11장 : UGD

4.6K 704 91
                                    

“ ibu, ternyata sudah lama pergi dan berbeda alam denganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ibu, ternyata sudah lama pergi dan berbeda alam denganku.

           Mimpinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

           Mimpinya. Taehyung seharusnya ingat bahwa jika ia ceroboh sedikit saja, Jimin akan terluka.

Ia dan Jimin kini berada dalam mobil Hoseok yang melaju cepat di jalanan. Taehyung bahkan sudah melepas jaketnya dan membungkus tubuh Jimin dengan jaketnya.

Mata Jimin terpejam. Jimin hampir tidak bernapas, Taehyung merasakannya. Napas Jimin pendek, dan dadanya hampir tidak naik turun.

Taehyung masih memeluknya dengan air mata yang menggenang dan perasaan bersalah yang teramat dalam karena sejak pagi, ia mengabaikan Jimin dan malah menyebabkan hal seperti ini.

×××

Suasana hiruk pikuk rumah sakit semakin membuat kepala Taehyung sakit. Mulai dari pertengkaran Nami dan Hoseok yang memperdebatkan kenapa Jimin bisa seperti ini. Nami menyalahkan Hoseok dan Hoseok menyalahkan Nami.

Taehyung memejamkan mata, mengingat kejadian demi kejadian yang terjadi sebelum ia meninggalkan Nami di bar dan pergi ke supermarket.

Awalnya, ia hanya pergi ke bar sendirian untuk melepas penat. Namun, saat tidak sengaja melihat Nami yang tengah dipukul tanpa ampun oleh mantan pacarnya di bar yang ia datangi, Taehyung mendadak muntab. Emosi seolah menguasainya. Taehyung memecahkan botol alkohol yang berada di tangan mantan pacar Nami, kemudian menusuknya. Taehyung yakin bahwa ia tidak sampai membunuh lelaki itu. Walau mungkin, ia sedang kritis sekarang. Taehyung hanya menusuknya sekali lalu lari saat bar mendadak gaduh.

Lalu, saat melarikan diri dan menyesali perbuatannya, ia mendengar suara lirih Jimin yang berjalan ke arahnya dengan sempoyongan.

Taehyung menutup telinganya, saat teriakan ketakutan Nami dan suara Jimin terngiang-ngiang di kepalanya. Hoseok mengguncang bahunya, namun Taehyung masih acuh. Semua suara bising itu seolah masih mengintari kepalanya.

Tidak peduli tangan dan baju Taehyung yang berlumur darah, Hoseok menjauhkan paksa tangan Taehyung dari telinganya lalu merengkuhnya.

"Jimin, Kak ... Jimin," Taehyung terbata-bata.

Hoseok menepuk punggung Taehyung lembut, memberikan ketenangan pada Taehyung yang kini hilang kendali atas emosinya.

"Sshh. Jimin akan baik-baik saja."

Mata hazel Taehyung terpejam setelahnya, kepalanya pening. Taehyung mengatur napasnya yang sejak tadi memburu, menenangkan pikirannya sejenak di dalam dekapan Hoseok yang terus menepuk punggungnya lembut tanpa jemu.

Hoseok menoleh, dan mendapati Yoongi yang berdiri di dekatnya. Berseragam lengkap dengan di ekori anak buahnya, namun tidak kunjung berbicara dan menunggu Taehyung selesai mendinginkan kepalanya.

Dengan pin khusus ketua tim penyelidikan polisi divisi Gangnam, Yoongi terdiam tanpa menggangu Taehyung yang tengah berusaha keras menahan air matanya.

"Jimin masih bisa selamat, jika operasinya cepat di lakukan. Jimin mengalami hipotermia selama berada di luar terlalu lama pada suhu dingin."

"Ruang operasi daruratnya ... masih terpakai."

Taehyung lantas membuka matanya saat mendengar suara Namjoon yang baru saja keluar dari ruang ICU. Usai Hoseok melepaskan pelukannya, Taehyung berdiri dan berhadapan dengan Namjoon.

"Jadi, maksudnya—" napas Taehyung tercekat.

Taehyung menggeleng. Menepis semua kemungkinan buruk yang hinggap di kepalanya. Namjoon menghela napas dan menepuk bahu Taehyung.

"Suhu tubuh Jimin hanya bisa normal jika ia dioperasi. Kita tidak bisa melakukan apapun selain menunggu."

Rasanya Taehyung ingin berlari dan melabrak siapapun yang ada di ruang operasi itu. Rasanya Taehyung ingin berlari, dan memeluk Jimin. Setidaknya untuk tidak membiarkan sisa kehangatan dari tubuh Jimin lenyap.

"Ayo, Taehyung. Kau harus ke kantor polisi," Yoongi meraih tangan Taehyung, sontak membuatnya menoleh dan kemudian memberontak.

"Tidak! Aku mau disini sampai Jimin di operasi—Kak!"

Taehyung terus berteriak saat anak buah Yoongi turut menahan tangannya. Taehyung tidak peduli lagi jika ini adalah UGD, ia hanya ingin di sini. Air matanya luruh.

"Maafkan aku. Tapi, aku sudah mendapat perintah untuk menangkapmu," ucap Yoongi. Taehyung menulikan pendengarannya, ia memberontak dan terus memekik.

"Kak! Tidak! Jimin!"

×××

"Jimin!"

Suara bass yang familiar itu menggema. Memenuhi ruang putih tempat Jimin berada. Jimin menoleh sekilas, kemudian kembali menatap seseorang yang berada lumayan jauh darinya.

Seorang wanita paruh baya dengan balutan baju terusan putih yang menawan, berdiri anggun dengan senyum tipisnya.

Jimin mengingatnya, bahkan merindukannya setiap malam. Seseorang yang menghilang dari hidupnya. Ternyata ada disini. Wanita yang telah ia cari selama bertahun-tahun.

"Bagaimana? Kau mau ikut ke tempat ibu dan bersama ibu lagi?" <>

___________________________________________

re-publish, 23-07-20.

Lonely Whale [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang