🍂04

3.2K 318 5
                                    

"Lia pulanggg!!" Seruan Lia memenuhi ruang kosong rumahnya.

Tunggu, bau lezat yang sangat khas apa ini? Bau yang sulit ditemukan di Korea dan sangat Lia rindukan.

Berjalan dengan terburu-buru menuju kearah dapur apartemennya, mungkin saja ini bau pide yang begitu dia kenal. Makanan favoritnya dari turki.

"Papaaaa!! Apa itu pide?" Lia melihat makanan itu baru saja papanya keluarkan dari oven mereka, meletakkannya di tatakan kayu berbentuk talenan.

"Niatnya mau Papa belikan, tapi kan Papa bisa masak sendiri." Kata Papanya mulai menyajikan makanan mirip pizza berbau rempah itu.

"Tapi, aku mau mandi dulu Pa, seharian ini aku di kampus." Ujar Lia beranjak dari hadapan Papanya menuju kamar.

"Kamu harus cepat, atau bikin sendiri nanti."

"Ih Papa ih..."

Ting... Tingg... Tingg...

Mendengar bunyi notifikasi bertubi dari ponselnya begitu Lia memasuki kamarnya. Tertulis nama Jaemin disana. Setelah semakin dekat Jaemin adalah salah satu teman yang sangat akrab dengan Lia, terlebih dia lumayan aktif mengajaknya mengobrol.

Berpikir sejenak, Lia lebih memilih meletakkan ponselnya di meja belajarnya tanpa membalas atau membuka pesan Jaemin. Lia merapikan tasnya dan tumpukan kertas tugasnya kemudian pergi mandi.

Tidak ingin berlama-lama di kamar mandi lima belas menit setelahnya, Lia keluar dari kamar dan menghampiri Papanya. Rupanya sambil menunggu anak kesayangannya Papa Jang menyibukkan diri dengan tugas kantornya.

"Ayo makan Pa, maaf yah kalo Lia lama." Kata Lia mengalihkan atensi Papanya.

"Gapapa kok, ayo makan." Mengiyakan ajakan Papanya, keduanya makan dengan tenang.

Setelah makan, Lia menceritakan tentang harinya adalah hal yang biasa mereka lakukan sebagai pasangan orang tua dan anaknya. Hal sesimpel ini membuat mereka semakin dekat dan akrab.

"Oh iya Pa, inget gak soal Orang yang kasih Lia kartu nama SM entertainment dan yang nabrak Lia sampai kantung belanjaan Lia rusak? Di hari pertama Lia di Korea itu." Papanya mengangguk, itu bukan hal yang mudah untuk di lupakan. Sampai sekarang pun Papanya sering menyombongkan hal itu pada rekan kerjanya.

"Ternyata itu Managernya Jaemin dan kawan-kawan, terus yang nabrak aku itu Renjun, salah satu member NCT sekaligus temannya Jaemin." Jelas Lia melanjutkan.

"Iya? Kok kamu tau?" Tanya Papanya.

"Itu, tadi ketemu lagi sama mereka, managernya masih ingat sama aku, dia yang kasih boneka kelinci waktu itu. Oh dia bilang tawaran itu masih terbuka Pa." Jelasnya lagi.

"Kalo gitu coba aja daftar. Minggu besok itu kalo mau, Papa bisa antar kamu."

"Tapi gak mau jadi trainee, masa udah diusia ini aku jadi trainee."

"Yah gapp, gak ada yang salah dan menyalakan. Setahu Papa Estem itu agensi model dan aktor milik SM entertainment. Gimana kalo kamu coba kesana saja?" Papa Lia mencoba memberikan saran.

"Gitu aja deh kayaknya Pa." Ngomong-ngomong mereka berdua saat ini sudah berpindah dari meja makan keruang keluarga. Duduk berdua sambil makan cemilan dan menonton acara televisi. Running man.

"Azalia, Papa jadi ingat sesuatu..." Kata Papanya mengalihkan.

"Apa Pa?" Sahut Lia menoleh kearah Papanya.

"Teman yang bantu Papa setelah dari Turki itu seorang pengusaha dari Cina. Besok dia datang, anaknya seorang idola di Korea dan lusa ada konser yang mereka adakan." Ujar sang Papa di tanggapi anggukan dari Lia.

"Memang kenapa Pa?"

"Sebelum papa pergi ke Korea, papa bercanda menjanjikan untuk besanan. Iya itu karena Papa kira kamu tidak akan tinggal dengan Papa dan Papa juga gak ada niatan untuk menikah kan..." Lanjut papanya.

"Papa mau jodohin Lia?" Tanya gadis menatap Papanya sedikit horor.

"Papa lupa soalnya itu udah lama sekali, sekitar empat tahun yang lalu. Tapi lusa itu beliau mengajak kita datang di konser anaknya, sekaligus mempertemukan kalian. Salah Papa juga waktu itu asal mengiyakan saja ajakan menjodohkan anak kita dan saat kamu memutuskan tinggal dengan Papa, karena terlalu senang Papa malah memamerkannya pada orang-orang termasuk beliau. Jadilah sekarang beliau ingin menagih perjodohan itu." Jelas Papa Lia panjang lebar dan selembut mungkin.

"Papa ih kok bisa gitu sih. Iya kalo gitu mana bisa Lia jadi model, gagal audisi iya jelas soalnya udah mau nikah. Ih udah lah lupain aja audisinya."

"Loh kamu mau?" Tanya Papanya bingung, bukan perjodohannya yang Lia khawatirkan melainkan kerjaannya.

"Enggak sih, Lia anggap itu adalah yang terbaik yang Papa pilih untuk Lia. Kalo gak baik nanti Lia bisa protes ke papa." Cetus Lia, sebenernya asal.

"Sayang, kalo kamu masih pengen jadi model, gimana kalau berangkat sendiri? Papa punya relasi dan uang lebih dari cukup untuk membuat kamu tampil di majalah-majalah diluar sana. Lagian kamu cantik dengan proporsi tubuh yang bagus mirip ibumu, bagaimana mungkin majalah tidak mau?"

"Saking bagusnya sampai dilirik orang lain dan ditikung yah Pa?" Sarkas Lia membuat Papanya cemberut diikuti kekehan keduanya. Bagaimana pun hal itu kini sering menjadi candaan sarkas diantara mereka.

•••

Palung Kecil Yang Dalam [Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang