VII

31 5 17
                                    

RK : Sampaikeun saja salam q ke mamak bapakmu. Q pulang kalo inget👍

Me : Korang mau mati?

RK : 🤔

Me : Mama nyariin, jing. Ayo pulang

RK : Dibilang aku pulang kalo inget. Matamu ke mana he?

Me : Setan

RK : 💁

Me : Rae

Me : P

Me : P

Me : P

Me : 🐶

"Sialan," gerutu Reijess.

"Hmm," gumam Dirga yang mengintip isi ponsel Reijess.

"Heh!" bentaknya.

"EJA!" panggil sebuah suara dari luar. Entah sudah berapa kali Ezra dipanggil, yang dipanggil tak kunjung datang. Leonar yang baru saja dari luar kebetulan mendengarnya.

"Ja, ibumu memanggil," tuturnya. "Sejak tadi."

Ezra berlari ke luar, takut-takut akan kena ceramah.

"Ibu memanggilmu dari tadi! Ke mana saja?!" bentak ibunya kesal.

Ezra memberengut. "Aku tidak dengar."

"Makanya jangan mengurung diri dengan teman-temanmu di ruangan kedap suara alay itu!"

"Iya iya." Ezra mendengus kesal.

"Ibu dan ayah pulang besok. Kaubawa kunci rumah, kan?"

Ezra mengangguk.

"Ya sudah. Sana."

"Begitu saja?"

Ibu mengangguk.

Sabar, Ja. Ezra memutar mata. Ia melangkah malas kembali ke ruang—yang sudah disinggung di The Expendables, baca ulang ya author males ngetik.

Pintu ditutup, otomatis suara dari luar akan sangat minim terdengar. Teman-temannya nampak sibuk sendiri, begitu pula Ayldina yang sibuk memandangi ponselnya.

"Aku membalas pesan Andreas cepat, dia membalas pesanku kalau sempat," tuturnya.

"Lalu?" sahut Ezra.

Ayldina mendecih. "Kalian pria sama saja."

"Berarti aku sama seperti Brad Pitt?" celetuk Leonar dengan wajah berbinar. Ia memasang senyum konyol—seperti emotikon ͡° ͜ʖ ͡°

"Aku tidak paham." Ezra menggaruk rambut.

"Kau memang tidak ditakdirkan untuk bisa memahami maksud kami, Ja," Ligia membalas.

"Trims, Li." Ayldina mengedip genit padanya.

Ezra menautkan alis tak paham.

"Aku sama sepertimu, Ay," celetuk Reijess. "Aku membalas pesan Raegis secepat kilat, dia membalas kalau ingat."

"Kalian kenapa lagi?" tanya Ligia—yang sempat mengalami hal serupa.

"Sepertinya dia ngambek. Sudah sebulan lebih Raegis menyendiri di rumahnya."

"Ada masalah di rumah?"

"Kalian tahu sendiri bagaimana ayahku bersikap terhadap Raegis. Padahal ayah dan ibu hendak kembali ke Jerman, Raegis tetap tidak mau pulang. Aku tak paham."

"Coba kaudatangi saja dia."

"Kau ni abang lah!" ujar Dirga ala Upin Ipin.

Reijess memutar mata. "Akan kucoba. Tapi ... jika tidak berhasil?"

"Kepruken ae ndas e," sahut Ezra. (Pukul saja kepalanya)

"Aku bagaimana?!" pekik Ayldina tiba-tiba.

Hening.

"Kenapa?" tanya Leonar.

"Tidak. Lupakan." Ayldina nampak murung. Ia mengalihkan perhatian ke ponsel lalu berbaring, kemudian mengambil foto dirinya dan mengunggahnya ke aplikasi Snapchat.

 Ia mengalihkan perhatian ke ponsel lalu berbaring, kemudian mengambil foto dirinya dan mengunggahnya ke aplikasi Snapchat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Guys," panggil Dirga. Semuanya menoleh.

"Kurasa aku tahu mengapa bos menamai kita Tim S."

"Kenapa?" sahut Ezra antusias.

"Siksom."

***

Initials : The First [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang