4. Penerbangan

7.4K 441 39
                                    

Dari kejauhan sebuah koper berwarna cokelat terlihat ditarik oleh seorang wanita muda berpenampilan modis. Ia berjalan begitu anggun, membuat beberapa mata lelaki yang berpapasan dengannya terpaksa harus melirik karena tertarik dengan kecantikan yang hari ini sengaja dipoles sedemikian rupa sehingga terlihat berbeda dari penampilan pada hari biasa.

"Nona, bolehkah aku berkenalan denganmu?" Seorang lelaki dengan sebuah ransel besar di punggungnya mengulurkan tangan, dengan seulas senyum yang disunggingkan, berusaha semanis mungkin merayu pemilik paras ayu yang memikatnya dari dulu.

"Apaan sih, dasar playboy!" Usaha Daniel terhempas begitu saja oleh ucapan jutek dari Vika yang dirayu nya barusan. Penampilan Vika hari ini memang berbeda dari biasanya hingga sempat membuat Daniel dan yang lain terpana.

"Yaelah, kirain dandan udah anggun kayak gitu sesuai sama mulutnya, taunya masih sama aja, pedes." Gerutu Daniel yang langsung ditertawakan oleh yang lainnya.

"Apa loe bilang?" Vika memberikan sebuah hadiah rasa panas perih di bagian perut Daniel yang membuatnya meringis dan menjadi hiburan tersendiri bagi teman lainnya. Walaupun mereka sering seperti itu, tapi pada dasarnya mereka saling menyayangi sebagai seorang sahabat.

"Ya udah, yuk, sebentar lagi pesawat kita berangkat." Beni menyudahi pembicaraan mereka berenam, dan merekapun bersiap, dan tak lupa sebelum keberangkatan merekapun mengecek kembali barang serta perlengkapan yang mereka bawa.

"........."

"Gua dek-dekan, nih." Vika yang baru pertama kali ini naik pesawat terbang merasa gugup, untung saja Aini dan Anita selalu menenangkannya dengan mengajaknya mengobrol dan bercanda seperti biasa.

Cuaca hari ini cukup panas dan begitu cerah, sehingga diprediksi perjalanan mereka akan sangat nyaman dan lancar. Waktu tempuh perjalanan dengan menggunakan pesawat hanya kurang lebih dua jam saja, untuk itu ketika sampai di sana mereka bisa langsung mencari hotel atau penginapan dan sore harinya bisa langsung menikmati suasana pantai hingga matahari terbenam. Kira-kira seperti itulah yang mereka rencanakan sejak awal.

Satu jam berlalu, mereka masih mengudara bersama salah satu pesawat dari maskapai penerbangan komersil lokal. Tak ada tanda-tanda pesawat mengalami gangguan oleh alam atau pun kendala pada mesin pesawat itu sendiri, namun jauh di depan sana ada sesuatu yang mengganggu pandangan pilot dan co pilot. Sebuah gumpalan awan hitam berada di atas sebuah hutan yang sangat luas. Yang di kelilingi beberapa gunung kecil. Cukup lama kedua orang yang mengendalikan pesawat tersebut memperhatikan, namun ketika mereka sadar, semua telah terlambat.

Terjadi turbulensi yang sangat hebat ketika pesawat mencoba menerobos kabut pekat tersebut, sistem kelistrikan menunjukan keanehan walaupun mesin pesawat masih berfungsi dengan baik, namun pesawat dalam keadaan sangat tidak stabil, komunikasi dengan maskapai tujuan pun terputus, dengan situasi seperti ini keputusan harus diambil dengan cepat agar bisa menyelamatkan ratusan nyawa penumpangnya, dan sang pilot pun akhirnya memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di tengah hutan, dengan resiko yang sangat besar, namun tak ada jalan lain, ini harus tetap dilakukan sebagai upaya penyelamatan.

Semakin lama pesawat semakin menukik turun ke arah hutan tersebut.
suara jerit ketakutan menggema di seluruh penjuru kabin pesawat walaupun sebelumnya hingga saat ini beberapa orang pramugari berusaha menenangkan para penumpang, juga memberikan arahan apa yang harus mereka lakukan saat ini. Terbayang kematian yang berada semakin dekat dengan mereka. Dengan kondisi seperti saat ini beberapa dari mereka terbayang dengan banyaknya dosa yang pernah mereka lakukan semasa hidup di dunia, namun sepertinya sudah sangat terlambat menyesalinya saat ini, dan berpikir tentang itu dalam kondisi seperti ini adalah sesuatu yang sia-sia.

Bruaaaakkkkk....

Pesawat tersebut mendarat di tengah hutan yang sangat gelap dan lebat, ke dua bagian sayap pesawat hancur hingga berkeping-keping akibat menghantam pepohonan besar pilar hutan, badan pesawat itu terbelah menjadi beberapa bagian yang berserakan bersama dengan potongan-potongan tubuh penumpangnya yang ikut tercabik oleh ganasnya hutan, darah segar mengalir di setiap sudut kabin pesawat yang tak utuh lagi, beberapa penumpang yang masih bernyawa, bernapas dengan cepat seolah di hutan ini tak tersedia oksigen yang cukup untuk mereka semua, namun di hadapannya kini nampak lah malaikat maut yang siap mencabut nyawanya dengan perlahan.

Namun ternyata takdir berkata lain. Pada kecelakaan mengerikan tersebut keberuntungan masih berpihak pada enam orang yang masih selamat walaupun dengan kondisi syok dan mengalami beberapa luka ringan akibat benturan.

Setelah cukup lama tak sadarkan diri, akhirnya dengan perlahan mata itu terbuka, menampakan begitu banyak luka serta penderitaan di sekelilingnya. Aroma darah yang menyelimuti membuat siapapun yang menciumnya akan merasa seperti orang yang tak pernah kelaparan. Bagaimana tidak, potongan tubuh para penumpang yang menjadi korban kecelakaan kali ini, begitu mengerikan. Mulai dari potongan kaki, tangan, kepala hingga bagian mata dan organ dalam lainnya, semua berserakan, seakan menjajakan dirinya di sebuah pasar dadakan.

Perlahan tangan lemah itu meraih tangan sahabat yang duduk di sampingnya, yang juga tak sadarkan diri dengan sedikit luka di bagian tangan kanannya yang sepertinya tak terlalu dalam, terasa dari lemah detak nadinya, masih ada tanda kehidupan yang membuat Aini tersenyum lega, karena setidaknya ia tak sendiri.

Dug...

Sebuah suara tepat di belakangnya membuat Aini terpaksa menoleh, dengan perlahan dia memastikan apa atau siapa yang bergerak di belakangnya.

Seseorang yang juga baru tersadar sedang memegangi bagian belakang kepalanya yang terasa berat. Kembali Aini tersenyum melihat Beni yang juga baru sadarkan diri, ia bertambah lega karena dua orang sahabat terbaiknya selamat, meski dengan kondisi yang tak begitu menyenangkan.

Sementara di luar sana, seseorang dengan mengendap mendekati puing pesawat yang hancur berserakan, kulitnya yang gelap tersamarkan dari lingkungan sekitar yang memang di selimuti kegelapan karena pepohonan tinggi menghalangi masuknya sinar matahari. Perlahan memperhatikan sekeliling dengan begitu waspada, ujung tombak yang di genggamnya selalu di arahkan ke depan dengan siaga. Ia merasa aneh dengan suara keras yang tiba-tiba terdengar dari dalam hutan, setelah ia melihat asal suara tersebut, ia merasa asing dengan benda di hadapannya yang kini hancur berserakan itu, namun ketika di salah satu kursi penumpang itu ada sebuah pergerakan yang menurutnya aneh, ia langsung berlari menyelamatkan diri tanpa tahu dan peduli dengan apa yang dilihatnya, karena menurut naluri penakutnya itu adalah sebuah ancaman yang harus di hindari, walaupun sebenarnya itu hanyalah orang beruntung yang selamat dari peristiwa naas tersebut.
Ia masih berlari tanpa henti, menuju sebuah pemukiman kumuh yang berada jauh di tengah hutan, napasnya yang tersengal tak di hiraukan nya, karena yang penting saat ini adalah, pemimpin mereka harus tahu kabar buruk ini.

Selesai baca, Jangan lupa tinggalkan vote dan komentnya...
Terimakasih😁

NEGERI KABUT DARAH (EPS. 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang