5

487 65 8
                                    

✧✧✧ — Please appreciate me, give me a vote and comment after you read this story. Thank you for understanding — ✧✧✧


"Kalau begitu bagaimana kalau kita bercerai saja?"

Daniel membulatkan matanya mendengar pertanyaan Jaehwan. Daniel benar-benar terkejut saat Jaehwan bisa-bisanya memikirkan untuk bercerai dengannya.

"Setelah apa yang kita lalui selama ini sebelum kecelakaan itu terjadi, dengan mudahnya kamu bilang ingin bercerai?"

"Itu sudah masa lalu."

Emosi Daniel sudah memuncak. Daniel mengepalkan kedua tangannya untuk beberapa saat, lalu kemudian Daniel meraih tangan Jaehwan. Daniel menarik tangan Jaehwan dengan paksa dan memasukkan Jaehwan kedalam mobilnya.

"Kang Daniel, apa yang kamu lakukan?"

Tanpa menghiraukan Jaehwan yang terus berbicara, Daniel langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Daniel menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah kayu yang tidak terlalu besar namun elegan, rumah yang dia beli sebelum menikah dengan Jaehwan yang rencananya akan Daniel pakai berdua dengan Jaehwan setelah menikah. Daniel turun dari mobil lalu menggendong Jaehwan ala bridal style sambil berjalan masuk ke dalam rumah tersebut.

"Kang Daniel, turunkan aku sekarang! Kamu mau bawa aku kemana?"

"Jjaeni, apa kamu mengingat rumah ini?"

Jaehwan terdiam setelah Daniel membawanya masuk ke dalam rumah kayu tersebut. Jaehwan dapat mencium aroma yang tidak asing untuknya. Perlahan, Daniel menurunkan Jaehwan membiarkan Jaehwan melangkahkan kaki perlahan mengitari rumah tersebut.

"Ini..."

Jaehwan dapat merasakan disetiap langkahnya, bahwa lantai rumah ini terbuat dari kayu. Jaehwan meraba tembok rumah tersebut, Jaehwan dapat merasakan bahwa tembok rumah tersebut juga terbuat dari kayu yang mahal. Semua hal itu membuat Jaehwan teringat suatu hal.






-flashback on-






"Kamu ingin rumah yang seperti apa, Jjaeni?"

Jaehwan yang sedang dengan tugas akhir di laptopnya mengalihkan pandangannya pada Daniel saat Daniel menanyakan hal tersebut.

"Untuk apa kamu tanyakan itu? Sudah ingin membeli rumah untuk kita tinggali setelah menikah nanti?"

"Tidak, hanya ingin memikirkan desain untuk rumah kita dari sekarang. Aku hanya ingin membeli tanah untuk rumah kita, untuk rumahnya, gunakan desain milik kita berdua."

Jaehwan tersenyum mendengar jawaban dari Daniel. Jaehwan setuju dengan perkataan Daniel, Jaehwan juga ingin memiliki rumah yang merupakan hasil desain nya sendiri.

"Aku hanya ingin rumah kayu sederhana yang tidak terlalu besar."

"Kayu?"

"Iya, aku suka rumah kayu. Terlihat seperti di dongeng-dongeng."

"Seleramu unik juga. Aku pikir kamu akan memikirkan rumah besar dan megah seperti istana?"

"Tidak, kamarnya terlalu banyak. Toh nanti rumah itu hanya ditinggali kita berdua 'kan?"

"Anak-anak kita?"

Jaehwan terkekeh mendengar jawaban Daniel. Jaehwan menggelengkan kepalanya pelan.

"Cukup satu anak saja."

"Baiklah."






-flashback off-






"Rumah kita..."

[ NIELHWAN : END ] Who are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang