🍂07

2.8K 275 2
                                    

Makan malam dilakukan tepat pukul delapan disalah satu hotel berbintang dengan restoran yang mewah. Pukul tujuh malam Lia sudah kembali ke apartemennya, sayang anak dari teman Papanya sudah pamit untuk bersiap dari apartemennya.

Lia mengenakan dress satin berwarna hitam dengan aksen bunga-bunga berwarna emas diujung roknya serta rantai Versace emas menghias lekuk pinggang dan lengannya. Lia menggerai rambutnya, membuat kepangan kecil dari pelipisnya mengikatnya dibelakang dengan pita satin besar berwarna senada.

Cantik, istri dari tamu Papanya membantu Lia untuk bersiap. Seingat Lia, Bibinya itu tidak memiliki anak perempuan namun begitu lihai mendekorasi dirinya.

"Sudah siapa?" Tanya Papa Lia dari ambang pintu.

"Sudah Pa. Ayo bibi." Lia menggandeng lengan perempuan itu dan berjalan mendahului sang Papa. Melihat itu sedikit banyak Papanya tahu, Lia merindukan Mamanya.

Perjalanan berlalu sekitar lima belas menit mereka tempuh, keempat orang itu telah sampai di restoran yang mereka tujuh. Menempati tempat yang telah direservasi dan memesan makanan, mereka mulai bercerita-cerita.

"Jadi, anak kami sudah menyetujuinya nak Lia. Bagaimana jika pernikahan kalian dilakukan sebelum kami berdua kembali ke Jilin?" Ujar tamu Papanya mengalihkan obrolan basa-basi mereka kepada inti pembicaraan.

"Lia belum bertemu orangnya paman. Tetapi kalau Papa meminta, Lia juga tidak masalah. Lia anggap ini adalah pilihan Papa yang terbaik untuk Lia. Papa pasti sudah mengenalnya kan?" Ujar Lia tersenyum.

"Nah itu, anak kami akhirnya sudah datang." Kata Istri dari tamu Papanya menunjukkan kearah samping Lia. Lia menoleh sedikit tersentak.

Benar-benar diluar ekspektasi, dari sekian banyak lelaki cina yang hijrah ke Korea. Bagaimana bisa orang yang akan dijodohkan dengannya adalah orang yang akhir-akhir ini akrab dengan dia.

Mengambil tempat duduk disana, tepat dihadapannya, itu Renjun. Iya Huang Renjun. Menatap Lia tepat dimatanya dengan bibir membentuk lekukan miring disalah satu sisinya. Boleh Lia berkomentar—Ganteng banget! Saking gantengnya kayak gak ngotak.

Anggaplah batin Lia begitu kasar, tapi hal yang sama juga terjadi pada pikiran Renjun. Gadis bermata abu-abu, wajah bulat dengan bibir merah dan mata yang cantik. Perpaduan Korea-Turkistan yang sangat indah, bagaimana ada manusia secantik ini.

Sebenarnya apa yang Renjun pikirkan tentang Lia saat pertama kali bertemu hingga dimalam ini tidaklah berubah. Ekspresi datar yang nampak menutupi isi pikiran itu juga tetap sama bertengger di wajah tampan Renjun. Hanya saja kali ini dihiasi dengan sedikit smirk yang cantik.

"Bukan kah, Renjun seorang idola, paman? Bukannya agak sedikit susah?" Kata Lia membuka pembicaraan setelah masuknya Renjun dan kehening beberapa saat.

"Memang kenapa? Tidak ada yang perlu dipusingkan, kalau fansnya gak terima terus di suruh keluar yah keluar saja. Kerjaan banyak di kantor saya, Renjun bisa mulai mengambil alih satu." Ujar Papa Renjun santai.

"Pa, kok gitu?" Sahut Renjun sedikit menaikkan suaranya lantaran kaget.

"Iya udah sih. Papa kan maunya besanan sama sih Jang Woonpyo itu. Papa gak mau yah kalau menunda pertunangan ini, terus Woonpyo malah kirim anaknya balik ke ibunya di Turki biar tidak jadi dijodohkan dengan anakku."

"Loh itu tidak mungkin yah Pak Huang, seperti yang saya selalu bilang dan saya banggakan, kini anak saya akan seterusnya tinggal bersama saya."

"Iya sudah kan? Nikahkan saja. Mana tahu tiba-tiba ibunya meminta hak asuh anak." Cibir Papa Renjun sedikit kekanakan.

"Nanti saya galau lagi pak Huang, saya dan putri saya baru saja disatukan setelah empat tahun yang lalu. Bahkan saya rela melakukan apa saja agar bisa mendekat dan bertemu anak saya. Bapak tahu sendiri." Kata Papa Lia.

"Iya sudah nikahkan saja kalo gitu. Lagian Renjun dan Lia kan bisa tinggal di apartemen kamu setelah menikah. Tidak perlu bingung masalah itu, semuanya bisa dibicarakan. Yang penting sekarang nikah dulu." Ujar Papa Renjun enteng seolah keputusannya sudah bulat.

"Bapak udah final banget yah?" Dengus Papnya Lia.

"Gimana Lia, Renjun? Kamu bersedia kan?" Tanya Papa Renjun mengalihkan keputusan pada anak-anak mereka.

"Gak tau, aku ikut Papa aja enaknya gimana. Yah kalo Renjun Setuju menikah, apa salahnya?" Jawab Lia menggantung. Lia sendiri sebenernya bingung, tapi melihat bagaimana Papa Renjun membantah ucapan Papanya seolah keputusan ini mutlak darinya membuat Lia sedikit kincep.

"Renjun?" Tanya Mama Renjun menyentuh lengan sang anak lantaran tidak kunjung menjawab.

"Saya tidak keberatan jika setelah menikah tinggal dengan paman." Kata Renjun akhirnya.

"Kau gak keberatan menikah? Kau kan artis?" Tanya Papa Lia tidak biasa. Papa Lia kira Renjun akan menolaknya karena anak itu sekarang seorang idola. Menerimanya pun mungkin akan berujung pertunangan dan menunda pernikahan entah sampai kapan.

"Membantah Papa saya juga tidak ada gunanya kan, paman?" Kata Renjun yang digngguki Papa Lia.

Benar juga.

•••

Palung Kecil Yang Dalam [Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang