III

40 7 18
                                    

Tiga orang di ruang menembak masih fokus dengan latihan mereka sejak tadi pagi. Salah satu dari mereka yang berada di paling kanan nampak serius kala datang seorang wanita menghampiri dan menepuk bahunya.

"Hei," sahut wanita itu. Ia melepas penutup telinganya. "Mana yang lain?"

"Ada di depan. Ayo."

Dua wanita itu pergi kemudian. Siang ini mereka akan menjalani latihan renang beban—dengan mengenakan rompi serta membawa senjata—yang akan diawali dengan pemanasan singkat. Latihan akan dimulai pukul satu, jadi mereka masih ada waktu untuk bersiap sebelum berangkat ke kolam renang yayasan.

"Bagaimana kabarmu dengan Van?"

"Ah," wanita berjaket hitam itu menyahut dengan senyuman kecut. "Entahlah. Dia belum menghubungiku lagi sejak sebulan lalu."

"Sebulan?!" Wanita di sebelahnya memekik kaget. "Serius? Kau tak menghubunginya?"

"Buat apa?"

Wanita bersweater merah menggeleng heran. Mereka berhenti di tikungan ruangan dimana teman-teman mereka berada.

"Aku lapar lagi," tutur seorang dari mereka.

Wanita bersweater merah tadi mendekati Ezra, memeluk lengan pria itu kemudian berbisik, "Ja!"

"Apa," sahut Ezra cuek.

"Boleh aku pergi dengan Andre?"

Ezra menoleh. "Kenapa bertanya padaku?"

Wanita itu memberengut.

"Sudah izin ke ibu?"

"Belum."

Ezra mendengus.

***

Ayldina namanya. Setelah berhasil mendapat izin dari ayah dan ibu, ia bersama Andreas berangkat ke Roma untuk berlibur. Andreas pula susah payah meminta izin pada bos mereka, dan rupanya mendapat izin tiga hari saja. Mereka menginap di salah satu hotel milik seorang kenalan Andreas, kini tengah beristirahat setelah seharian berkeliling kota.

"Aku sebenarnya ingin ke Korea ...," tutur Ayldina.

"Kenapa kau tak bilang?"

"Um ... lalu kupikir Italia juga bagus."

"Katakan saja kau ingin ke mana."

"Korea lumayan jauh dari sini ... "

"Tak apa." Andreas menghampiri wanita itu dan duduk di tepi kasur. "Jika saja bos memberi izin lebih lama kita ke Korea besok."

"Tidak usah. Tahun depan saja."

Andreas mengangguk. "Oke."

Hidup memang tak selamanya indah seperti yang kalian lihat di teve. Ayldina juga tahu bahwa hidupnya bisa saja berakhir lebih tragis daripada yang ia tonton di film. Yang ia tahu, entah bagaimana caranya selama dua tahun terakhir Andreas selalu berusaha menjadikannya bak putri dalam serial Disney. Walau tak akan mungkin live happily ever after and bullshit seperti yang orang impikan—hidup tanpa masalah, ia tahu seorang Andreas Mahendra selalu berusaha memenuhi segala permintaannya —minus sepatu kaca yang tertinggal di tangga.

Bagi Andreas, perjuangannya untuk mendapatkan wanita satu itu tidaklah mudah. Bukan, bukan masalah saingan—melainkan sosok Ezra Ferdinand yang tak mudah ditaklukkan. Jika dalam adat Jawa di Indonesia ada prosesi sungkem terhadap kedua mertua saat acara pernikahan, mungkin Andreas juga perlu sungkem dan meminta restu pada Ezra yang kolotnya sampai ubun kepala. Setiap kali mereka berdebat, Andreas akan berusaha mencari jalan tengah sebelum Ezra turun tangan. Jika sampai terlambat ...

Rest in Peace.

Namun walau mereka menjadi pasangan ter-hot seantero CIA, mereka tetap fokus pada tugas. Mungkin acara minggatnya kali ini adalah yang pertama bagi Andreas untuk memberanikan diri meminta izin bos selain untuk keperluan keluarga besarnya beberapa waktu lalu. Ayldina pun sama. Klise, meminta izin pada kakaknya itu sama saja minta sangu jajan ke Mentri Keuangan Negara.

Pembaca budiman, menjadi seorang agen itu tidak seenak lakon yang Om Matthew Paige Damon perankan—pun sama seperti Om Daniel Craig yang tiba-tiba mandi uang. Menjadi seorang agen—terlebih dalam divisi yang masing-masing dalami—sama saja seperti menjadi murid sekolah. Bos adalah guru, dan kalian adalah murid yang mendambakan hari libur dan bangun siang. Sebut saja Reijess—sniper tim, atau Leonar—hacker tim. Mereka sering kali harus berurusan dengan lembaran dokumen alias tugas sekolah baik yang diminta kapten alias Ezra maupun Pak Guru.

Sebagai contoh, minggu depan tim Ezra akan dikirim ke Nepal untuk menyelidiki kasus pengiriman bom buku. Leonar harus mengumpulkan seabrek data tentang CCTV lalu lintas Nepal, baik yang kemungkinan besar menjadi rute pengiriman maupun yang tidak. Reijess harus menyurvei lokasi yang bisa dijadikan tempat bidikan, memperhitungkan seberapa tinggi bangunan dan jarak minimal-maksimal ke lokasi kemungkinan target.

Menjalankan misi di negara orang sama seperti punya gawe, alias harus punya surat izin tertulis. Jika kalian pernah masuk kepanitiaan suatu acara, kalian pasti paham seribet apa mengurus surat perizinan. Itu tugas Ezra, termasuk merangkap tugas ketua yang seperti benda kuning mengambang.

Ayldina dan Andreas boleh bersantai di Roma. Tapi saat pulang nanti, tugas semacam tersebut sudah pasti mengejar mereka. Kalau kata orang, deadline.

Kalian bertanya apa bagian Ayldina, Dirga, dan Ligia?

Cih.

Rahasia.

***

Initials : The First [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang