Aku merona ketika ia menatap mataku, suara tepuk tangan menggema diruangan. Aku melepaskan lingkaran tangan ku dileher brian dengan gugup, mataku menatap sekeliling semua orang menatap kearah kami. Sekarang aku dan brian menjadi pusat perhatian, good.
Tampak jessi menggeram dari sebrang sana menatap ke arah ku.
Good stevanie, seperti nya kau akan menang.
Aku kembali menatap ke arah brian yang tengah menatap ku.
" kau terlihat bahagia " bisiknya, aku hanya memutar bola mata ku malas. Ia terkekeh dan menyelipkan anak rambut ku ke belakang telinga.
" kau tau jessi tak berkedip menatap ku, aku menang! Aku akan menjadi primadona dan selalu " ucapku panjang lebar.
" bagaimana dengan tawaran ku? "
" apa? "
" apa kau mau menerima perjodohan ini? Atau paling tidak apakah kau mau menjadi kekasih ku dalam jangka panjang? " raut wajah nya sendu berharap.
Aku menatap manik matanya dengan ragu, semua nya akan terlalu cepat jika kami berakhir, dan jessi pasti akan curiga. Untuk mengenai perjodohan itu sebenarnya dia lelaki yang baik dan tanggung jawab, tapi ntah mengapa aku tak mempercayai suatu hubungan terikat.
" aku tak yakin, kau tau hubungan karna kasihan dan terpasa tu tak baik " aku tersenyum hambar.
" maksud mu kau mau menerima perjodohan ini? Dan mulai dengan hubungan serius? "
Aku mengerjap terkejut, sedikit mengaga aku menatap manik matanya ragu.
" bu-bukan maksudku sebaiknya akhiri saja, kau tau aku cuma jadikan kau sebagai taruhan "
Ia menyunggingkan senyuman, dapat ku lihat guratan kecewa tampak disana. " baiklah aku mengerti, aku akan menunggu mu stevanie kau harus tau, dan kita bisa berteman kan? "
Aku mengerutkan keningku, kau sungguh aneh brian! Kemarin kau terlihat acuh terhadap ku. Dan kenapa sekarang kau mendekatiku, ia terlihat penuh harapan menatapku, apa aku hanya ke gr an saja? .
" okay, kita bisa berteman " ucap ku tersenyum kepadanya.
" kapan pun dan dimana pun kau membutuhkan ku, aku akan selalu ada disana disaat kau membutuhkan pertolongan ku! " janjinya.
Aku tersenyum lebar, ia membalas dan membawa ku kedalam dekapan nya, aku tak menolaknya menurutku berada dalam dekapan nya itu suatu yang nyaman. Ia begitu tampan ketika tersenyum, ia memang tampan tapi maksudku jika ia tersenyum ketampanan nya bertambah berkali kali lipat.
Aku tak ingin mempermainkan perasaan nya dengan permainan konyol ku bersama jessi, tidak dengan nya dia terlalu baik.
****
Di perjalanan pulang, aku hanya terdiam menatap keluar kaca menatap indah nya kota dimalam hari. Tatapan ku beralih ke arah brian aku menatap wajah nya yang tengah fokus menyetir, datar dan tegas. Kami sering bertentangan pendapat, dan dapat ku lihat tatapan tajam nya yang pertama kali ku lihat, tapi semakin lama tatapan itu melembut, aku senang ia berubah. Aku yakin dia itu hanya fake nerd! Tapi kenapa?.
" terus saja menatap ku " ucapnya terkekeh.
Aku hanya memutar bola mata ku menatap kedepan.
" mau menepi? " tanya nya.
Aku menatapnya " boleh "
Brian memarkirkan mobilnya dipinggir jalan, aku turun mengikuti langkah nya ketika ia turun, Jalanan tampak sepi.
Kami duduk diatas kap mobil.
Aku menatap lurus kearah jalan, ditemani angin malam.
Aku menatap kearah brian ketika merasakan pipiku yang dingin, aku mengerucutkan bibirku, brian menempelkan telapak tangan nya di wajah ku. Ya cuaca memang sedang dingin dikota ku jadi tak heran jika tangan nya bisa sedingin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
Teen FictionCowok? Berengsek, itulah pemikiran stevanie tawana sheldrick. Sifatnya yang cuek dan angkuh pada semua pria, memiliki wajah yang cantik dan berhati dingin. Banyak pria yang mengincarnya namun hanya bisa bungkam memendam rasa. Karna gaya hidupnya yan...