Apologize

2.1K 281 6
                                    

Hari ini Jenna pergi ke mall dekat rumahnya. Sendiri? Iya, dong. Bang Chan hari ini nggak bisa menemani Jenna karena ada keperluan di organisasi kampus yang ia ikuti. Jihoon lagi ngedate sama Doyeon entah kemana. Woojin lagi di rumah Guanlin, katanya sih anak cowok lagi tanding Mobile Legend di sana. Jinyoung—yang kebetulan pulang ke rumah—lagi reuni sama teman-teman SMA. Jenna awalnya pengen minta ditemani oleh Tzuyu atau yang lain, tapi dia juga lagi ingin me time. Jadilah saat ini Jenna duduk manis di sebuah cafe dengan segelas vanilla frappucino di meja dan novel di tangan.

Jenna baru saja memasuki bab ketiga ketika kursi di depannya ditarik dan diduduki oleh seseorang. Gadis itu mengangkat kepalanya dan seketika itu juga Jenna menyesal kenapa ia tidak langsung pulang setelah membeli novel.

Hwang Hyunjin tersenyum manis kepadanya di seberang sana.

"Hai Jen," sapa Hyunjin santai. Jenna mengumpat kepada dirinya sendiri karena hal pertama yang muncul di kepalanya saat melibat Hyunjin adalah wajah mantannya ini ganteng banget. Padahal orang ini dulu sudah membuatnya menangis-nangis, eh masih saja dibilang ganteng.

Ingat Jen, kamu udah punya Chan yang nggak kalah ganteng yehet.

"Mau ngapain lu ke sini?" ketus Jenna.

Hyunjin mengerutkan dahi. "Kayaknya ini tempat umum deh. Gue bisa ke sini kapanpun gue mau, kan?" tanyanya balik. Pemuda itu lalu meletakkan cangkir minumannya di meja. Jenna mengumpat lagi di dalam hati, kayaknya si Hyunjin mau duduk cantik di meja Jenna juga. Mampus.

Merasa ucapan Hyunjin ada benarnya, Jenna memutuskan untuk tidak mengatakan apapun. Bodoamat, kalau dia diam terus juga Hyunjin bakal bosan dan pergi. Coba ada Jihoon atau Woojin di sini, bisa habis Hyunjin digampar mereka. Atau Chan, pasti Hyunjin nggak bakalan berani mendekam di sini selama ada tunangannya itu.

Tapi pemikiran Jenna sepertinya salah. Bukannya bosan karena mantannya lebih memilih untuk fokus ke novel yang dipegangnya, Hyunjin malah bermain-main dengan sedotan mereka. Sedotan milik Jenna ia taruh di cangkirnya dan cangkir itu didekatkan kepada Jenna.

Dasar kurang kerjaan, batin Jenna. Nggak salah sih. Hyunjin kayak pengangguran kelas kakap dilihat dari kegiatannya sekarang.

"Nih minum. Sedotannya udah gue tuker, kok," kata Hyunjin, mendorong sedikit cangkirnya hingga nyaris menyentuh novel Jenna.

Jenna menggeleng kesal. "Gue nggak suka coffee latte, Hyunjin," ucapnya. Yang anehnya, tidak menggunakan intonasi tinggi seperti yang biasa ia lakukan jika berinteraksi dengan sang mantan.

Sebelah alis Hyunjin terangkat. Ia terlihat heran. Jenna juga jadi ikutan heran. Memang ada yang salah dengan ucapannya?

"Kenapa?" bosan ditatap oleh Hyunjin, Jenna bertanya.

Bukannya menjawab, Hyunjin malah memamerkan senyum tipis—yang dulu sempat membuat Jenna jadi bucin.

"Lu masih inget minuman favorit gue di Starbucks ternyata," ujar Hyunjin.

Shit, karena dulu emang dia dan Hyunjin sering nongkrong di sini buat ngerjain tugas sekolah atau tugas OSIS, Jenna jadi hapal luar kepala minuman yang selalu dipesan Hyunjin tiap kali mereka berkunjung. Merasa canggung, Jenna mencoba kembali membaca novelnya.

"Jenna?"

"Iya, napa buru," dibandingkan rasa kesal karena melihat Hyunjin, Jenna merasa ia kesal karena kegiatan membaca novelnya terganggu.

Hyunjin nggak terlihat tersinggung.

"Gue ke sini bukan untuk gangguin lu, kok."

"Terus ngapain?"

"Minta maaf."

Tangan Jenna yang sedang membalikkan halaman novel berhenti bergerak. Dengan pelan, ia menaruh novelnya di meja dan menatap Hyunjin, yang kali ini wajahnya terlihat serius. It's been a long time since he showed this kind of face.

"Gue tahu gue nggak berhak untuk sekedar minta maaf ke lu tentang apa yang dulu gue lakuin, tapi, yah, gue tetap harus minta maaf ke lu," and also for the first time since she met Hyunjin, Jenna see how his expression change from ashamed to anxiety repeatedly.

"Gue minta maaf atas segala kesalahan gue. Mulai dari mengabaikan lu padahal status kita masih pacaran, sering emosian selama kita sibuk tugas OSIS, dan yang paling parah yang kayaknya nggak perlu gue sebutin lagi—"

cheated on her.

"—gue nggak masalah kalau lu nggak mau maafin gue karena gue tau kesalahan gue emang udah fatal banget. Gue nggak berharap lu mau memaafkan gue, gue hanya ingin lu tau kalo gue menyesal dengan segala perbuatan gue."

Ini semua terlalu tiba-tiba bagi Jenna. Kayaknya hari ini dia cuma mau me time sambil baca novel, kenapa situasinya membelok jadi maaf-maafan sama Hyunjin? Ah, tau gitu dia paksa Woojin untuk menemaninya ke mall tadi.

Jenna marah sama Hyunjin, tapi itu dulu. Ia merasa tidak ada gunanya untuk tetap teringat pada masa lalu. Ketika farewell party tempo hari, Jenna menumpahkan segala uneg-uneg yang ia punya sehingga ketika hari ini Hwang Hyunjin berbicara padanya, Jenna tidak merasakan kesal berlebihan seperti yang dulu ia rasakan.

Yah, tapi ia sempat bete sebentar sih tadi. Namanya juga ketemu mantan, wajar kali, batin Jenna nggak jelas. Matanya memperhatikan Hyunjin yang terdiam di kursinya sembari menatap gelasnya yang tersisa sedikit. Kebiasaan Hyunjin jika gugup, Jenna masih ingat.

Bahkan tanpa Somi di kehidupan mereka, Jenna tahu Hyunjin memang bukan cowok yang pas buat dia.

"Hyunjin?" secepat kilat pemuda itu mengangkat wajah.

"Yes?"

"Sekarang lu sama Somi gimana?" ada raut kaget di wajah Hyunjin saat Jenna mengucapkan nama itu, tetapi setelah melihat wajah Jenna yang tenang-tenang saja, Hyunjin jadi ikutan tenang.

"Baik-baik aja. Gue nggak pacaran sama dia, cuma deket."

Jenna cuma menganggukan kepala lalu mengambil kembali novelnya dan lanjut membaca. Hyunjin cengo.

"Jen?"

"Napa lagi?"

"Lu nggak marah sama gue?"

"Untuk apa? Gue udah puas marah sama lu pas di rumah Guanlin tempo hari, dan lu juga udah minta maaf, jadi buat apa gue marah sekarang?"

Dulu Hyunjin pernah ingin meminta maaf padanya, tetapi permintaan maafnya kali ini terdengar lebih tulus di telinga Jenna.

Kalau saja ada Eunji di sini, tentu ia akan menangis melihat kedewasaan anaknya.

"Nggak selamanya juga kita marahan, kan?" jujur Jenna merasa sangat dewasa ketika mengucapkan kalimat ini.

Maka sore itu, Park Jenna dan Hwang Hyunjin menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol ringan—meski Jenna lebih banyak diam karena fokus kepada novelnya.

Done.

Ini memang agak nggak nyambung, tapi Jenna jadi kangen sama Chan.


####
Astaga :( bisa dikritik? Oh ya, karena besok uts udah selesai jadi doakan ya minggu ini bisa update dua kali hehe. Semoga sih idenya lancar aja karena aku gabut parah haha.

dear future husband | bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang