2. Sahabat

10.6K 528 27
                                    

Dua tahun telah berlalu sejak kejadian nahas itu, mereka yang kini hanya bertiga sepakat untuk melupakan semua hobi yang dulu sangat mereka cintai, hingga menjunjung tinggi bagai sebuah pedoman hidup yang mereka jalani, namun setelah kenyataan yang terjadi ideologi itu hilang tak berarti. Mereka lebih memilih hidup normal seperti orang lain, yang tak terlalu mengejar ambisi tak pasti.
Hubungan Beni dan Anita masih terjalin dengan baik, sementara Aini terkadang masih menutup diri. Trauma itu masih membekas di benaknya, hampir setiap hari menghantui kehidupannya hingga tak bisa menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun Beni dan Anita, sebagai seorang sahabat yang mengalami kejadian yang sama, paham dan mengerti akan keadaan Aini, mereka tak pernah meninggalkannya dan selalu memberi dukungan agar Aini bisa kembali seperti semula.

"Hei... Udah lama nunggu?"

Beni yang baru selesai dengan mata kuliahnya hari itu menghampiri Anita kekasihnya yang telah menunggu di kantin kampus mereka, namun Anita tak sendiri di sana, ia bersama Aini dan Vika sahabat baru mereka, dan Beni pun datang tak sendiri, ia datang bersama Dimas serta Daniel.

"Enggak kok."

Mereka semua telah saling mengenal satu sama lain, dan bisa disebut saat ini mereka bersahabat, walaupun seperti berpasang-pasangan namun yang berpasangan di antara mereka hanya Beni dan Anita saja, masih langgeng melanjutkan hubungan sejak SMA.

"Gimana rencana kita nih? UAS kan udah mau beres."

Mereka sebelumnya telah membahas tentang ini, namun pembahasan sebelumnya belum berakhir karena mereka belum sepakat pada tempat tujuan yang mereka pilih.

"Ya udah, gini aja, gimana kalau kita perginya ke tempat yang ramai?"

Beni mengusulkan pergi ke tempat yang sudah pasti banyak dikunjungi ketika musim liburan tiba bukan tanpa alasan, ia tahu apa yang di pikirkan kekasihnya serta Aini. Sedikit banyak mereka pasti terbayang dengan kejadian dua tahun lalu yang hampir membuat semuanya terbunuh, karena Beni sendiri pun masih ingat jelas dengan kejadian itu, namun ia berusaha selalu tetap kuat dan melupakan kejadian itu.

"Ya udah deh, mending kita ke Bali aja, banyak pemandangan bagus tuh...hehehe." Ucapan Daniel akhirnya memancing semua orang untuk tersenyum dan tertawa, mereka tahu betul apa yang dimaksud oleh Daniel sebagai sebuah pemandangan bagus, namun Aini tak sedikitpun tertawa seperti yang lainnya, bukan karena ia tak mengerti maksud ucapan Daniel, tapi saat ini pikirannya sedang melayang jauh menerawang membayangkan semua yang pernah terjadi di masa lalunya.

"Aini..."

Anita memegang bahu sahabatnya itu, ia tahu kalau Aini sedang melamun. Seketika Aini tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Anita kemudian tersenyum menutupi apa yang sedang ia pikirkan, namun Anita sudah bisa menebaknya walaupun Aini tak mengatakannya sedikitpun.

"Itu sih pengennya loe... Dasar mata keranjang." ujar Vika menimpali ucapan Daniel dengan ketus namun malah membuat yang lainnya semakin tertawa. Mereka sudah terbiasa dengan mengobrol seperti ini, yang selalu diselipkan candaan sehingga suasana menjadi lebih menyenangkan.

"Enak aja, mana ada buaya punya mata keranjang."

Kali ini Dimas menimpali dengan tak kalah usilnya.

"Sialan loe, gua cowok paling setia di dunia."

Daniel membela diri dengan tampang di ekspresikan menjadi seimut mungkin yang justru malah membuat yang lainnya merasa aneh pada Daniel dengan ekspresinya seperti tadi.

"Udah udah, jadinya kita kemana nih?"

Beni menengahi agar pembicaraan mereka tak melebar kemana-mana, dan semua bisa segera ditentukan, mengingat waktu berlibur hanya tinggal beberapa saat lagi.

"Ya udah, kita ke Bali aja deh."

Setelah sepakat, akhirnya telah di putuskan bahwa liburan kali ini mereka akan mengunjungi pantai di wilayah pulau dewata, Bali.

Obrolan mengenai rencana liburan selesai, merekapun pergi ke sebuah pusat perbelanjaan dengan menggunakan mobil milik Beni. Anita duduk di samping Beni yang menyetir, sementara Aini berada di kursi tengah bersama Vika, sedangkan Dimas dan Daniel duduk di kursi paling belakang. Mereka pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk sekadar mencari perlengkapan persiapan liburan, mulai dari pakaian renang hingga beberapa keperluan perempuan lainnya. Dalam perjalanan, Aini kembali terdiam tak menanggapi obrolan yang lainnya, ia hanya duduk melihat ke arah jendela dengan tatapan kosong, pikirannya melayang jauh membayangkan sesuatu yang buruk yang telah menjadi trauma dalam hidupnya. Memang sulit menghilangkan trauma yang dialami seseorang, terlebih trauma itu berasal dari kejadian yang begitu mengerikan, namun sahabat Aini masih sangat bersyukur karena trauma itu tak sampai membuatnya gila, Aini hanya mengalami depresi ringan.

"Aini, loe mau beli apa aja?"

Anita berusaha mengalihkan Aini dari lamunannya, berharap ia mengerti bahwa ia tak sendiri, namun sepertinya Aini tak mendengar ucapan sahabatnya itu karena ia masih tetap diam tak menanggapi apa yang baru saja Anita tanyakan.

"Aini..."

Anita sedikit berteriak lebih keras, mungkin dengan begitu Aini bisa mendengarnya.

"Eh, iya, maaf kenapa, Ta?" Akhirnya Aini tersadar dari lamunannya, Anita tersenyum melihat Aini, begitu juga dengan yang lainnya, melihat tatapan para sahabatnya seperti itu, Aini malah merasa heran.

"Ko? Kalian kenapa?"

Pertanyaan Aini kini yang tak mendapat respon dari yang lainnya, mereka masih saja tersenyum menatap Aini.

"Loe jangan ngelamun aja, masih ada kita di sini, yang selalu ada buat loe, lupain semua masa lalu, karena sekarang kita masih bisa bareng di sini, dan juga kita punya sahabat baru."

Ucapan Anita benar, Vika yang duduk di sebelah Aini langsung memeluknya, namun tanpa sadar hawa dingin terasa di tengkuk Vika yang membuatnya merinding, lalu sesaat kemudian seperti ada sebuah tangan yang perlahan memegang pundaknya.

Setelah baca, Jangan lupa tinggalkan vote dan komentnya...
Terimakasih...😁

NEGERI KABUT DARAH (EPS. 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang