IX

27 4 1
                                    

Beberapa bulan setelah acara mandi bersama Ayldina dan kakaknya waktu itu, Andreas mengajaknya bertemu. Mereka berangkat terpisah, tak ada lagi skejul jemput menjemput. Karena Andreas sedang berada di kafe temannya dan terlalu malas untuk pergi lagi, maka ia menyuruh Ayldina datang ke sana. Wanita itu datang seorang diri tak lama kemudian.

"Ndre, sepertinya pacarmu sudah datang."

Andreas dan Raegis menoleh bersamaan. "Tunggu sebentar," tutur Andreas. Kawannya itu pergi setelahnya untuk memberitahu.

"Kau di sini saja. Jangan sampai dia tahu."

Ia menyusul kemudian. Di sana Ayldina duduk sambil memainkan ponsel. Andreas duduk di seberang Ayldina sambil menyodorkan salah satu gelas yang dibawanya—berisi minuman favorit mereka.

"Apa kabar?" katanya. Ayldina terdiam menatap pria itu, lalu bangkit untuk menamparnya tiba-tiba.

"It's almost one fucking year you didn't contact me, and now you're asking me about my goddamn condition?!" bentaknya. Seisi kafe menatap mereka kaget, musik bahkan dihentikan.

Andreas menjilat bibirnya. Ia mempertemukan pandangan mereka kembali perlahan, mendapati bahwa wanita yang masih berstatus kekasihnya itu telah banjir air mata. Ayldina mengusap pipinya kasar dan duduk kembali, begitupun keadaan kafe yang telah berangsur normal. Andreas meremas pegangan kursi. Ia tahu diri. Takkan mungkin buatnya beranjak dan memeluk wanita itu setelah selama ini mengabaikannya. Ia menyayangi Ayldina sungguh sangat. Namun hal-hal lain ternyata tak mau kalah, lebih menguasai pikirannya dan membuatnya buta. Tidak, Andreas takkan melakukan itu dengan wanita lain sebagaimana ia melakukannya dengan Ayldina, serta segala perasaan yang membanjirinya. Andreas memang bangsat, tapi ia tidak bermain dengan kaum mereka.

"I feel depressed. Maafkan aku," ujarnya pelan.

"Tak perlu bicara begitu jika kau tetap akan meninggalkanku lagi setelah ini. Aku muak," balas Ayldina penuh penekanan.

"Ay—"

"Aku lelah," sela wanita itu lagi. "Aku lelah, oke? Kalau kau ingin mengakhiri ini semua katakan saja."

Aku harus menunggu. Andreas diam.

"Jangan meninggalkanku tanpa kejelasan. Tolol sekali kau bertanya. Jelas aku tidak baik." Ayldina menenggak hampir setengah minumannya. "Termasuk kalau kau pergi bersama wanita lain, katakan saja."

"Aku tidak pergi dengan siapapun."

"Lalu ke mana kau selama ini?"

Andreas menggeleng.

"Kau dipecat? Kenapa? Kapan kau berulah?"

"Itu ... aku sedang berbincang dengan seseorang saat entah bagaimana bos bisa tahu."

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak ada. Hanya sebuah candaan, Sorfield vs CIA."

Sorfield ...

Ayldina menautkan alis. "Maksudnya?"

"Aku tahu di tempat kami berbincang tak ada alat penyadap. Bagaimana bos bisa tahu?"

"Apa yang kau bicarakan?"

Andreas menatap wanita itu. "Aku bilang aku akan menghancurkan CIA."

Mereka terdiam.

"Melalui Sorfield vs CIA itu, Rusia vs Cassa, rudal nuklir, boom!" sambung Andreas. "Aku hanya bercanda, lalu entah bagaimana pak tua itu bisa tahu."

"Kau ... gila?"

"Dia memecatku. Aku tak sempat membela diri. Apa maksudnya? Nampaknya dia tak suka sekali padaku. Lalu bagaimana dengan Theo yang jauh lebih menyusahkan? Dia tetap di CIA, kan?"

"Theo anggotamu. Bagaimana mungkin kau mengatainya seperti itu?"

"Itu faktanya. Tanya saja kakakmu."

Ayldina terdiam.

"I did nothing wrong, Ay. Dia bilang aku tidak becus ketika aku terlebih dulu memberi Theo sanksi dan menutupi perbuatannya dari atasan!" aku Andreas.

"Kau memang tidak becus. Kau seharusnya jujur pada atas—"

"Dan membiarkan anggotaku mati?! Apa yang Ezra ajarkan padamu tentang bagaimana menjadi seorang kapten yang 'becus'?"

"Jangan bawa-bawa Ezra," desis wanita itu.

Andreas menghela napas berat.

"Aku mau pul—"

"I'm gonna make it happen."

Ayldina yang tadinya hendak bangkit kini urung. Ia menatap jauh ke dalam manik Andreas demi menangkap maksud ucapannya barusan.

"Pastikan kau ada di sana dan menontonnya."

Ia membelalakkan mata kaget saat mengerti maksud Andreas, apa yang akan pria itu lakukan dan apa yang akan ia tonton.

"Jangan coba-coba me—"

"See you later, baby."

***

Initials : The First [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang