🍂12

2K 212 0
                                    

Punggung Lia sakit. Sangat sakit rasanya seperti mati rasa dari bagian pinggang kebawah. Kenapa semalam gak kerasa apa-apa enak aja, lah sekarang euhh sakit banget.

Lia melirik sosok yang tengah tertidur dengan damai di hadapannya sambil memeluk pinggangnya. Kelihatan begitu polos dan tidak berdosa sekali seakan gak punya beban. Kalau begini sangat berbanding terbalik dengan Lia.

Manusia brutal—batin Lia menatap Renjun.

"Ganteng. Damai dan gak punya beban sekali tidurnya, bikin kesel aja." Gerutu Lia.

Diam sejenak menatap Renjun yang tidak bergeming sedikitpun, Lia memutuskan merai baju apapun yang dapat menutupi badannya saat ini. Lia ingin ke kamar mandi.

Lirik kanan kiri, menarik tangan Renjun menjauh, Lia berusaha setengah hidup untuk mendudukkan dirinya.

"Uhuhuhuuu sakit banget gilaa! Mao nangis aja kalo gini." Gerutu Lia lagi setelah berhasil meraih baju di dekatnya. Sialnya baju itu milik Renjun.

Tanggung sudah berusaha keras mendapatkan baju itu Lia kemudian memakainya. Itu kaos putih yang sangat-sangat over size jika Lia kenakan.

Ok sudah selesai pakai baju yang menjuntai sampai lutut, sekarang bagaimana dirinya bisa sampai ke kamar mandi disaat Lia saja tidak bisa merasakan kakinya.

Melirik Renjun lagi, jujur Lia ingin tanpa bilang Renjun bisa bangun dan peka dengan gerutuannya sedari tadi. Tapi tidur Renjun kelewat nyanyak.

"Dah lah jalan sendiri aja—"geddbrukkk...

Shit jatoh lagi—batin Lia.

Iya dia baru saja jatuh dari tempat tidurnya saat berusaha berdiri dan jalan. Mana Lia tau kalau kakinya akan terasa seperti jeli yang tidak mampu menopang berat badannya. Memalukan.

"Sayang, kamu kenapa? Kamu gak papa?" Renjun terbangun.

Dia kaget mendengar bunyi dentuman sesuatu jatuh dengan keras. Melirik sebelahnya dan tidak mendapati Lia, Renjun langsung menundukkan dirinya berusaha melihat situasinya.

Tatapannya tertuju pada Lia yang sudah terduduk dilantai, Renjun langsung bangun dan menghampiri Lia.

"Ih, pake baju dulu kek." Sahut Lia melihat Renjun yang tidak mengenakan sehelai benang pun.

"Refleks Sayang, benter deh."

Renjun meraih celana boxernya yang ada di dekat Lia dan mengenakannya. Entah kenapa Lia yang melihat adegan itu jadi malu. Padahal dirinya sendiri saat ini hanya terbalut bajunya Renjun.

"Dah gini aja dulu, sekarang kamu mau kemana, hm?" Tanya Renjun berusaha meraih tubuh Lia dan menggendongnya.

"Mau ke kamar mandi, pengen pipis..." Terlalu blak-blakan tapi Lia ngomong gitu juga rasanya malu.

"Kenapa gak bangunin aku, Sayang?" Tanya Renjun lagi sambil membawa tubuh Lia menuju kamar mandi di dalam kamar mereka.

"Aku—"

"Malu?" Potong Renjun mendudukkan Lia di closed yang tertutup.

"Enggak kok, aku tadi udah berusaha." Elak Lia.

"Berusaha gimana? Kalo kamu bangunin aku pasti bangun, orang kamu jatuh aja aku denger."

"Ih itu beda yah, kan aku keras tadi jatuhnya!" Gerutu Lia memalingkan muka.

"Terus gimana?" Renjun mendudukkan dirinya berjongkok di hadapan Lia.

"Tadi aku ngomong-ngomong gitu kamu gak berkutik."

"Iya kalo kamu menggerutu gak jelas Sayang, mana aku denger." Kata Renjun bingug.

"Pekah kek, yah pikirin sendiri gimana caranya. Lagian kamu katain aku gak jelas gitu?"

"Gak gitu Sayang, kan aku gak denger gimana bisa peka coba, hm?" Renjun mengelus pipi Lia.

Lia menarik tangan Renjun. "Pikirin sendiri. Sekarang keluar gih. Aku mau mandi sekalian."

"Bisa sendiri?" Tanya Renjun dengan ekspresi polos.

"Hwang Renjun ih!"

"Apa Hwang Yuseo Azalia Sayang?" Renjun berdiri dan tersenyum menatap wajah kesal Lia.

"Keluar sekarang!" Lia berdiri dari duduknya dan menepuk bahu Renjun mendorongnya pergi.

"Ahaha, eh udah bisa berdiri—"

"Renjun keluar!!"

"Ahahha..." Kekehan Renjun adalah apa yang tersisa setelah Lia berhasil mendorong lelaki itu keluar kamar mandinya.

Ini baru sehari apa baik-baik aja nantinya? Batin Lia bingung. Kayaknya pas awal ketemu Renjun itu dingin dan pendiam deh. Kok jadi gini.

•••

Hari kuliah, iya mau gimana lagi, cuman ijin sehari. Itu pun karena kondisi, pernikahan mereka rahasia-rahasiaan jadi makin gak bisa berlama-lama istirahat.

"Eh anjir lo kenapa kok jalannya gitu?" Tanya Jaemin lebih ke mencibir, Renjun menghampiri gerombolan orang-orang yang biasanya berkumpul bersama di kantin fakultas milik Lia.

"Bukannya harunya Lia yang jalannya gak nyaman gitu?" Tanya Karina yang malah melihat Lia jalan biasa aja sambil duduk disampingnya. Sangat berjauhan dengan Renjun.

"Kaki gue diinjak barusan sama Lia. Galak dia." Kata Renjun membuka sepatunya dan mulai memijat kakinya.

"Lah? Lia galak?" Jeno menatap Lia.

"Gimana ceritanya Li?" Tanya Mark yang duduk di seberang Lia.

"Tanya aja tuh sama Hwang Ren–mesum–Jun."

Seketika semuanya menatap pada Renjun, sedang yang diperhatikan hanya tersenyum meringis dan lanjut memijit kakinya. Lia pakai wedges jadi pas injak kaki Renjun rasanya sakit banget.

"Karina bawa cusion, foundation, atau apa gitu?" Tanya Lia pada Karina disampingnya.

"Buat?" Karina menatap Lia curiga.

"Nutupin watermark." Cetus Renjun yang membuat semua orang menatap dirinya. "Apa?"

"Iya pantesan Lia galak, orang lonya mesum." Cibir Jeno melihat kiss mark di leher dekat telinga Lia yang terlihat begitu jelas.

"Tau nih, Renjun liat tempat kek, mau ada kelas juga. Yah gak salah kalo Lia galak." Omel Karina sambil membantu Lia meng-cover tanda kemerahan itu dengan cusion yang dia bawa. Iya cuman adanya itu jadi mereka berusahalah buat nutupin seadanya.

"Gitu yang udah nikah mah, pake tanda-tandaan." Timpal Mark sambil beranjak dari tempatnya, menepuk pundak Renjun dan pergi dari sana diikuti Jeno. Mereka berdua hari ini ada kelas bersama.

Sedangkan Renjun hanya tertawa kecil menatap Lia yang menatapnya kesal. Jaemin pun geleng-geleng dibuatnya. Dia kira sahabatnya ini polos. Tapi, mana ada member NCT Dream yang polos, batin Jaemin.

Palung Kecil Yang Dalam [Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang