Museum Date

2.5K 296 10
                                    

Jenna bangun dari tidur dengan wajah dan hati yang cerah. Semalam, setelah ia dan Woojin baikan, rasanya beban hidup seolah terangkat seluruhnya. Lebay emang, paling juga ntar siang dia dan Woojin udah tubir lagi karena hal-hal remeh.

"Mi, kemana kita hari ini?" tanya Jenna pada Eunji yang sedang mengeringkan rambut di depan cermin.

"Hmm, ada usulan? Sebenernya Mami ngusulin kesini cuma karena Mami kangen sama kakakmu, belum sempat mikirin kita mau kemana aja," jawab Eunji.

Jenna langsung mengambil hape dan mulai mencari destinasi di internet. Semenit kemudian dia cemberut, saking seringnya mengunjungi Jinyoung dulu, mereka semua udah pernah mengunjungi nyaris semua tempat wisata yang ada di kota ini. Mungkin mereka bisa ke pantai, tapi jalannya cuma satu dan karena sekarang musim dingin, pasti laut lagi dingi banget. Siapa juga yang mau berenang di bulan Desember. Kemarin aja mereka makan di outdoor udah ngebuat Jenna seolah membeku.

"Ke gunung aja yuk, kita main ski," usul Jenna akhirnya. Sebenernya ia nggak pengen-pengen banget main ski, karena ia nggak jago. Woojin yang jago kalau soal olahraga kayak gini. Jenna sama Jihoon cuma numpang foto aja biasanya.

Eunji yang juga nggak pandai main ski, mengerutkan dahi tanda tidak setuju. "Males ah, di gunung deket sini wisatanya cuma main ski. Kalo kayak gitu, yang senang cuma Woojin dan bapakmu aja."

"Terus kemana?"

"Coba kamu rundingin sama Chan dan anak-anak, Mami sama Papi kayaknya mau mengunjungi teman lama nanti siang."

Jadilah sekarang Jenna bersama calon suami serta dua saudara kembarnya ribut sendiri di meja makan sambil menyantap sarapan. Eunji dan Chanyeol juga sarapan, tapi tempatnya terpisah. Mau quality time katanya, bilang aja mau berduaan tanpa keributan Triplet.

"Ski aja!" seru Woojin semangat. Jenna memutar bola mata. Sudah ia duga cuma Woojin yang semangat.

"Jangan ski ah, gue nggak bisa," tolak Jenna. Jihoon mengangguk-angguk setuju, mulutnya penuh dengan croissant entah untuk yang keberapa kalinya.

"Yaudah Kak Chan, gimana pendapat elu?" Woojin bertanya pada Chan yang emang paling tua diantara mereka berempat.

"Terserah kalian sih, gue bisa main ski jadi ayo-ayo aja kalo mau ski," jawab Chan. "Tapi Jenna sama Jihoon nggak bisa main ski, kan? Nanti mereka malah bosan disana."

"Ah, Jenna sih nggak bakalan bosen selama ada Kak Chan di sisinya," tukas Woojin dramatis.

Jenna belum sempat menyanggah ketika Jihoon langsung menyela, "Ya guenya gimana bego?! Nggak nggak! Gamau ski pokoknya!"

Tangan Woojin mengetuk meja tidak sabar. "Terus kita mau kemana, nih?" tanyanya, udah nggak sabar mau keluar dari hotel.

"Gimana kalo ke museum aja? Gue tau kok museum yang aesthetic buat foto-foto, nggak jauh dari sini dan kalian juga pasti suka," akhirnya Chan memberi usulan. Ditatapnya Triplet bergantian.

Jihoon ngelihat ke arah dua saudara kembarnya yang tampaknya menerima usulan Chan, lalu menganggukan kepala.

"Kuy!"

.
.
.
.
.

Sesuai dugaan Chan, Park Triplet emang senang ke museum. Liat aja Jihoon yang sekarang lagi heboh memberi arahan pada Woojin untuk mengambil foto instagramable.

"Tolol, kameranya lu miringin dikit biar bagus," kata Jihoon nggak nyantai.

"Yaudah lu selfie aja sono!" Woojin sewot.

Jenna menggelengkan kepala melihat kelakuan dua saudaranya. Ia menarik tangan Chan untuk menjauh dari Jihoon dan Woojin. Rasanya sesekali perlu untuk melupakan duo konyol itu. Mendingan berduaan sama Chan daripada ribut sama Jihoon dan Woojin.

Tapi emang dasarnya Jenna hobi jepret sana sini, begitu dia ngeluarin handphone, dengan segera Chan terlupakan. Chan nyengir miris, cuma bisa ngeliatin Jenna yang sibuk memotret benda-benda museum yang memang aesthetic. Pasti setelah ini Instagram Jenna isinya foto-foto museum tanpa wajah Chan sedikitpun.

"Jen, foto yuk," Chan menghampiri Jenna yang tengah duduk di bangku, sibuk melihat hasil jepretannya tadi. Ia membungkukkan badan, penasaran juga dengan foto-foto Jenna.

Jenna mendongakkan kepala, menjumpai wajah tampan calon suaminya yang jaraknya nggak begitu jauh. Dia menelan ludah. Damn, kayaknya pernah ada situasi begini deh di masa lampau.

Chan masih nggak sadar kalau jarak wajah dia dan wajah Jenna itu sudah masuk ke dalam kategori berbahaya. Matanya masih terpaku pada layar handphone Jenna. Barulah ketika ia tidak kunjung mendapat jawaban dari Jenna, Chan mengalihkan pandangannya ke wajah Jenna dan menyadari apa yang sedang terjadi.

Lah anjir deket banget.

Suasana museum yang lagi sepi jadi mendorong Chan untuk majuin wajah. Jenna juga sepertinya udah terhipnotis sama muka gantengnya Chan, nggak bisa gerak kemana-mana.

Merasa kesempatan nggak bakal datang dua kali, Chan langsung aja maju dan menempelkan bibirnya ke bibir Jenna. Ia menutup mata, menikmati bibir Jenna yang terasa dingin di bibirnya. Sepertinya gadis itu menggunakan flavour lipbalm, karena samar-samar Chan merasakan manisnya raspberry selagi ia menjalankan aksinya.

Tanpa keduanya sadari, diujung koridor sana berdiri dua orang yang sudah kita kenal dengan baik. Yak, siapa lagi kalau bukan Park Jihoon dan Park Woojin. Keduanya sedang asyik selfie pakai tongsis ketika Jihoon menoleh ke arah kanan dan menjumpai pemandangan mengejutkan.

"Gila mantep banget dah Kak Chan," komentar Woojin. Tangannya yang memegang handphone terangkat untuk mengabadikan momen di hadapannya, tapi sedetik kemudian ia menurunkan tangan.

Jihoon melirik heran. "Napa lu? Tumben. Biasanya yang kayak gini langsung divideoin."

Woojin masang senyum tipis, yang sebenernya nggak cocok sama muka kocaknya. Ia jadi kelihatan mesum. Tapi kata-katanya selanjutnya terdengar bijaksana, "Kadang kita agak jahat ke Jenna, nggak sih? Biarinlah sesekali dia kayak gini. Selama ini kayaknya dia selalu berkorban buat kita dan jarang banget marah."

"Hem, kayaknya baru semalam kalian berantem," tukas Jihoon merusak suasana.

"Kan gue bilang jarang, bukan nggak pernah," sahut Woojin ketus, kesal karena momen bijaksananya hancur.

Balik lagi ke Jenna dan Chan yang sekarang sudah menyelesaikan kegiatan mereka dan lanjut jalan-jalan.

"Mau kemana abis ini? Aku udah mulai bosen nih di museum," ucap Jenna.

Chan mengangguk mengiyakan. Dari awal memang sebenarnya ia ngajak ke museum biar Jenna bisa puas foto-foto. Chan sendiri sih bukan tipe orang yang hobi mengagumi karya seni. Dalam bidang seni, Chan lebih condong kepada musik, dapat dilihat dari kamarnya yang dipenuhi alat musik dan juga kertas coretan berisi lirik lagu.

"Makan aja mau nggak? Di perjalanan ke sini tadi aku ngeliat banyak restoran yang rada rame," Chan menggamit tangan Jenna keluar dari museum menuju mobil mereka yang terletak di parkiran.

Kayaknya mereka berdua udah lupa sama Jihoon dan Woojin deh. Tuh lihat, Chan yang biasanya paling waras aja nggak sadar kalau duo kembar lari-lari ngejar mobil di belakang sana.

####
Pendek banget ya maaf, sudah mulai sibuk tugas kuliah ini :( ini juga update ditengah uts hehe, dont forget to vote and comment :)

dear future husband | bang chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang