Obiet.
"Lo itu ya .. Orangnya jengkelin banget.."
"Katanya mau tanya .. Kok malah marah-marah?"
"Lo udah punya pacar ya ?"
Dahi Obiet mengkerut. Lalu ia tersenyum.
"Emangnya kenapa ? Mau daftar ?"
"Lo tuh orangnya ke-GR-an banget ya .. Gue cuma mau tanya .. Ini gelang dari pacar lo ? Sivia .."
"Kamu kok tau Via ?"
"Ini kan ada tulisannya .."
"Mana??" Obiet berdiri dan langsung merampas gelang itu dari Oik.
"Eh iya .." ucap Obiet sambil menyunggingkan senyumnya.
"Dasar !" Oik melangkah pergi. Tetapi Obiet menahannya.
"Dia bukan pacarku .. Dia sahabatku.."
"Tapi ntar akhirnya jadi pacar kan ?"sindir Oik.
Obiet diam. Tetapi lambat laun ia menunjukkan senyumnya. Wajahnya memerah.
"Tuh kan .. Klasik banget ..Ckckck .." Oik melangkah pergi. Lagi-lagi Obiet menahannya.
"Apa ?"
"Boleh pinjem handphone ?"
"Buat telpon pacar lo ?"
"Bukan.. Aku mau telpon bibi .. Selama di Jakarta, aku belum beri kabar ke bibi .."
"Bilang aja mau kangen-kangenan sama pacarlo .. Nih .." Oik mengeluarkan BB-nya dari saku celananya, lalu memberikannya kepada Obiet.
"Makasih Ik .."
"Sama-sama.." Oik masuk ke dalam meninggalkan Obiet yang tengah tersenyum sambil memegang BB.
"Ik, aku bingung .. Orang macam apa kamu sebenarnya ?"
Ia terus menatap Oik hingga hilang dari pandangannya.
'Biet, sadar .. Dia anaknya Lex !' katanyadalam hati sambil menampar pipinya sendiri.
Obiet kembali ke kegiatan awalnya. Mencoba menelpon bibinya. Cukup lama ia menunggu,akhirnya telponnya terjawab.
"Halo ?" sapa seseorang disana.
"Halo, bibi .. Ini Obiet .."
"Ob? OBIIIEET !!"
Obiet menjauhkan BB dari telinganya. Suara itu. Lengkingan itu. Ia sangat mengenalinya.
"Via ? Kokkamu ada di rumah ? Bibi mana ?"
"Bibi tidur ..Sehari setelah kamu pergi, paman juga pergi .. Bibi di rumah sendiri.. Jadi aku yang temenin bibi .."
"Waah makasih ya Vi .. Aku titip bibi ya .. Tolong jaga bibi .."
"Iya.. Eh, kamu kapan pulang ? Pak Duta udah nunggu kamu tuh .. Katanya,Beliau merasa kehilangan violinist terbaiknya .."
"Haha.. Aku sampai lupa izin ke Pak Duta .. Sampaikan salamku ke Pak Duta ya .."
"Iya .."
Hening. Tak satu pundari mereka mengeluarkan suara.
"Biet ?"
"Hmm?"
"Aku kangen sama kamu .."
DEG!
Obiet merasakan jantungnya bermain lompat tali dengan paru-parunya. Sesak tetapi ini semua menyenangkan.
"Aku kangen suara, ocehan, bahkan aku kangen duet sama kamu .. Oh iya ..Gimana gelangnya ? Bagus nggak ? Itu aku sendiri yang buat lho.."
"Bagus kok .. Kamu memang murid yang baik ..Langsung dipraktekkan apa yang diajari gurunya .. Haha .."
"Hehe.. Biet, nyanyi dong .. Udah lama nggak dengar kamu nyanyi.."
"Nggak ah Vi .."
"Ayolah Biet.. Aku yang mulai ya .. Somewhere over the rainbow .. Way up high ..There's a place that I heard of .. Once in a lullaby .."
"Somewhereover the rainbow .. Skies are blue .. And the dreams that you dare to dreams .. Really do come true .."
"Some day I'll wish upon a star .. And wake up where the clouds are far behind me.."
"Where troubles melt like lemon drops .. Awayabove the chimney tops .. That's where you'll find me .."
Oik mempertajam telinganya. Ia tak salah dengar. Ada seseorang yang sedang bernyanyi. Oik mencari sumber suara. Semakin lama semakin terdengar jelas. Over the rainbow. Lagu itu mengalun indah. Tetapi hanya beberapa potongan lirik yang ia dengar. Suara itu semakin keras dan sekarang Oik telah sampai tepat dibelakang sumber suara. Ia terpaku. Tak satu pun kata yang keluar dari mulutnya.
'Ini suara Obiet ?'
Tak dapat ia pungkiri, bahwa suara Obiet benar-benar merdu. Oik memejamkan mata dan menajamkan telinga. Ia terbawa olehnya.
"Somewhere over the rainbow .. Blue birds fly .. Birds fly over the rainbow .. Why then oh why can't I ? Udahah Vi .. Ntar yang punya handphone marah-marah .. Orangnya galak banget .."
Oik melotot.
'Baru aja gue beri pujian, lo udah ngelamak lagi Biet ?! Nih anak emang jengkelin banget.'
"Nggak sepenuhnya galak sih .. Pernah sih baik .. Cuma jarang .."
'Sialan lo Biet ..'
Oik langsung menepuk pundak Obiet dan berdehem sekeras mungkin. Obiet yang terkejut hanya bisa menampakkan giginya dengan suka rela.
"Oik ?"
"Siapa Oik,Biet ?" tanya Sivia.
Obiet tetap memperlihatkan giginya kepada Oik.
"Yang punya handphone Vi .. Aku tutup dulu ya.. Daah .."
Tuut, sambungan terputus.
"Tadi itu .."
"Apa ?!"
"Kamu dengar ya?"
"Ya jelas dong .. Lo nggak lihat gue masih punya telinga ?!!"
Obiet hanya meringis semi tertawa. Karena ternyata, wajah Oik saat marah malah terlihat lucu baginya.
BRUUMM.
"Kakak sudah datang .." Oik melangkah pergi. Obiet mengikutinya.
Honda Jazz hitam Gabriel telah terparkir dihalaman rumah. Seorang kanshinin keluar dan membukakan pintu belakang. Gabriel keluar. Kanshinin itu menawarkan diri untuk memapah Gabriel. Tetapi Gabriel menolaknya. Ia terus berjalan menuju Obiet dan Oik yang telah menunggunya diambang pintu.
"Kakak kenapa ?!! Kakak habis berantem ya?!"
"Kakak nggak apa-apa .. Biet, gimana ? Sudah lo putuskan pilihan lo ?"
Obiet diam saja.
"Kalau lo mau gue melatih lo, itu artinya lo juga harus melindungi Oik.."
"Apa kak ? Gue nggak perlu dilindungi kok.."
"Ini demi kebaikan lo, Oik .."
"Tapi,gue masih bisa self-defence kak .."
"Dengan keadaan lo yang sekarang, mereka pasti tahu dimana titik kelemahan lo .."
Gabriel mengalihkan pandangannya.
"Jadi gimana Biet ?? Apa keputusan lo ? Gue nggak akan ulangi pertanyaan gue ke lo .."
Ini kesempatan langka. Kesempatan untuk belajar melindungi diri sendiri dan orang lain. Tetapi syarat yang diinginkan Gabriel sangat bertentangan dengan hatinya. Melindungi Oik? Ia datang ke Jakarta untuk menuntut balas terhadap keluarga Oik.Tetapi ketika kesempatannya terbuka untuk belajar bela diri, mengapa ada persyaratan untuk melindungi Oik ?
"Biet, gue butuhkeputusan lo sekarang .."
Lama ia diam. Tetapi perlahan ia mengangguk.
"Iya kak .. Aku mau .."
Gabriel tersenyum.
"Bagus .. Mulai besok kita latihan.."
Gabriel meninggalkan mereka dan masuk ke dalam.
"Lo nggak perlu melindungi gue .."
"Janji harus ditepati.. Aku nggak mau memanfaatkan Kak Gabriel .. Kalau aku melakukannya,pasti kamu marah-marah .."
Oik diam. Memang benar. Jika Obiet berani melakukannya, ia akan benar-benar marah.
"Ik,aku juga mau tanya .. Kemarin itu, ehm kenapa kamu melakukan hal ekstrim seperti kemarin ?"
"Bukannya Ozy sudah cerita kalau gue punya sasaran ? Tapi yang kemarin itu gue lakukan buat kakak .. Gue mau melindungi dia .."
"Tapi, diabukan kakak kamu ?"
"Justru karena dia bukan kakak gue .. Kak Gabriel itu lebih dari seorang kakak .."
Obiet menatap Oik. Gabriel sangat penting dimata Oik. Itu kesimpulannya.
'Apa kamu suka sama orang yang biasa kamu panggil kakak ? Oik, itu juga cerita klasik ..'
"Biet, lo nggak kuliah ?"
"Oh iya .. Lupa .. Kamu nggak kuliah juga ?"
"Lo lupa kalau Rio berpikir, gue udah meninggal?"
"Oh iya .."
"Gue masuk kuliah kalau kaki gue udah sembuh .."
"Aku siap-siap dulu ya .. Oh iya .. Nih handphone-nya .. Makasih ya, Ik.."
"Sama-sama .."
Obiet pergi meninggalkan Oik. Oik memegang BB miliknya dan menatapnya sangat lama. Ia teringat saat Obiet mengeluarkan suara merdunya.
'Kalau suaranya tadi direkam lumayan juga ..'
Oik tersenyum. Mungkin masih banyak hal yang tak ia ketahui dari Obiet. Sangat banyak.
***
"Hoi Biet .. Bengong aja lo .."
"Eh,Zy .. Ada Acha juga .."
Acha tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Zy, kamu nggak apa-apa kan ? Yang tadi pagiitu .."
"Gue udah biasa Biet .. Kak Gabriel memangnggak terlalu suka sama orang asing .."
"Bicara soal orang asing .. Seharusnya aku yang mendapat perlakuan seperti itu ..Aku kan orang asing .."
"Iya ya .. Apa alasan Kak Gabriel nampung lo di rumahnya ?"
Obiet menggeleng. Ia memang tak mengetahui apa maksud Gabriel menyuruhnya tinggal dirumah itu.
"Oh iya Biet .. Baru aja gue ditelpon Oik .. Dia minta gue untuk cari data tentang keluarga lo .. Katanya lo berhak tau siapa orang tua lo yang sebenarnya .. Gue nggak nyangka lho Biet.. Kalau lo itu anaknya komposer Jepang .." Ozy menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Obiet.
Obiet segera membacanya. Ya, ayahnya seorang komposer di Jepang.
"Biet, kalau kamu mau nerusin kuliah di Kwassui Wonen's College, tempat ayahmu kuliah .. Kita bisa bareng ikut tes EJU .."ucap Acha menggebu-gebu.
Ia berharap Obiet tertarik untuk ikut tes yang menentukan apakah kita layak untuk melanjutkan kuliah diJepang.
"Tapi, aku nggak bisa bahasa Jepang Cha .."
Acha tersenyum.
"Tenang kan ada Acha .. Acha akan privat kamu selama sebulan buat tes ini .. Gimana ?"
"Ikut aja Biet .. Mungkin aja lo bisa tau lebih banyak tentang bokap lo.."
Obiet berpikir. Ozy benar. Selama ini ia selalu menutup diri dari semua hal yang berhubungan dengan kedua orangtuanya.
"Boleh deh .."
Acha dan Ozy tersenyum.
'Oik, lo mulai peduli sama dia ya ? Bagus kalau begitu ..'
***
Hari pertama.
Pagi. Obiet menunggu Acha di taman kampus. Pagi ini Acha akan mengajar bahasaJepang. Sesuai janji Acha, sebelum masuk mata kuliah ia akan mengajari Obiet.
"Udah lama Biet ?" tegur Acha.
"Eh, belum kok Cha .."
"Langsung mulai ya .."
"Iya .."
"Ini buku catatan bahasa jepang Acha .. Kalau sempat, kamu pelajari dirumah ya.. Sekarang kita belajar huruf Jepang .. Yang pertama Hiragana.."
Acha menunjukkan beberapa tulisan unik yang ada dicatatannya.
"Ini a, i, u, e, o .. Cara nulisnya seperti ini .."
Acha menggerakkan pensilnya sehingga membentukhuruf 'a' hiragana.
"Ayo coba"
"Langkahnya harus urut ya .. Jangan sampai salah .."
Obiet meraih pensilnya dan mulai menggores hingga membentuk huruf 'a' hiragana.
"Siip .. Sekarang i .."
Acha selalu mencontohkan, dan Obiet selalu mengikuti dengan baik. Ini cara belajar yang efisien.
Sore. Sesuai dengan apa yang Gabriel katakan. Ia akan menunggu Obiet di ruang latihannya. Gabriel telahsiap dengan dengan dogi dan sabuk hitam miliknya. Obiet juga siap. Ia memakai t-shirt dan celana olahraga miliknya. Ia duduk bersimpu dihadapan Gabriel.
"Sudah siap, Biet ?"
Obiet mengangguk.
"Hari ini kita belajar pukulan dan tendangan.. Gue harap dalam waktu 3 minggu lo udah mahir menghadapi lawan dalam keadaan apapun .. Siap ?"
"Siap kak!"
Gabriel dan Obiet berdiri.
"Yang pertama,kuda-kuda sejajar .. Begini caranya .. Buka kuda-kuda sejajar, its !JAAGH !"
Gabriel menggeser kaki kirinya menjauh danmemposisikan dirinya serendah mungkin.
"Tangan mengepaldi samping pinggang .. Jangan lupa teriak .. JAAGH !! Setiap buka kuda-kuda, mukul, dan tendang .. Paham ? Sekarang coba .."
Obiet berdiri tegap. Kedua tangannya mengepal di samping pinggang.
"Buka kuda-kuda sejajar, its !"
"JAAGH !" Obiet menggeser kaki kirinya dan memposisikan diri serendah mungkin.
"Lumayan untuk pemula .. Sekarang tangan kiri ke depan .. Pukulan pertama .. Gue contohin dulu .. Pukulan 'sotochi' ..Arah sasaran dada .. Its ! JAAGH !"
Obiet melihatnya dengan seksama.
"Pukulan sotochi .. Tangan menggenggam kuat, lalu jari yang dibuat memukul itu jari tengah dan telunjuk ..Kalau lo pakai selain itu, siap-siap aja nggak bisa pegang gelas selamanya .."
Obiet menelan ludah.
"Oke ..Posisi kuda-kuda sejajar, Biet .. Bukan jongkok .."
Obiet membenarkan kuda-kudanya. Tangan kirinya ke depan.
"Pukulan sotochi, arah dada, its !"
"JAAGH !"
Satu per satu tekhnik pukulan dan tendangan telah ia pelajari. Hanya tinggal membiasakannya.
Hari ke-7
Pagi. Acha membawakan Obiet kamus kecil bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.
"Ini,kamus ini juga bisa menambah kosakata bahasa Jepang .. Kamu pelajariya .."
Obiet mengangguk.
"Nah, sekarang kita belajar tentang kata hubung 'de' yang artinya naik apa .. Contohnya, watashi wa hikouki de Jakarta he ikimasu .. Apa artinya ?"
"Saya.. Pergi ke Jakarta .. Naik .. Hikouki itu .. Ehm .. Pesawat ! Saya pergi ke Jakarta naik pesawat .." Obiet tertawa girang.
"Obiet pinter .. Sekarang kamu yang buat .."
Obiet tampak berpikir keras.
"Ozy-san wa fune de Bali he ikimasu ..Ozy pergi ke Bali naik kapal .."
"Obiet tambah pinter deh .. Sekarang kerajakan soal ini ya .."
Obiet mengangguk. Dengan cepat ia mengerjakan soal-soal yang Acha berikan.
Sore. Gabriel tengah memegang dogi Obiet. Begitu pun sebaliknya.
"Siap Biet ? Jangan lupa tekhnik jatuhan yang kemarin .."
"Iya kak .."
"Oke ..Lemparan Osotogari .. Its ! JAAGH !"
BLUK.
Obiet terjatuh.
"Bagus Biet .. Posisi jatuhan lo sudah benar ..Tadi gimana ? Udah jelas leparannya ? Osotogari, satu kaki yang digaet .. Kosotogari, dua kaki yang digaet .. Ungos, lawan digendong lalu dijatuhkan .. Paham ?"
"Oosh !" jawab Obiet.
"Ayo mulai .. Lemparan Osotogari, its !"
"JAAGH!"
BUK.
Gabriel terjatuh.
"Good job Biet !"
Tekhnik lemparan telah ia kuasaai. Saatnya berlanjut ke hari selanjutnya.
Hari ke-14
Pagi. Acha menambah porsi soalnya. 50 soal bahasa Jepang. Begitu melirik soal itu, Ozy langsung mengambil langkah seribu. Obiet hanya bisa pasrah.
Satu setengah jam berlalu. Acha mengoreksi jawaban Obiet. Kemudian ia tersenyum.
"Dari 50 soal, kamu cumasalah 5 Biet ! Hebat !"
"Ah, jangan bercanda deh Cha.."
"Iya, bener .. Nih liat sendiri .."
Obiet melihat tulisannya. Ia tersenyum. 50 soal hanya salah 5. Sungguhkemajuan yang luar biasa.
Sore. Ini hari terberatnya. Memiku lberkarung-karung pasir yang masing-masingnya 5 kg. Peluhnya mulai bercucuran.
"Ayo Biet, semangat ! Masih ada sepuluh karung lagi !!" teriak Oik yang duduk disamping Gabriel. Sekarang ia mulai melepas tongkat berjalannya dan mengandalkan pen.
GLUK GLUK.
Gabriel menegak habis jus apel yang dibuat Oik.
"Enak, Ik .. Sering-sering bikin napa.."
Oik meringis. Kemudian ia kembali menatap Obiet yang tengah bersusah payah memindahkan beberapa karung pasir ke sisi yang lain.
"Latihan fisik memang berat ya kak .. Makanya gue selalu bolos waktu latihan fisik .. AYO BIET ! SEMANGAT !"
Harike-21, deadline.
Pagi, hari ini tes EJU dilaksanakan. Obiet berpisah dengan Acha, karena mereka berbeda ruangan.
"Sukses ya Biet !"
"Iya, Cha .. Kamu juga .."
Mereka memasuki ruang masing-masing. Diruangan Obiet, banyak sekali anak-anak SMA. Ketika ia masuk, mereka langsung saling berbisik, bahkan ada yang terang-terangan terpaku dihadapan Obiet.
'Resiko orang ganteng .. Ckck ..' batin Obiet.
Tiga jam Obiet berkutat dengan soalnya. Sekarang waktu telah habis. Hasil tes akan diumumkan sebulan setelahnya. Obiet harus menunggu.
Sore. Gabriel telahsiap didepannya. Memasang kuda-kuda komitenya. Begitu juga Obiet. Oik yang berada ditengah bertindak sebagai wasit.
"Peraturannya.. Kalau Obiet bisa menjatuhkan kakak, berarti dia lulus tes akhir ..Siap ? Mulai !"
Mereka mulai bergerak. Saling mengidentifikasi lawan.
BUK BAK BUK.
Obiet mencoba memukul dan menendang. Tetapi Gabriel terus menangkisnya. Hingga 30 menit berlalu, Obiet belum bisa merobohkan Gabriel.
"Ayo, Biet.. Gue yakin lo bisa robohin gue .."
Obiet kembali bangkit. Ia harus lulus !
Ia kembali mencoba menipu Gabriel dengan seolah-olah ingin memukul. Gabriel terkecoh .Ternyata Obiet mengincar dogi-nya dan menariknya hingga berada di titik aman untuk melakukan lemparan ungos.
BUK.
Gabriel jatuh. Oik menganga lebar.
"Hebat .."
Obiet berhasil. Ia telah lulus.
"AKU LULUS !!"
***
Targettelah tercapai. Latihan kilat yang diberikan Gabriel telah membuahkan hasil. Semua tekhnik yang diajarkan Gabriel telah Obiet kuasai. Dan secara tidak langsung ia telah siap untuk melindungi dirinya sendiri dan orang yang ada disekitarnya. Termasuk orang yang ada disampingnya sekarang.
"Biet, udah sampai kampus nih .. Lo bengong aja.."
Obiet tersenyum.
"Ik, kamu nggak takut kalau nanti ketemu Rio ?"
"Lho, kan sekarang ada lo.. Ngapain harus takut .. Yuk .."
Obiet tersenyum. Entah mengapa jantungnya ikut bergetar.
'Ini aneh ..'
"Biet ayo !!"
"Iya, Ik .. Tunggu !"
Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor. Obiet berhenti tiba-tiba. Beberapa meter didepannya, Rio berdiri sambil menyandarkan tubuhnya.
"Ik, ada Rio .."
"Gue tau ..Ayo, kita beri kejutan buat dia .."
Oik melangkah mendekati Rio dan berhenti dihadapannya. Oik tersenyum.
"Rio?"
Rio mendongak. Melihat orang yang memanggilnya. Dan seketika tubuhnya gemetar hebat. Matanya melotot. Giginya bertautan.
"Lo .. Oik, lo udah .. Lo udah .. Ini nggak mungkin !!"
Oik tersenyum. Obiet terkikik melihat ekspresi ketakutan Rio.
"Ini kenyataan Rio .. Gue masih hidup .."
Tanpa pikir panjang, Rio mengambil langkah seribu dari hadapan Oik.
Oik tersenyum.
'Rio, tunggu rencana gue yang selanjutnya ..'
***
Nafasnya naik turun. Orang itu bukan Oik. Mana mungkin orang yang telah meninggal dunia dapat hidup lagi.
"Ini nggak mungkin !"
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Maaf, tuan muda .. Ada telepon .. Dari tuan besar .."
"Ayah ?"
Rio mengambil handphone dari orang itu.
"Halo, ayah .. Ada apa ?"
"Jangan kejar dia lagi .." sahut seorang pria dengan suara berat.
"Siapa ?"
"Anak perempuan itu .."
"Jadi ayah sudah tau ?"
"Ayah sudah menduganya dari awal .. Hanya saja ayah salah perhitungan.."
"Ayah salah perhitungan ???"
"Anak itu, bukan anak sembarangan .. Lex benar-benar telah mempersiapkannya dengan baik .. Bahkan anak itu mampu mempengaruhi sepupumu untuk membantunya mengecoh kita .."
"Deva ? Terkecoh?"
"Iya, dia berani menghianati pamannya sendiri .. Mereka berhasil .. Anak itu membawa kita menjauh dari sasaran .. Itu semua berjalan sesuai dengan keinginan Lex .."
"Menjauh dari sasaran ? Maksud ayah, sasaran kita bukan Oik ?"
"Iya.. Selama ini bukan anak perempuan itu yang kita cari .. Lex sudah merubah datanya .."
"Lalu, siapa ?"
"Kakaknya, Gabriel Stevent Damanik .."
>>>>>>>>>>>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Putihku
Fiksi RemajaSore itu langit sangat merah. Tetapi tak semerah darah yang mengalir deras dari tubuh laki-laki paruh baya itu. Jerit histeris dari istrinya tak mampu menghentikan laju darah yang semakin deras. Sementara itu, terlihat seorang anak kecil yang sedang...