12장 : Seekor Paus

4.2K 667 54
                                    

" Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya. "

×××

        Taehyung duduk termenung di ruang interogasi dengan kepala yang menunduk. Bekas air mata di pipinya mengering, menyisakan pedih yang kentara jelas di setiap air muka Taehyung.

Seseorang polisi berdiri, menarik kerah baju Taehyung sampai Taehyung berdiri. Kursi yang ia duduki jatuh, mencipta suasana gaduh pada ruang interogasi yang lengang.

Satu kepalan tangan melayang manis pada pipi Taehyung. Tubuh Taehyung terhuyung, menabrak loker pada ruang interogasi. Napas Taehyung tercekat, kepalanya pening. Dengan tangan bergetar, Taehyung menyentuh ujung bibirnya yang sobek dan perih. Kakinya lemas. Kepala Taehyung terpaling kala seorang polisi meninju pipinya sampai-sampai darah menetes dari sela gigi dan gusi.

Tubuh Taehyung merosot, duduk di lantai dengan badan yang bersandar pada loker besi berkarat yang dingin.

Yoongi lantas menahan tangan rekannya yang sudah memukuli Taehyung, menggeleng pelan. Rekan kerja Yoongi lantas menghela napas kemudian berjongkok, menyentuh dagu Taehyung dan menolehkan kepalanya dengan paksa.

"Masih tidak mau mengatakan kejadian yang sebenarnya?"

Jimin ... tolong.

"Atau kau mau mati nembusuk di penjara karena tidak mau mengaku?"

Yoongi mengernyit. "Jeha, sudah. Ini kelewatan."

Jeha, rekan kerja Yoongi lantas menyentak kasar dagu Taehyung.

"Kalau begitu, kau saja yang menginterogasi, Yoongi. Jika kau tidak bisa membuatnya bicara, kau yang akan kehilangan pekerjaan, bukan aku. Selamat bersenang-senang."

Jeha berdiri, melewati Yoongi begitu saja dan keluar dari ruangan. Yoongi menghela napas, ditatapnya Taehyung malah beederai air mata.

"Ayo, berdiri."

Taehyung menoleh, menatap Yoongi dengan mata yang basah dan sayu. Yoongi menghela napas kemudian kembali berbicara. "Berdiri. Duduk di kursi."

Yoongi membalikkan badan, berjalan menuju meja interogasi dan duduk di sana. Taehyung beranjak berdiri perlahan, meraih kursi yang jatuh berguling dan membetulkannya. Tanpa mengucap sepatah kata apapun, Taehyung duduk dengan tangan yang menyeka air mata di pipinya.

Yoongi menyondorkan secarik kertas pada Taehyung yang bertuliskan, aku akan mengurus semuanya agar kau tidak dijatuhi pidana apa pun saat pengadilan nanti. Aku juga baru menerima kabar dari Hoseok bahwa Jimin dipindahkan ke rumah sakit lain dan sedang proses operasi. Tugasmu hanya menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang kutuliskan ini.

Ketika Taehyung selesai membaca, Yoongi lantas meraih kembali secarik kertas tersebut lalu membaliknya. Menuliskan kronologi yang harus Taehyung ucapkan.

"Kim Taehyung, dua puluh tahun. Kami sudah mengumpulkan bukti. Bisa ceritakan bagaimana kronologis kejadian yang sebenarnya agar kami bisa membantu anda?" ucap Yoongi seraya menyondorkan secarik kertas pada Taehyung.

Taehyung terdiam sejenak, membaca tulisan Yoongi.

"Saya pergi ke bar kemudian bertemu dengan teman perempuan saya yang tengah dipukuli korban yang tengah mabuk. Lalu---"

Taehyung menutup mulut, takut untuk melanjutkan. Ia menatap Yoongi dengan sayu dan Yoongi lantas tersenyum tipis seraya berbicara tanpa suara, "percaya padaku."

Taehyung kembali menunduk dan membaca.

"Saya berusaha melerai, tapi, dia malah ingin mencelakai saya. Dia ingin menusuk saya dan secara tidak sengaja dia menusuk dirinya sendiri karena mabuk."

Manipulasi kejadian, Taehyung takut. Bibirnya kelu. Yoongi kembali menulis sesuatu kemudian memberikannya pada Taehyung, Jimin akan selamat dan kupastikan kau akan bebas.

×××

Jimin berjalan mendekat ke arah ibunya. Langkahnya kecil dan lambat seolah ragu. Sementara itu, di seberang sana, ibunya tersenyum manis sembari mengulurkan tangannya, menunggu Jimin.

Jimin menoleh, ke kanan dan ke kiri. Semuanya putih.

"Apa ibu selama ini sendirian dan kesepian?"

Ibu berdeham mengiyakan. "Selayaknya seekor paus yang terpisah dari kawan-kawannya, mengaum di tengah lautan biru yang sepi tanpa di dengar orang lain."

"Ibu memanggilmu, Jimin. Setiap hari. Tapi, kau tidak pernah bisa mendengar panggilan dan permintaan maaf ibu."

Jimin terdiam, masih enggan meraih tangan sang ibu.

"Jimin!"

Kepalanya tertoleh, suara demi suara yang familiar menggema, memanggil namanya. Ah, berisik. Mengganggu waktunya dengan ibu saja.

Jimin melihat tangannya terlebih dahulu, sebelum meraih tangan ibu. Tangannya memudar, Jimin lantas mengernyit tidak mengerti.

"Ayo, Sayang. Cepat raih tangan ibu sebelum kau menghilang dan tidak bisa bersama ibu lagi."

×××

Taehyung terdiam, duduk dan bersandar di dinding sel tahanan. Yoongi memasukkannya pada sel yang berisi dirinya saja, bermaksud melindungi Taehyung agar tidak dilukai tahanan lain dengan 'ritual penyambutan' mereka.

Udara dingin yang menusuk, sendirian dan sepi. Taehyung menelungkupkan kepalanya di kedua lutut yang ia peluk. Taehyung mengantuk, namun tidak pernah bisa tertidur nyenyak. Taehyung takut bermimpi dan mimpinya akan menjadi nyata.

"Psst. Taehyung."

Taehyung sontak mendongak dan menatap Yoongi yang tahu-tahu sudah berada persis di depan pembatas besi sel tahanannya. Yoongi tersenyum tipis penuh makna.

"Jimin sudah sadar." <>

___________________________________________


re-publish, 26-10-20.

Lonely Whale [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang