Marah, dan Senang

3K 378 42
                                    

"Hai Jen. Sendirian aja?"

Hyunjin nggak menyia-nyiakan kesempatan. Begitu melihat Jenna sendiri tanpa kehadiran teman-temannya dan terutama tanpa saudara kembarnya, Hyunjin mendekat.

Jenna mendadak hilang nafsu makan pas Hyunjin ngomong ke dia. Tanpa bicara, cewek itu melenggang pergi. Ia berjalan ke tempat Jihoon dan Doyeon tadi duduk, tapi berhenti melangkah ketika matanya tidak menemukan kehadiran dua orang itu.

"Jihoon sama Doyeon pergi tadi, pas lu lagi milih makanan," jelas Hyunjin tanpa diminta.

Jenna udah nggak peduli sama Hyunjin. Sekarang dia lagi bete tingkat dewa sama Jihoon. Jenna senang abang kembarnya itu punya cewek, terlebih ceweknya itu udah dia kenal dengan baik, tapi nggak gini juga kali. Bisa-bisanya Jihoon memilih pacar dibandingkan kembarannya sendiri. Jenna makan dengan lambat, rasanya ia pengen ngelemparin Jihoon dengan piring.

"Makannya yang benar dong, jangan ditusuk-tusuk doang," kata Hyunjin sambil memperhatikan ayam Jenna yang sekarang udah hancur banget karena dari tadi cuma ditusuk doang pakai garpu.

Jenna nggak nyahut. Dia pengen pulang sekarang juga rasanya. Tanpa pikir panjang, cewek itu nelpon Chan.

"Halo? Kenapa Jen?"

"Kak, aku mau pulang sekarang," tanpa sadar, Jenna merengek ke Chan. Dia udah males banget, terutama sama Hyunjin dan Jihoon.

"Sekarang? Baru jam setengah sembilan lho," suara Chan terdengar kaget.

"Yaudah, aku naik ojek aja ke rumah."

"Kok gitu? Yaudah gue jemput. Tunggu disitu ya."

Chan nutup telepon. Setelah dia naruh handphone ke dalam tas, barulah Jenna sadar betapa konyolnya dia tadi.

Kok gue berani banget ya langsung nelpon Kak Chan? pikir Jenna heran. Sekarang ia menyesal udah nelepon Chan. Bisa-bisa ntar si Chan nganggep dia cewek manja lagi kalau merengek kayak tadi.

"Itu cowok yang tadi ya?" Jenna lupa kalau masih ada Hyunjin di sebelahnya.

Nggak ada jawaban.

"Jenna, gue tau lu masih belum bisa move on dari gue," kata Hyunjin. Setelah itu, dia mulai ngajak Jenna ngomong macam-macam, meski semuanya nggak ditanggepin sama Jenna.

Lama-lama Jenna gerah juga diajak ngomong sama Hyunjin. Dia udah mau nyuruh Hyunjin buat pergi, ketika tiba-tiba cowok itu bilang, "Balikan yuk."

Hening.

Benar sih, Jenna emang masih belum bisa melupakan Hyunjin sepenuhnya. Tapi bukan berarti dia mau balikan sama Hyunjin. Jenna naruh piringnya di lantai, dan berbalik agar dia bisa menatap wajah Hyunjin.

"Denger ya," Jenna menarik napas terlebih dahulu.

"Lu inget apa yang udah lu lakuin beberapa waktu yang lalu? Lu selingkuh sama adek kelas. Lu nyium dia, sedangkan kita bahkan nggak pernah ciuman. Dan sekarang, dengan enaknya lu mau kita balikan?" Jenna nggak peduli kalah anak lain pada ikut dengerin apa nggak.

"Gue akuin gue masih belum move on sepenuhnya dari lu. Dan itu bukan berarti gue mau balikan lagi sama lu," sebenarnya Jenna masih pengen ngomong panjang lebar ke Hyunjin yang sekarang cuma diam, tapi Jenna merasa matanya udah berkaca-kaca sekarang dan dia nggak yakin bisa marah-marah tanpa nangis di hadapan Hyunjin.

Dengan cepat, Jenna melangkah keluar dari ruangan. Sesuai dugaannya, anak-anak dari tadi langsung menghentikan segala kegiatan mereka ketika Jenna mulai marah-marah ke Hyunjin. Jenna nggak peduli dengan tatapan orang-orang itu, sekarang dia cuma mau pulang dan nangis di kamar.

dear future husband | bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang