Rumour

2.3K 287 12
                                    

Sudah menjadi hukum alam bagi seseorang untuk mencari makan apabila ia sedang lapar. Bang Yedam bukanlah pengecualian. Karena hari ini hari Minggu, ia bangun pukul 10 lebih sedikit dan langsung kelaparan. Biasanya Yedam akan langsung ngebirit ke lantai bawah buat nyari makanan di dapur ataupun ruang makan. Tapi pagi ini, Yedam hanya berani melangkah sampai ke anak tangga kelima dari bawah. Bagaimana tidak, untuk berjalan ke dapur ia harus melewati ruang tengah terlebih dahulu, yang berarti melewati Chan dan Nayeon.

Nayeon? Kenapa Nayeon tiba-tiba muncul di rumah Chan?

Yedam duduk di anak tangga paling atas, mencoba menguping pembicaraan kakak dan teman kakaknya. Meski dia masih bocah, Yedam ngerti kalau dulu Chan sempat suka dengan Nayeon. Samar-samar ia dapat mendengar pembicaraan Chan dan Nayeon.

"Lu bohong, ya?" ini Chan yang ngomong. Nadanya tajam, terdengar tidak suka dengan sesuatu yang Nayeon ucapkan sebelumnya.

"Bohong buat apa? Gue beneran liat mereka kok," kali ini suara Nayeon yang terdengar oleh Yedam.

"Nggak mungkin Jenna jalan berdua sama mantannya. Jenna itu udah nggak mau berurusan lagi dengan cowok itu."

Yedam mengerutkan dahi. Ia tahu bagaimana kisah Jenna dan Hyunjin. Benar kata kakaknya, Park Jenna nggak akan mau untuk jalan berdua dengan Hyunjin. Memang siapa yang mau kembali pada seseorang yang dulu sudah menduakanmu? Yedam sih no.

"Gue beneran ngeliat mereka berdua lagi duduk bareng di Starbucks. Lu tau kan kalo cewek lu itu emang ke sana kemarin?" ucap Nayeon.

Yedam dalam hati membenarkan ucapan Nayeon. Kemarin Jenna memang membuat story sedang nongkrong cantik di cafe.

"Lu nggak pernah kepikiran apa kalau cewek lu itu cuma jadiin lu pelampiasan? Pasti dia masih sayang kan sama mantannya."

Asli, Yedam pengen lari ke bawah dan nabok Nayeon. Tapi ia masih bisa menahan diri, tidak baik juga kalau seorang lelaki menyakiti perempuan. Lagian, ia tahu pasti kakaknya punya kata-kata yang tepat untuk menyangkal ucapan Nayeon. Yang utama, dia juga mager banget membuang-buang energi buat lari ke bawah.

Detik demi detik berlalu dan suasana masih hening. Yedam mulai bergerak-gerak gelisah. Ini kenapa Bang Chan nggak ngomong apa-apa?!

Hei, kakaknya itu nggak akan terpengaruh sebegini mudahnya, kan? Ayolah, Yedam yang nggak terlalu kenal sama Jenna aja tahu kalau kakak kelasnya—calon kakak ipar lebih tepatnya—itu bukan tipe orang yang akan menjadikan orang lain sebagai pelampiasan. Yedam—seperti orang-orang di sekitar Chan dan Jenna—juga paham kalau Jenna itu sudah jadi bucinnya Chan.

"Nayeon?"

Suara Bang Chan akhirnya terdengar juga setelah ruang keluarga sunyi selama beberapa detik. Tanpa sadar, Yedam menghela napas lega mendengar kakaknya bersuara.

"Gue tau lu nggak suka dengan hubungan gue sama Jenna, tapi nggak gini juga caranya," ada nada desperate dalam suara Chan, wajar sih.

Yedam nyaris berseru kaget ketika semenit kemudian terdengar pintu rumah dibanting. Kayaknya Nayeon keluar rumah sambil marah-marah, entahlah. Yedam cuma bisa bersyukur ayah dan ibunya kebetulan sedang berkunjung ke rumah saudara di kota sebelah. Kalo nggak, bisa-bisa Yongguk marah-marah karena pintu rumahnya dibanting.

.
.
.
.
.

"Kak, tumben Kak Nayeon mampir kesini," Yedam berucap setelah puas memakan dua piring ayam goreng. Karena kelamaan menguping pembicaraan Chan dan Nayeon, ia jadi kalap saat mengambil makanan.

Chan yang lagi ngescroll timeline Instagram sambil makan biskuit cuma menjawab dengan deheman. Bukan karena nggak mau cerita ke adiknya, tapi karena lagi melototin Instagram Lisa yang isinya ada foto Kak Daniel.

dear future husband | bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang