2장 : Penghujung Musim Gugur

6.5K 949 103
                                    

"Senyum itu, palsu?"

Seoul, November 2015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seoul, November 2015.

.
.
.

      "Pagi, Kukang!"

      Taehyung mengernyit saat cahaya matahari menusuk matanya, memaksa matanya untuk terbuka. Jimin tersenyum kecil, kemudian mengguncang tubuh Taehyung saat saudara angkat yang kebetulan seumuran dengannya tersebut menepik tangan Jimin dengan raut wajah sebal.

      Jimin mencubit kedua pipi Taehyung kemudian memainkannya dengan gemas karena Taehyung tidak kunjung membuka matanya.

      "Uh, Jim—" Taehyung berucap serak seraya kembali menepis tangan Jimin. Jimin tersenyum, kemudian beranjak berdiri kemudian menarik tangan Taehyung dan membantunya duduk.

       Mata Taehyung sedikit terbuka, menampilkan bola mata berwarna hazel yang menatap sayu mata hitam pekat Jimin.

      Jimin berseru, "Ayo! Musim gugur akan segera berakhir."

-

      Jimin dan Taehyung sama-sama menyukai musim gugur.

      Daun-daun kecokelatan yang jatuh dan berterbangan di sana-sini. Angin semilir yang berhembus menyejukkan. Langit mendung yang menghalangi sinar matahari.

       Musim gugur kerap kali identik dengan kehilangan, kesepian dan segala macam frasa tentang perasaan yang rapuh. Tapi, meskipun begitu dingin, musim gugur memiliki kehangatannya sendiri.

       Kehangatan yang menyejukkan seperti seorang Park Jimin yang kini berlari-larian bersama Taehyung di taman kota yang penuh dengan dedaunan kering.

       Suara tawa Taehyung menggema saat melihat Jimin terjerembab ke tumpukan dedaunan kering. Taehyung menghampirinya, membantu Jimin untuk berdiri dengan tawa yang masih menggelegar.

     Keduanya saling beradu tatap sampai akhirnya tawa meledak dan tangannya bergerak mengelitiki Taehyung.

     "Ah, geli—Jimin!"

     Jimin kembali berlari menjauh dengan senyum lebar di wajahnya usai Taehyung memekik. Langkahnya melambat, kemudian terhenti saat melihat seekor anjing berbulu lebat tengah menghampirinya.

     Taehyung masih tidak berpindah dari posisinya. Menatap Jimin dari kejauhan. Cuaca tidak bisa dikatakan dingin, namun Jimin tetap memakai jaket tebal.

      Taehyung menghela napasnya kemudian tersenyum kecil saat Jimin menoleh padanya dengan senyuman lebar dan anjing kecil di dekapannya.

     "Taehyung, kemari! Anak anjing ini lucu sekali!"

     Dia adalah Park Jimin. Saudara angkat Taehyung—lelaki yang ditemukan Taehyung dalam kantung sampah di Taman Kota Seoul.

      Park Jimin, lelaki yang memiliki sejuta raungan kesepian di dalam senyum lebarnya.

×××

      "Cheers!"

       Usai acara bermain-main dengan Taehyung di taman, Jimin dan Taehyung memutuskan untuk datang ke rumah besar Hoseok yang belakangan ini menjadi markas gengnya.

      Semuanya meneguk beer-nya. Mulai dari Namjoon, Seokjin, Yoongi, Hoseok, dan Jungkook. Mereka semua bertemu secara kebetulan dan akhirnya saling mengenal satu sama lain kemudian menjadi dekat seperti sekarang. Jimin masih menatap semuanya dengan senyum yang tidak luntur.

      Bagi Jimin, mereka adalah sahabat, keluarga dan saudaranya.

      Tak berselang lama, Taehyung datang dan meletakkan sekotak daging yang baru selesai ia panggang. Jimin meraih botol kaleng beer di hadapannya, seolah memang menunggu Taehyung dan minum bersamanya.

       Jimin mendesis, "Ssh—"

       Trak!

       Semuanya atensi lantas teralih pada Jimin yang telah menjatuhkan kaleng beer-nya hingga isinya tumpah dan berceceran dimana-mana.

       Jimin sibuk memandangi telapak tangannya yang mulai memerah dengan napas yang tiba-tiba tercekat, "Ma—maaf ak—"

       "Punya Jimin beer dingin?" Taehyung menyela perkataan Jimin dengan menggenggam kaleng beer ditangannya. Jungkook mengangguk sekilas, namun beberapa sekon kemudian ia terkesiap. Seolah menyadari sesuatu yang sempat dilupakannya saat membeli beer, Jungkook berucap gugup, "So-sorry kak, aku lupa—"

      "Tidak. Tidak apa-apa, Kook." Jimin melambaikan tangannya pada Jungkook, dengan senyum. Namun Jungkook masih menatap ruam merah yang muncul di telapak tangan Jimin dengan rasa bersalahnya.

      "Tapi—"

      Jimin menyela, "Kook. Aku baik-baik saja. Ini tidak serius."

      Tangan Jimin menepuk paha Jungkook dan menatapnya dengan menoreh senyum tipis. Mata hazel Taehyung mengamati deru napas Jimin yang mulai memberat dan dadanya yang naik turun dengan cepat.

       Jimin tidak baik-baik saja.

×××

      Jimin mengambil satu obat dari tangan Taehyung lalu meneguknya. Jimin mengambil napasnya, berusaha mengatur deru napas dan berulang kali melihat telapak tanganmya.

      Taehyung masih terdiam, menatap Jimin yang bersandar pada dinding kamar mandi.

     "Ingat saat kau menemukanku di taman?" Jimin tertawa kecil, menertawai dirinya. Tatapan Taehyung menyendu, ia mengangguk pelan, mengiyakan tanpa suara.

     "Jika menyentuh beer sedingin itu sudah membuat alergiku kambuh, saat itu mungkin ibu memang menginginkanku untuk mati ketika membuangku di musim dingin."

      Siapa yang tahu, musim gugur yang disukai banyak orang, malah menjadi kebencian tersendiri bagi Jimin.

     Siapa yang tahu, musim setelah musim gugur yaitu musim dingin; yang begitu spesial bagi orang lain, malah menjadi petaka kesialan bagi Jimin.

     Park Jimin memiliki alergi parah pada dingin yang semakin jahat saat ia memeliharanya dalam tubuh ringkih itu.<>

___________________________________________

re-published, 19-07-20.

Lonely Whale [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang